PRAYA – Kondisi Nurjaya yang hidup sebatang kara di rumah peninggalan almarhum ibunya memang sejak lama menjadi perhatian bagi warga sekitar. Dimana, pria berusia 18 tahun itu harus mengalami penderitaan yang sangat pahit lantaran rumah yang di tempati-nya sudah mulai bocor dan rusak sehingga saat hujan harus berjibaku dengan rembesan air hujan dari atap rumah yang bocor.
Salah seorang warga Dusun Suwai Desa Tanak Rarang Kecamatan Praya Barat, Tahsarudin mengemukakan, jika pekerjaan bapak dari Nurjaya sebagai seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI). Namun saat ini sang bapak berada di Kabupaten Lombok Utara bersama istri barunya.
“Bapaknya jarang sekali ke sini, kalau balik dari Saudi kadang satu kali setahun di jenguk,” ujarnya.
Sekadar diketahui, Nurjaya yang sudah menempati rumah tersebut sejak menempuh pendidikan jenjang SMP membuat warga merasa prihatin dengan berbagai kebutuhannya. Namun beruntung untuk pendidikannya sejauh ini masih gratis. Bahkan, saat ini ia tengah menempuh pendidikan di SMK Nurul Qolbi Desa Setanggor.
“Kalau dia sekolah jalan kaki dari sini, jaraknya sekitar 2 kilometer,” tuturnya.
Kondisi susah dengan hidup sebatang kara, ungkapnya, telah dijalani Nurjaya sejak SMP. Dimana, sejak kelas 1 SMP dia sering bolak balik ke rumah neneknya yang jaraknya dari rumahnya ada sekitar 1 kilometer dengan berjalan kaki.
“Dia jalan kaki dari sini ke rumah neneknya, kita sangat prihatin melihatnya, kadang juga kita antar ke sana,” katanya.
Dari pengetahuannya, untuk kebutuhan sehari- harinya, warga sering memberikan makanan kepada Nurjaya. Bahkan mengajak-nya makan bersama. Saat ini jelasnya Nurjaya tercatat sebagai penerima bantuan langsung tunai dana desa (BLT DD) untuk mencukupi kebutuhannya.
“Hanya BLT DD mungkin yang dia dapat dari desa,” sebutnya.
Pihaknya pun berharap agar pemerintah terutama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Tengah (Loteng) bisa membantu anak yatim itu dengan membangunkan rumah yang layah huni sehingga bisa istirahat dengan aman dan nyaman sepulang sekolah.
“Berharap pemerintah desa, camat dan kabupaten. Kondisi rumahnya sangat memprihatinkan,” katanya.(ndi)