IST/RADAR MANDALIKA AKTIVITAS: Suasana belajar mengajar di Ponpes Al Muslimun NW Tegal Desa Sandik Kecamatan Batulayar, Lobar pada Ramadan di tengah pandemi.

Belajar di Alam Terbuka, Ada Juga Via Daring

Ponpes Al Muslimun NW Tegal memiliki metode belajar selama pandemi, khususnya di bulan Suci Ramadan. Seperti apa ? berikut hasil liputan wartawan Radar Mandalika.

WINDY DHARMA-LOMBOK BARAT

PAGI cerah menyinari Pondok Pesantren Al Muslimun NW Tegal di Desa Meninting, Kecamatan Batulayar Lombok Barat (Lobar). Para santri dan santriwati membersihkan sekitar halaman ponpes dari dedauan pohon yang berguguran. Sebelum memulai aktivitas belajar. Ramadan ini dirasakan agak berbeda oleh para santri. Suasana pandemi covid-19 masih terasa dampaknya hingga kini. Namun hal itu tak lantas menyurutkan semangat para santri itu menuntut ilmu agama dan dunia. Meski tak banyak pengaruh pandemi akan belajar mengajar di ponpes dibawah naungan Afgan Kusumanegara itu. Numun protokol kesehatan (Prokes) covid-19 memaksa pembatasan jumlah santri yang mondok. Afgan mengatakan, pada saat hari biasa yang masuk bisa mencapai 700 orang. Namun saat pandemi ini yang masuk kisaran 100-150 orang, itupun digilir bagi santri yang ingin masuk.
“Bagi yang mau saja yang masuk (mondok) kalau tidak mau boleh memilih metode daring (Dalam jaringan). Kalaupun mau masuk harus memakai masker, cuci tanggan, dan mengecek suhu,” beber pria yang menjabat sebagai Camat Batulayar itu.
Menurutnya, pihak ponpes memilih metode pembelajaran di alam terbuka di halaman ponpes. Ini untuk membuat suasana baru bagai para santri agar tak bosan di dalam ruangan. Termasuk menjernihkan pikiran karena suasana pandemi.
“Karena teduh di bawah pohon ndak sumpek, udaranya bagus diluar. Paling 10-15 orang yang ikut,” ungkapnya.
Ternyata metode belajar ini sangat membantu para santri tenang dirileks. Wajah senang tanpa beban ketika belajar terpancar. Bagaimana tidak suasana pedesaan dengan hembusan angin semilir diiringan kicauan burung membuat merasa tenang.
“Ketimbang di dalam ruangan panas, sumpek kosentrasi buyar,” jelasnya.
Tak hanya itu dengan kondisi pandemi ini, kata Afgan memebuat para pengajar juga harus memutar otak memberikan cara mengaja yang baru. Terlebih jam belajar sekarang dipersingkat dari waktu normalnya.
“Kita batasi juga yang menginap di asrama yang semulanya 17 kita kurangan jadi 5,” sambungnya.
Sejauh ini berbagai ekstara kulikuler di ponpes itu tetap berjalan sebagai mana biasnya. Terutama ekskul teater atau pembuatan film. Menurut Afgan, ia bersama santrinya masih tetap melanjutkan produksi film komedi dakwah (Komedak) yang sudah cukup dikelan di Lombok. Bahkan pihaknya tetap menyelipkan sosialisasi protokol kesehatan (prokes). Terlebih Ponpes itu juga memiliki program nonton bareng film setiap malam minggu. Tentu selain film kisah rosul dan sahabatnya, termasuk produksi komedak itu juga ditampilkan. Pihaknya juga menampilkan video informasi tetang corona. Karena ia ingin para santri itu tak hanya taat menjalankan prokes di Ponpes. Namun juga menjadi pelopor prokes di rumahnya maupun lingkungan sekitarnya. Maklum saja para santri Ponpes Al Muslimun NW itu berasal dari beberapa daerah di NTB, mulai dari Lobar, Kota mataram, KLU, Lombok tengah hingga Pulau Sumbawa.
“Kita suruh mereka menerapkan prokes di pondok maupun pada saat pulang. Hingga tau bagaimana penanggulangan dan pencegahan covid-19,” pungkanya.(bersambung)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 466

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *