BUTUH BANTUAN: Kondisi rumah tempat tinggal Nurjaya yang memprihatinkan dan bocor saat turun hujan, kemarin. (FENDI/RADAR MANDALIKA)

Nurjaya sejak kecil sudah jauh dari orang tuanya. Dimana, awal mula derita yang ia rasakan ketika sang ibu Siti (Almarhum) bercerai dengan ayahnya. Saat itu dirinya masih dalam kandungan.

 

FENDI – LOMBOK TENGAH

 

KEBANYAKAN anak usia sekolah masih hidup dengan didampingi orang tua mereka. Dimana, untuk kebutuhan dan berbagai keperluannya dipenuhi dan diurus oleh orang tuanya.

Namun dekapan orang tua rupanya tidak dirasakan oleh Nurjaya. Pasalnya, anak berusia 18 tahun ini sejak kecil sudah jauh dari orang tuanya. Dimana, awal mula derita yang ia rasakan ketika sang ibu almarhum Siti bercerai dengan ayahnya H Budi. Saat itu dirinya masih dalam kandungan.

“Bapak saya bercerai saat masih di kandungan, kemudian ibu saya meninggal saat saya belum masuk SD,” kata dia mengawali ceritanya.

Setelah sang ibu meninggal, dirinya kemudian tinggal bersama neneknya yang jarak dari rumah miliknya sekitar 1 kilometer. Pria kelahiran tanggal 1 Juli 2005 ini pun dirawat oleh sang nenek hingga disekolahkan di jenjang pendidikan dasar. Untuk dapat masuk sekolah dasar (SD) pun dirinya ikut sekolah bersama teman- temannya tanpa ada daftarkan secara langsung.

“Saya ikut bawang (ikut teman) sekolah SD dulu,” ujarnya.

Namun setelah selesai menempuh pendidikan dasar, dirinya memilih untuk tinggal di rumah peninggalan ibunya di Dusun Suwai, Desa Tanak Rarang, Kecamatan Praya Barat, Lombok Tengah. Dimana, karena rumah tersebut lama tidak digunakan sehingga kondisinya sangat memprihatinkan. Atap rumah dari asbes sudah banyak mengalami bocor, jendela sudah rusak, juga jamur yang mulai tumbuh di tembok rumah tersebut. namun karena kondisi sang nenek yang sudah tua, dirinya pun tetap memilih tinggal di rumah tersebut kendati harus basah saat turun hujan lantaran atap yang bocor.

Dalam mengurusi kebutuhannya sendiri, berbagai peralatan yang ada di rumah sebutnya sudah mulai rusak bahkan tidak bisa di gunakan lagi. Mulai dari dapur, kamar mandi kondisinya sudah rusak dan tidak bisa digunakan lagi. Dia pun hanya bisa numpang di rumah kamar mandi warga, bahkan masjid dan musala untuk kebutuhan mandi dan lainnya.

“Kemarin ada, tetapi sekarang sudah rusak,” ungkapnya.

Untuk bisa memenuhi kebutuhan makan setiap harinya, dirinya mengandalkan pemberian dari warga sekitar yang memiliki belas kasih kepadanya. Bahkan dalam waktu tertentu, jika dirinya tidak memiliki apa pun untuk dimakan, maka iapun terpaksa meminta kepada warga sekitar.

“Kalau tidak ada, minta- minta ke warga, Alhamdulillah di kasi,” ceritanya lagi.

Dalam kondisi hidup sebatang kara ini, dia mengaku sangat jarang bertemu dengan bapaknya, bahkan dia menyebutkan jika sudah lupa dengan wajah bapanya saking lama tidak bertemu. Dia pun hanya bisa berharap agar bapaknya bisa datang menjenguk dan melihat kondisinya yang sebatang kara.

“Pengen bertemu bapak, tetapi saya malu kalau melihat bapak,” katanya.(*)

BUTUH BANTUAN: Kondisi rumah tempat tinggal Nurjaya yang memprihatinkan dan bocor saat turun hujan, kemarin. (FENDI/RADAR MANDALIKA)

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *