Herman salah satu warga Lobar yang masuk jamaah calon haji dan akan berangkat Juni 2023 ini. Terdapat kisah ikhtiar pantang menyerah dari Herman demi bisa menunaikan rukun Islam kelima itu.
WINDY DHARMA – LOMBOK BARAT
DOA terus terpanjat dari Herman, warga asal Desa Kuripan Kecamatan Kuripan Lombok Barat (Lobar). Beberapa hari lagi Ia akan berangkat menginjakkan kakinya di tanah suci Mekah. Namanya masuk dari salah satu ratusan Jamaah Calon Haji (JCH) yang akan berangkat pada 8 Juni mendatang. Doa dan ikhtiar bertahun-tahun lamanya akan berbuah manis.
Cobaan dan ujian kesabaran dihadapi olehnya sebelumnya. Selama empat tahun ia berjuang menyisihkan penghasilannya untuk biaya haji. Pekerjaannya sebagai pembuat batu bata merah tak terlalu banyak. Namun niatnya untuk ibadah begitu besar sehingga dipermudah Allah. Dikaruniai tiga anak sholeh/sholeh, begitu membuatnya bersyukur. Sebab ketiga buah hatinya itu membantu pria 55 tahun dalam memenuhi biaya pelunasan haji.
“Karena kita kan bukan pemiliknya tapi kulinya makanya gak bisa berbuat lebih, kalaupun ada untung sedikit kita kita hanya bisa nabung Rp 100 ribu dari penghasilan penjualan,” terang Herman, pekan kemarin.
Profesi menjadi pembuat batu bata sudah ditekuni Herman sejak menikahi istrinya. Selama bertahun-tahun ia berusaha menyisihkan penghasilannya untuk menabung haji disamping memenuhi tugas utamanya menafkahi keluarganya. Pria berambut putih itu terbilang tekun dalam menjalankan kewajibannya sebagai kepala rumah tangga. Saat tak ada yang membeli batanya ia mengaku menjadi tukang ojek untuk membuat asap dapur tetap mengepul.
“Kalau dibilang cukup harus kita cukupkan, Tapi alhamdulillah saya juga bisa menunaikan haji lewat batu bata ini,” katanya.
Setiap seribu batu bata yang dia buat dihargai Rp 500 ribu. Tak sampai sebulan ia bisa membuat sejumlah batu bata itu. Namun upah sebesar itu diterimanya jika bata itu laku terbeli. Namun jika tidak ia masih tetap mendapat upah dari bosnya meski tak sebesar itu.
“Mau laku atau tidak tetap dibayar, tergantung pesanan bos juga kalau lagi banyak orderan kita bisa dapat Rp 3 juta perbulannya,” akunya.
Dari penghasilan batu bata itu juga, Herman mengaku bisa mendaftarkan sang istri haji di 2014 lalu. Sebab ia ingin sang istri bisa juga menunaikan ibadah haji meski tak bersamaan dengan dia.
“Saya sisihkan untuk daftar istri pada tahun 2014 itu, tapi karena keberangkatannya berdasarkan nomor porsi jadi gak bisa, harus nunggu istri saya,” jelasnya.
Ia begitu senang saat kursi tunggu keberangkatannya yang jatuh pada 2021 lalu. Sayangnya pandemi covid-19 yang melanda dunia membuat namanya ditunda keberangkatannya. Pasalnya usianya masuk dalam jamaah haji kategori rentan covid saat itu. Sehingga ia harus ikhlas menunggu kembali. Sebelum akhirnya kebijakan pandemi dicabut dan ia menjadi salah satu JCH prioritas berangkat di 2023 ini.(*)