Beda Arah Dengan Ayah, Berantas Narkoba Sejak 2003
Kapolres Lombok Tengah kurang lebih satu bulan sudah berganti. Sekarang kursi empuk itu diduduki AKBP Irfan Nurmansyah, pria berdarah Sunda. Ada banyak kisah unik dan menarik yang dibagi kapolres dalam podcast bersama Radar Mandalika Official, Senin kemarin.
DIKI WAHYUDI-LOMBOK TENGAH
KURANG lebih satu bulan Kapolres Lombok Tengah, AKBP Irfan Nurmansyah memegang tongkat komando. Dia sampai dengan saat ini masih terus mempelajari kondisi internal. Tapi tugas di Lombok Tengah merupakan idamannya sejak lama.
“Iya Alhamdulillah tidak jauh dari Bali lah mas, saya dulu pernah di sana dan banyak teman. Sesuai harapan lah, tugas yang ada pariwisatanya,” ungkapnya sembari tersenyum.
Bicara perjalanan masuk dunia kepolisian, membutuhkan pembicaraan cukup lama dengan kedua orangtua. Khususnya Babe atau ayah. Sebab, ayah kapolres merupakan pensiunan TNI. Sejak duduk di bangku SMA, dia sudah mulai ditanya ayah mau kuliah atau masuk TNI.
“Saya bilang sama Babe, ini bukan zaman perang Be. Saya mau masuk polisi aja dah,” katanya bercerita.
Seiring berjalannya waktu, kedua orangtua pun mulai mengarahkan dia. Dirinya diminta mulai latihan termasuk menurunkan berat badan.
“Saya waktu itu gemuk mas, dan sekarang terlihat mau kembali nih,” tuturnya.
Dari mimpi besarnya ini, akhirnya bapak tiga anak itu dinyatakan lulus Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 2000. Dari situ, kedua orangtua semakin bangga sekalipun beda warna seragam dengan ayah.
“Pertanyaan itu sih banyak mas, Babe TNI kok anaknya masuk polisi. ya termasuk mas Diki kan,” katanya.
Selama masuk dunia kepolisian, setidaknya Irfan 17 tahun tugas di lapangan. Sehingga gaya protokoler agak sulit dilakukannnya sampai menjadi kapolres.
“Iya begini lah saya mas Diki,” tutur pria kelahiran Jakarta ini.
Pengabdiannya kepada bangsa dan Negara, diakuinya lebih banyak focus memberantas narkoba dari tahun 2003. Bahkab karirnya di bidang itu melejit. Pernah menjadi Kasat Narkoba Polresta Bandung, Kepala BNNK Kuningan dan di Polda NTB Kasubdit IV Narkoba.
“Cuma ada yang pahit dan miris mas, keponakan saya terlibat kasus narkoba saat saya bertugas di sana. Pokoknya ini pengalaman pahit sulit saya lupakan,” bebernya.
Kapolres menerangkan, bicara karir diakuinya selalu dimudahkan oleh Allah. Tempat tugas juga sesuai doa dan harapan diberikan. “Intinya sekali lagi saya di Lombok Tengah sangat bersyukur,” ucapnya.
Sementara itu, sesuai beground di dunia narkoba. Kapolres menyebutkan kasus narkoba di NTB amazing (luar biasa). Hanya ucapan itu disampaikan. “Narkoba di NTB wow amazing mas,” katanya tersenyum.
Bicara Lombok Tengah juga demikian. Namun ia memastikan di Lombok Tengah hanya sebagian besar sebagai pemakai. Sementara bandar narkoba ada di luar tempatnya memimpin. “Kita akan lebih utamakan pencegahan, termasuk nangkap lah mas. Untuk apa terlalu lama dibiarkan, kan dampak besar,” tegasnya.
Kapolres mengungkapkan jika narkoba ini sama dengan virus covid-19. Menular dengan cepat. Untuk itu penindakan juga akan dilakukan. Menurutnya, tidak ada artinya membiarkan karena itu mempengaruhi lain.
“Narkoba ini merusak,” sebutnya.
Bicara kantong narkoba di Lombok Tengah, bukan hanya ada di dalam kota tapi sampai pelosok desa. Memperoleh narkoba sekarang tidak sulit, uang Rp 150-200 ribu sudah bisa dapat. “Saya tidak mau nyebut di kecamatan mana, kasian nanti para kapolsek saya ngak tenang,” sentilnya sembari tertawa.
Dalam kesempatan ini, kapolres menyampaikan jika Polres akan membangun kolaborasi dengan semua pihak. Tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, ormas dan lembaga terkait lainnya. Termasuk dengan BNNK Provinsi NTB.
“Saya harap dukungan semua pihak,” harapnya.(*)