Lika liku hidup tidak bisa dibaca manusia akan kemana dan mau jadi apa. Cita-cita bisa tercapai adalah anugrah terindah bagi diri insani. Cita-cita yang mampu diraih sebuah prestisius sembunyi dari Sang Ilahi. Kuncinya tekun, kerja keras dan istikomah. Ini salah satu prinsip yang ada pada diri Khafita Sari. Khafita merupakan alumni Pondok Al Mansyuriah NU Bonder Lombok Tengah kini sukses menggapai cita-cita menjadi Pramugari.
JHONI SUTANGGA – MATARAM
SABTU malam grup WhatsApp alumni pondok Al Mansyuriah NU Bonder tiba- tiba rami menyebutkan tentang diri Khafita Sari. Usut punya usut, Fita sapannya ternyata salah satu alumnus lulusan 2021 di pondok itu. Ia pernah mengenyam bangku SMK Al Mansyuriah. Yang membuat ramai diketahui Fita kini resmi menjadi salah satu Pramugari Maskapai Lion Air.
Media ini lalu mencoba menghubungi Fita dan mendapat konfirmasi kebenaran keviralan-nya.
“Saya dinyatakan passed (diterima) oleh pihak DGCA di tanggal 8 Februari kemarin,” ucap Fita.
DGCA (Directorate General of Civil Aviation atau Direktorat Jenderal Perhubungan Udara adalah instansi yang resmi meluluskan menjadi pramugara/pramugari atau disebut juga pihak yang mengecek apakah seseorang itu layak atau tidak menjadi pramugari.
Fita bercerita sejak lulus di SMK Al Mansyuriyah ia melanjutkan studinya di Kota Yogyakarta di Pendidikan Staf Penerbangan dan Pramugari (PSPP) di tahun 2021. Setelah wisuda baru ia melamar di Lion. Awal diterimanya di bulan Mei tahun lalu. Setelah itu ia mengikuti pendidikan di ground (pendidikan) darat selama hampir dua bulan. Setelah selesai ia kemudian mengikuti Flight Training selama 10 sektor.
“Setelah itu baru pengecekan dengan orang DGCA baru stelah itu dinyatakan lolos,” ucapnya lembut.
Perempuan berparas ayu itu menggantungnya cita-cita menjadi pramugari sejak di bangku SMP. Meski latar berlatar belakang keluarga tidak mampu hanya kuli kasar namun semangatnya untuk meraih apa yang diimpikan tidak pernah pupus.
“Alhamdulillah masya Allah bersyukur banget. Berkat doa orang tua, guru, keluarga dan orang-orang terdekat dan juga usaha dari diri sendiri akhirnya sampai di titik ini,” ucapnya penuh syukur.
Anak yang dilahirkan dari pasangan Satiba Lai – Umbu Rejab itu tidak malu bercerita. Ia yang lahir di pulau Ende Nusa Tenggara Timur hanya merupakan anak seorang pengumpul batu-batu kecil untuk dijual ke orang lain. Cita-cita yang digantungnya tidak jarang menjadi obrolan tetangga seakan cita-citanya hanya mimpi di siang bolong. Ocehan tetangga terkadang membuat semangatnya pupus. Namun Fita bukan berarti diam. Ia malah bangkit dan membuktikan semuanya.
“Saya nggak tinggal diem. Saya mencoba untuk bangkit dan membalas dengan kesuksesan saya,” curhatnya.
Usahanya pun membuahkan hasil. Bukan hendak sombong, namun Fita hanya ingin membuktikan bahwa takut gagal bukanlah ada pada dirinya.
-Sulit untuk mengalahkan orang yang tidak pernah menyerah. Jika takut gagal anda tidak pantas untuk sukses- motto hidup yang ditanamkan dalam diri perempuan yang dilahirkan di Ekoreko 23 Mei 2003 itu.
