MATARAM – Pilkada serentak di NTB akan digelar pada November 2024 mendatang, namun berbagai fenomena baru mulai muncul di tahun politik saat ini yang jauh berbeda dengan Pilkada sebelumnya.
Lembaga Kajian Sosial dan Politik Mi6 memprediksi ada 10 fenomena yang bakal terjadi di tahun politik saat ini.
Direktur Mi6, Bambang Mei Finarwanto mengatakan fenomena pertama adalah munculnya calon perempuan yang mendominasi di Pilkada provinsi dan kabupaten/kota.
Di tingkat Provinsi NTB ada kakak kandung TGB Zainul Majdi yakni Sitti Rohmi Djalillah. Kemudian ada Bupati Bima, Indah Dhamayanti Putri (Dinda).
Begitu juga di Pilkada Lombok Barat yang memunculkan empat tokoh perempuan seperti Nurhidayah, Sumiatun, Khairatun dan Nurul Ahda.
Fenomena kedua adalah munculnya Cakada dari calon yang gagal terpilih di Pileg 2024 lalu.
“Pilkada serentak NTB 2024 memunculkan fenomena Cakada dari calon yang gagal terpilih dalam Pileg 2024, seperti Ruslan Turmuzi, HM Syamsul Luthfi, Karman BM, SJP, BJS dan lainnya,” kata Didu sapaan akrab Direktur Mi6, Senin, 29 Juli 2024.
Fenomena ketiga adalah Pilkada serentak NTB 2024 ditengarai memunculkan ketidakpastian dalm dukungan Parpol kepada Paslon. Parpol terkesan memainkan ritme/tempo untuk tidak memberikan kepastian dukungan, khususnya de jure kepada Paslon.
Keempat, Pilkada serentak NTB 2024 ditengarai fenomena kurang maraknya relawan bergerak secara masif.
“Kalaupun ada hanya sebatas peran artifisial yang tidak beresonansi pada masifnya gerakan penggalangan,” ujarnya.
Fenomena kelima adalah Pilkada serentak NTB akan berpotensi terjadi pendekatan kepada votters lebih pragmatis dan taktis. Hal ini untuk mengukur kepastian dukungan di kalangan pemilih.
“Belanja politik dan elektoral paslon membengkak dan sulit dikalkulasi/ unlimited,” ujar Didu.
Keenam, Pilkada NTB 2024 diwarnai oleh pertarungan mesin partai. Itu karena Pileg 2024 memberikan pelajaran berharga, bahwa mesin dan organ partai efektif mendulang simpati dan dukungan pemilih.
Selanjutnya, Pilkada serentak NTB diprediksi akan diwarnai oleh vote getter bukan dari tokoh-tokoh besar, melainkan dari kalangan biasa saja namun memiliki kemampuan meraih support/dukungan dari entitas/komunitas yang lebih kecil, misal kelompok hobi dan lainnya. Hal itu menjadi fenomena ke tujuh dalam catatan Mi6.
Sedangan untuk fenomena ke delapan, Pilkada serentak NTB 2024 juga akan diwarnai pemakaian teknologi digital yang lebih maju untuk membrading citra Paslon dari sisi yang unik dan menarik.
“Misalnya gambar Paslon dalam bentuk kartun, artificial intelligence (AI) dan teknologi lainnya,” kata Didu.
Sembilan, Pilkada serentak NTB 2024 ditandai atau ditengarai oleh fenomena minimnya donasi-donasi sosial politik untuk kepentingan kemasyarakatan.
“Hal ini belajar dari Pileg 2024, di mana banyak petahana justru tumbang oleh pendatang baru, meskipun petahana tersebut banyak berbuat untuk kepentingan sosial kemasyarakatan,” ujarnya.
Terakhir, Pilkada serentak NTB 2024 ditengarai akan diwarnai oleh *pembalikan dan migrasi suara loyalis votters kepada Paslon yang memiliki inner beauty yang kuat*, tidak palsu, tidak serakah, konsisten, tidak plin plan, tidak pelit atau petinju, dan lainnya.
Itulah 10 fenomena dalam Pilkada serentak di NTB dalam kacamata Mi6 yang bakal terjadi dalam gelanggang pertarungan politik di NTB ini.(*)