LOBAR—Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Lombok Barat (Lobar) mulai menguji coba belajar tatap muka. Menyusul sudah ditetapkannya Lobar dalam kawasan zona kuning pandemi covid-19. Untuk uji coba ini akan dilakukan pada 11 sekolah di pekan ini.
“Di antaranya SDN 1 Gerung Utara, SDN 1 Gelogor, SDN 1 Dasan Tereng, SDN 1 Sandik, SD IT Insan Cendikia, SD IT Lentera Hati. Kemudian untuk SMP, ada SMPN 1 Labuapi, SMPN 1 Gunung Sari, SMPN 2 Lingsar, SMPN 2 Kuripan,” ungkap Sekretaris Dikbud Lobar, H Haerudin pekan kemarin.
Menurutnya, Dikbud tidak sembarang memberikan izin pembelajaran tatap muka. Dikbus harus selektif melihat kesiapan dari sekolah tersebut. “Sekolah yang kita rekomendasikan ini yang sudah betul-betul siap,” sambungnya.
Walaupun pembelajaran tatap muka, protokol kesehatan (Prokes) harus tetap diterapkan. Seperti menerapkan sistem shift dan blok. Dalam sistem shift itu, proses belajarnya akan dilakukan secara bergantian per kloter. Setiap kloter dilaksanakan pembelajaran selama 2 jam. Sedangkan untuk sistem blok, dilakukan per dua hari dalam satu kloter.
Dicontohkan kelas VII SMP pada hari Senin-Selasa. Dilanjutkan kelas VIII hari Rabu-Kamis dan kelas IX pada hari Jumat-Sabtu.
“Per kelas maksimal diisi 50 persen dari total jumlah siswa di kelas itu,” jelasnya.
Bagi sekolah yang melakukan uji coba ini sebelumnya sudah mengirimkan instrumen persyaratan untuk bisa melakukan pembelajaran tatap muka. Bahkan rata-rata hasil rekap nilainya di atas 85 persen.
“Dimana syaratnya sesuai dengan SKB (Surat Keputusan Bersama) empat menteri,” ucapnya.
Mengenai syarat yang sudah dipenuhi itu sekolah antara lain berada di daerah zona kuning atau hijau. Kemudian sudah memperoleh izin dari kepala daerah, karena sarana dan prasarana yang sudah siap dan sesuai dengan Prokes. Serta telah mendapat persetujuan untuk melakukan pembelajaran tatap muka dari orang tua siswa. “Dan 11 sekolah ini, jauh-jauh hari sudah lengkap persyaratannya,” imbuhnya.
Rencananya, uji coba dilakukan selama sepekan ke depan. Jika dianggap lancar maka sekolah lain diberikan kesempatan bisa mengikutinya. Dengan catatan harus tetap menggunakan sistem shift atau blok, menerapkan protokol kesehatan pencegahan covid-19 dan sesuai dengan tatanan baru. “Apabila 11 sekolah ini dalam satu minggu simulasi berjalan lancar, maka mereka akan tetap lanjut dan sekolah yang lain akan mulai mengikuti,” pungkasnya.(win)