LOBAR–Pengerjaan proyek stategis Trigona Park milik Dinas Pariwisata (Dispar) Lombok Barat (Lobar) molor dari batas kontrak pengerjaannya. Realisasi fisik proyek yang ada di Desa Bengkaung Kecamatan Batulayar itu minus atau deviasi sekitar 5-8 persen dari target bulan Oktober ini.
Selain proyek itu ada proyek jembatan di Datar Kecamatan Kediri, dan Laboratorium Kesehatan di Kantor Dinas Kesehatan yang juga sama realisasinya masih deviasi dari target bulanan. Bahkan diantara proyek ini ada yang sudah diperpanjang dari kontrak.
Kepala Bagian Administrasi Pembangunan Setda Lobar, Hj. Luh Wayan Wiryati mengatakan hasil evaluasi dan monitoring (monev) yang dilakukan, tiga proyek strategis itu realisasinya masih deviasi negatif. Menurutnya, dari tiga proyek strategis ini perpanjangan waktu sudah diberikan kepada Jembatan Datar hingga 23 Desember. Dengan kontraknya habis hingga akhir November.
Perpanjangan waktu diberikan karena proyek molor lantaran terkendala bencana. Sebab beberapa kali melakukan pengecoran, bangunannya terkena banjir. “Dua kali ngecor, dua kali kena banjir. Itu kena (hanyut),” jelasnya.
Dari sisi sumber daya, pelaksana proyek juga merugi. Sehingga diperhitungkan untuk diberikan perpanjangan waktu. Yang paling utama adalah faktor alam. “Rata-rata deviasi negatif karena faktor alam, termasuk di Bengkaung,” ujarnya.
Mempercepat pelaksanaan proyek-proyek ini, Tim Percepatan Pembangunan Pemda dipimpin Penjabat Sekda pun sudah turun memantau pelaksanaan proyek di lapangan. Tim mendorong kepada rekanan untuk mempercepat pengerjaan proyek, dengan menambah tenaga dan jam kerja.
“Hal ini menjadi langkah-langkah percepatan yang harus dilakukan oleh rekanan,” imbuhnya.
Sementara itu Kabid Perbendaharaan, L. Gde Ramadhan Ayub mengatakan realisasi keuangan sejauh ini mencapai 63 persen dari total APBD Rp1,7 triliun lebih. “Realisasi belanja (keuangan) baru 63 persen,” kata Ayub, kemarin.
Realisasi keuangan ini jelas dia, dipengaruhi belum signifikannya realisasi fisik terutama dari DAK. Ia menyebutkan, DAK ini nilainya besar sehingga mempengaruhi persentase realisasi belanja. “Karena (DAK) besar, ketika ndak terealisasi maka rendah realisasinya. Tapi kalau sudah (terealisasi) maka akan naik signifikan realisasi keuangan,” ujarnya. (win)