“Semoga ini bisa memotivasikan adek-adek yang masih duduk dibangku SMK Al Mansyuriah,” katanya.
Barangkali anggapan orang menjadi Pramugari itu cukup hanya berparas cantik nan ayu. Justru proses perjuangan dibalik itu tidaklah ringan. Fita teringat dengan kata – kata Pengasuh Pondok Pesantren Taklimusshibyan, Baiq Mulianah. Bahwa tujuan itu penting tapi proses jauh lebih penting.
“Menjadi Pramugari itu lumayan menguras energi dan air mata. Juga penuh tantangan. Iya dan kalau di bilang enak atau nggak-nya kembali lagi ke diri kita pribadi gimana cara kita memposisikan-nya saja,” katanya.
Bagi Fita hal yang mengesankan menjadi Pramugari itu bisa bertemu dengan orang-orang/penumpang dari berbagai daerah dengan watak dan karakter yang berbeda. Adapun yang memberatkannya ketika Fita terbang namun ibunya sedang tidak sehat.
Bagi Fita menjadi pramugari tidak seenak atau segampang yang orang lihat.
“Karena yang saya pribadi rasakan sendiri bagaimana perjuangan saya untuk mencapai di titik seperti sekarang ini. Saya akhirnya bangga dengan semua proses itu,” katanya.
Setelah sukses menjadi Pramugari Fita ingin mewujudkan impiannya membawa Ibunya yang masih hidup ke tanah Suci Makkah.
“Cita-cita belum tercapai menunaikan ibadah umrah/haji buat mama Insya Allah,” ucapnya.
Fita tidak lupa menyemangati ibunya. Tidak usah peduli dengan omongan orang di luaran sana. Tetap fokus dengan kehidupan sendiri.
“Yang paling terpenting semoga beliau sehat selalu dan selalu dalam lindungan Allah SWT di setiap langkahnya. Aamiin,” ucapnya berdoa.
Meski baru menginjak tangga kesuksesan Fita tidak lupa almamater. Berkat doa guru dan orang tua cita-cita itu bisa digapainya. Tentunya berkat bimbingan dan arahan para guru. Fita lalu mendoakan gurunya di pondok tetap sehat.
“Untuk guru-guruku ustad, ustadzah semuanya semoga diberikan kesehatan. Jangan pernah bosan untuk mengajar dan memberikan ilmu untuk kami anak-anakmu. Tanpa bimbingan dan arahan dari guru semua mungkin Fita tidak akan sampai di titik ini. Sukses terus guru-guru ku semua dan semoga selalu dalam lindungan allah SWT,” doanya.
Ada kebanggaan tersendiri bagi Fita bisa menjadi salah satu al almamater Bonder. Ia bisa bertemu keluarga besar dari Pengurus Yayasan Ponpes Al-Mansyuriah Taklimusshibyan Bonder yang orang-orangnya sangat baik. Juga bisa bertemu teman-teman di sekolah dan di pondok. Kegiatan ngaji bareng di pondok amat dirindukannya. Fita teringat semasa di Pondok jarang makan enak. Terkadang hanya lauk Terong dan nasi putih yang dimakan.
“Sangat pahit kalau di bilang selama di pondok,” celetuknya dengan mimik senyum.
Sebagai alumni, Fita berpesan agar adik-adik yang masih menuntut ilmu tetap rajin dalam ibadah dan menuntut ilmu. Tidak usah merasa bosan dan bermalas-malasan karena ikhtiar yang sungguh-sungguh akan membuah kan kedepannya.
Fita berharap nantinya bisa bersilaturrahmi melihat Pondok lagi. Pondok yang telah mendidiknya dan mengantarkan hingga di titik kesuksesan ini. (*)
jadi kangen, sukses buat kita semua. see u di bandara cantikk 🥺💗
Selamat dan semoga tidak lupa ajaran Islam saat di pondok
Semangat mbak Fita, tetap istikomah ibadahnya dimanapun berada. Sukses selalu