RAZAK/RADAR MANDALIKA SEMOGA BOOMING: Lima mahasiswa Unram yang ber-KKN di Desa Jago menunjukkan hasil kreatifitas berupa produk kripik ampas tahu dengan brand Cukup Tahu Jago, di Kantor Desa Jago, Kecamatan Praya, kemarin.

PRAYA – Desa Jago menjadi satu dari sekian banyak desa di Kecamatan Praya yang merupakan penghasil tahu dan tempe. Tidak sedikit masyarakatnya sebagai pengrajin produk dari bahan baku kedelai tersebut. Masalahnya, limbah tahu selama ini hanya dimanfaatkan untuk pakan ternak.
Namun, ampas tahu itu kini berubah tampilan. Kelihatan lebih mewah. Berkat kreatifitas mahasiswa dari Universitas Mataram (Unram) yang bekerja sama dengan ibu-ibu PKK Desa Jago, ampas tahu ini dapat diolah menjadi sebuah produk yang lezat. Dan bahkan bernilai tambah.
15 mahasiswa yang tergabung dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN) Unram di Desa Jago, berhasil mengolah ampas tahu itu menjadi produk unik dan memiliki nilai ekonomi. Kripik ampas tahu ini dikemas dengan brand “Cukup Tahu Jago”. Varian yang dibuat ada tiga rasa. Original, balado, dan barbeque.

Salah satu mahasiswa, Lui Soleha Gusmina menuturkan, menjadi mahasiswa yang baru satu bulan menempuh program KKN di Desa Jago diusahakan untuk menghasilkan produk. Nah untuk dapat menghasilkan produk. Terlebih dahulu harus tahu betul apa potensi desa setempat. Kebetulan di Desa Jago, merupakan salah satu desa penghasil tahu dan tempe.
“Pas kita survei, kita dikasih tahu sama pihak desa ada produksi tahu sama tempe. Karena kita tahu ada produksi tahu sama tempe, otomatis kita langsung berpikir di sana ada ampas tahu,” ungkapnya kepada Radar Mandalika, kemarin.
Karena tidak ingin melihat ampas tahu di Desa Jago hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Ia bersama teman-temannya yang tengah KKN di Desa Jago, berpikir jauh ke depan. Memandang bagaimana cara merubah tambilan ampas tahu ini menjadi produk bernilai jual.
“Makanya kita ngambil ampas tahu sebagai produk kerupuk,” kata Lui bersama empat teman mahasiswa lainnya. Masing-masing Miladiyah Jembari R, Jihan Khairunnisa, Fadya Rizka Nur Aliviani, dan Riza Ziqria Azzuhra.
Lui mengutarakan, terdapat tiga pengrajin tahu di Desa Jago dari dua dusun. Satu pengrajin tahu di Dusun Moje dan dua pengrajin di Bendua. Ampas tahu yang dihasilkan pun cukup banyak. Karena itu, mereka berpikir jangan sampai ampas tahu ini hanya untuk pakan ternak saja.
“Walaupun buat pakan ternak. Kalau bisa kita buat produk jadi kripik ampas tahu,” kata Lui.
Soal rasa, kripik ampas tahu dengan brand “Cukup Tahu Jago” bikinan mahasiswa ini tidak perlu diragukan. Itu karena mereka tahu betul bumbu kripik ampas tahu tersebut. Bahannya ada tepung tapioka, bawang putih, bawang merah, garam, ketumbar, santan, dan air satu gelas. “Proses pembuatannya itu cukup mudah,” tambah salah seorang mahasiswa lainnya, Miladiyah Jembari R.
Mereka juga tahu betul resep bagaimana mengolah ampas tahu tersebut. Sehingga soal rasa, kripik ampas tahu “Cukup Tahu Jago” ini tidak perlu diragukan. “Per 2 kilo ampas tahu menggunakan 1 kilo tepung tapioka. Adonannya semua dicampurkan. Lalu dipipihkan ke daun pisang. Itu dipipihkan setipis mungkin biar kerupuknya tidak keras,” tuturnya.
“Lalu dikukus hingga matang. Kemudian dijemur sehari sampai kering. Terus diangkat, dikupas dari daun pisangnya. Baru digunting untuk bentuk sesuai keinginan. Baru dijemur lagi. Terus goreng,” tambahnya.
Guna membantu pihak Pemerintah Desa (Pemdes) Jago. Untuk memasarkan atau mempromosikan kripik ampas tahu “Cukup Tahu Jago” ke publik. Harapannya agar bisa menjadi peluang usaha baru bagi masyarakat setempat. Rencananya mereka bakal memasarkan produk itu langsung ke pasar modern Alfamart, Indomart bahkan NTB Mall.
“Untuk digital marketing dan brandingnya, juga ada rencana kita melalui Tokopedia, dan Shopee. Kalau lewat media sosial sudah,” ujarnya.
Kepala Desa (Kades) Jago, Deni Wirawan menyambut baik dan mengapresiasi hasil kreatifitas para mahasiswa Unram yang melakukan KKN di desanya. Bahkan ke depan, pihaknya berkomitmen untuk melanjutkan dan mengembangkan produk kripik ampas tahu dengan brand “Cukup Tahu Jago”. “Kita tetap support karena inikan inovasi,” katanya.
Untuk tindaklanjutnya. Deni akan memberdayakan masyarakat dan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) untuk mempromosikan dan memasarkan produk tersebut. Dapat dipasarkan di supermarket atau pasar swalayan, dan di tempat lainnya. Karena bagaimanapun, kripik ampas tahu ini memiliki nilai jual. Dibanderol Rp 5 ribu per bungkus.
“Supaya berkelanjutan. Tidak hanya menjadi produk buatan anak KKN. Jangan sampai setelah mereka selsai, produk ini juga selsai. Artinya, harus bisa berjalan dan bisa booming produk ini,” jelas pria tampan ini. (zak)

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *