Setidaknya 5 tahun silam, Pantai Kuta di Desa Kuta, Kecamatan Pujut dan sekitarnya gersang. Tapi hari ini semua orang bakal terkejut melihat perubahan Kuta. Bahkan jika anda baru pertama kali berkunjung lagi dijamin bakal nyasar.
FENDI-LOMBOK TENGAH
DESA Kuta, Kecamatan Pujut berada di Selatan Kabupaten Lombok Tengah. Wilayah ini dulunya dikenal sepi, matapencaharian warga di sana sebagian besar sebagai nelayan. Sebab, di wilayah ini nyaris tidak ada lahan produktif, masuk sebagai kawasan tiada hujan. Kuta dikelilingi hutan dan bukit dengan masih banyak hidup pohon besar. Belum lagi 5 tahun silam, warga sulit mencoba bercocok tanam karena ancaman dari kera dan binatang liar lainnya.
Namun saat ini, semua bisa geleng kepala jika melihat perubahan Kuta yang masuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. Perubahannya luar biasa. Infrastruktur jalan di sana nyaris sebagian besar hotmix, kecuali jalan perkampung.
“Kalau perubahan sekarang luar biasa, saya tidak menyangka Kuta akan menjadi begini bagus,” tutur Sulaiman warga Kota Mataram saat berkunjung ke Kuta, belum lama ini.
Sementara, Muhammad Tajudin mengaku mengenal pantai Kuta melalui kegiatan studi tour sekolah, pasca 8 tahun pembangunannya seperti pusat kota.
Dikatakannya, pembangunan KEK Mandalika sudah menjadi buah bibir ditengah masyarakat baik masyarakat sekitar Lombok Tengah juga masyarakat Lombok seperti Lombok Timur, Lombo Barat, bahkan Indonesia dan dunia pada umumnya. Mendengar cerita pembangunan yang semakin maju dan adanya Sikruit Mandalika yang digadang akan menjadi lokasi balap motor skala internasional MotoGP dilaksanakan Maret ini, menjadi daya tarik sendiri. Sehingga menumbuhkan keinginan untuk mengunjungi KEK Mandalika.
Salah seorang wisatawan yang sempat di temui Radar Mandalika ini mengaku mengunjungin KEK Mandalika karena banyaknya informasi yang menjelaskan tentang pesatnya pembangunan. Terlebih akan di gunakan sebagai lokasi balap motor internasional MotoGP pada bulan maret ini.
Tajudin menceritakan pengalaman pertama kalinya mendatangi Kuta pada tahun 2014 lalu melalui kegiatan studi tour yang dilaksanakan sekolahnya. Dimana pada saat itu dia bersama rombongan mengunjungi rumah adat rembitan kemudian menuju pantai kuta.
Saat itu jelasnya pembangunan tidak semegah saat ini, bahkan kondisi pantai kuta saat itu masih hamparan tanah lapang yang luas juga beberapa pohon pandan yang tinggi sebagai tempat berteduh. Dari segi bangunan juga sebutnya masih kurang dan memilik jarak antar bangunan, demikian juga dengan infastruktur sudah hokmit namaun tidak semegah saat ini.
Saat ini jelasnya pesisir pantai sudah mengalami beton, juga tanah sekitanya sudah di gantikan dengan bangunan hotel dan vila yang tinggi. “Memang sangat cepat sekali pembangunan ini, dulu kalau kita melihat bukit masih asri dan hijau sekarang sudah banyak hotel dan vila juga di sana,” terangnya, kemarin.
Demikian juga dengan lokasi sekitar Sirkuit Mandalika, dimana sangat asri dengan pemandangan yang alami, sekarang sudah disulap menjadi sentar aktifitas dan even yang akan mendatangan banyak wisatawan.
Membandingkan keindahaan saat ini dengan sebelumnya, dia mengakui saat ini pemandangan dan keindahan di KEK Mandalika cukup menakjubkan. Namun dia tidak menapikkan hal ini menggeser keasrian pantai dan pemadangan yang ada di sekitar.
“Kalau indahnya saya rasa masih indah, hanya saja keasrian alamnya yang sudah mulai berkurang, ini memang karena faktor perkembangan zaman,” urainya.
Menyoal majunya pembangunan KEK tersebut ungkapnya sudah menjadi hal yang wajar sebab ini dengan adanya stutus tersebut tentunya akan berdampak pada pembangunan agar lahan yang dulunya kosong tersebut bisa bermanfaat untuk kemajuan ekonomi masyarakat.
“Kalau menurut saya yang penting dalam pembangunan ini kedepannya juga bisa memperioritaskan pembangunan SDM karena ini penting, karena percuma pembangunan maju kalau SDM belum siap,” terang pria jebolan S1 IAIH Pancor itu.
Sebagai wisatawan lokal di tengah kemajuan dan arus wisatwan asing yang akan masuk di KEK mandalika, dia berharap agar nantinya wisatawan lokal juga bisa menikmati berbagai destinasi yang ada di KEK Mandalika. Dia mewanti- wanti agar jangan sampai dengan majunya pembangunan akan menggeser akeses wisatwan lokal karena tingginya tarif masuk di lokasi wisata tersebut.
“Kita berharap agar tarif wisata juga bisa disesuaikan dengan wisatawan lokal jangan mengacu pada harga yang di patok untuk wisatwan asing,” harapnya.(*)