MATARAM– Forum Quality Tourism NTB 2025 berlangsung penuh semangat di Pendopo Tengah, Gubernur NTB, Rabu malam (30/04). Menghadirkan para pejabat baru, pelaku industri pariwisata NTB, serta tokoh tokoh budaya. Hadir juga pariwisata Ketua BPPD NTB, Sahlan M Saleh dan pengurus lainnya. Mantan Ketua BPPD, Awanandi. Tampak mendampingi Gubenur pemerhati Pariwisata, Topan Rahmadi.
Acara yang diawali dengan makan malam bersama ini, mengusung semangat baru: menghilangkan kompetisi dan membangun kolaborasi.
Dalam forum tersebut, Gubernur NTB, Lalu Muhammad Iqbal, menekankan pentingnya membangun kolaborasi antar pelaku pariwisata. Ia mendorong agar kompetisi yang selama ini menjadi budaya di sektor pariwisata, diubah menjadi kerja sama erat demi kemajuan bersama.
Gubernur menegaskan bahwa pariwisata NTB harus bergerak dari ketergantungan pada mass tourism menuju quality tourism. Ia juga mendorong dialog terbuka antarpelaku industri untuk merumuskan komitmen bersama menghadapi berbagai tantangan, seperti ketergantungan pada jumlah wisatawan massal, kebutuhan peningkatan SDM, dan strategi promosi pariwisata yang lebih efektif.
Perkenalkan Kadis Pariwisata Baru
Dalam kesempatan itu, Gubernur memperkenalkan Lalu Ahmad Aulia sebagai Kepala Dinas Pariwisata NTB yang baru. Ia menyampaikan apresiasi kepada mantan Kadis Pariwisata Jamaluddin Malady, dan menekankan bahwa pengalaman lintas instansi penting untuk membentuk PNS yang andal.
Iqbal juga membagikan kisah pribadinya, mengenang saat dirinya sudah aktif menulis tentang pariwisata sejak SMA dan melakukan riset tentang Senggigi di masa mudanya. Sebagai diplomat, selama 28 tahun, ia banyak belajar tentang kekuatan kolaborasi dari berbagai negara.
“Saya ini hanya tukang jahit,” kata Gubernur Iqbal, mengibaratkan tugasnya sebagai perajut potensi yang dimiliki NTB untuk dirancang menjadi kekuatan besar. Ia menegaskan, semua kepala dinas harus bertanggung jawab dalam meningkatkan kunjungan wisatawan dan menurunkan angka kemiskinan melalui pariwisata.
Gubernur LMI, dengan slogan Bangkit Bersama, Makmur Mendunia, Gubernur mengajak seluruh pihak bekerja sama, mengambil pelajaran dari keberhasilan negara lain seperti Thailand yang sukses melalui kolaborasi erat lintas sektor.
“Semua tentang kita semua. Jangan tunggu semuanya gelap baru sadar,” tegasnya, seraya menambahkan bahwa forum kali ini adalah pertemuan awal dari banyak kolaborasi yang akan dibangun ke depan.
Isu-Isu Krusial: Kebersihan, Kejujuran, dan Keamanan
Diskusi dalam forum juga disoroti tiga isu utama pariwisata NTB: kebersihan, kejujuran, dan keamanan. Aldo, salah satu pelaku industri pariwisata, menegaskan bahwa ketiga aspek ini adalah tugas utama pemerintah untuk mendukung citra NTB sebagai destinasi quality tourism.
Ketut Walini dari asosiasi perhotelan mengungkapkan keprihatinannya terhadap rendahnya okupansi hotel di NTB. Ia melaporkan, okupansi di Gili hanya 80 persen, Mandalika 72 persen, Senggigi 50 persen, sementara kota-kota besar hanya sekitar 25 persen. Ia juga menyoroti maraknya vila ilegal yang tidak membayar pajak, serta tingginya harga tiket pesawat ke Lombok yang menghambat pembuatan paket wisata.
Tiket Mahal dan Database Kunjungan yang Lemah
Masalah harga tiket juga disampaikan oleh para pelaku industri. Bali-Lombok hanya 30 menit penerbangan, tetapi harga tiket termurah mencapai Rp1,2 juta, dinilai terlalu mahal untuk mendukung pariwisata.
Miq Kus, Ketua IHGMA, menekankan pentingnya membenahi database kunjungan wisatawan agar strategi promosi lebih terarah.
Ibnu, manajer hotel di Sembalun, mengusulkan pengadaan transportasi khusus menuju Sembalun untuk memperlancar arus wisatawan. Ia juga meminta kejelasan soal Pergub Miras dan arah branding pariwisata Lombok-Sumbawa.
Pak Edi menambahkan, pariwisata NTB perlu “gula” yang cukup agar bisa menarik “semut” alias wisatawan. Ia menilai, pariwisata NTB perlu terus meningkatkan daya tarik agar wisatawan betah berlama-lama.
Rencana Gubernur untuk membuka penerbangan langsung dari berbagai kota internasional, seperti Hong Kong dan Jepang, disambut positif oleh para peserta. MGPA melaporkan bahwa event di Sirkuit Mandalika tahun lalu berhasil menarik 25 ribu pengunjung.
Garuda Indonesia juga turut berpartisipasi dalam promosi pariwisata NTB. Salah satunya melalui produksi video promosi bersama BPPD NTB.
Forum Kolaborasi ini menandai awal dari transformasi pariwisata NTB menuju era quality tourism. Semua pihak sepakat bahwa kolaborasi, perbaikan pelayanan, promosi yang kreatif, dan komitmen bersama adalah kunci untuk membuat Lombok dan Sumbawa bersinar di mata dunia. (red)