KONDISI: Kondisi MI NW Jantuk Mantang yang tidak terurus karena rusak. (HAZA/RADAR MANDALIKA)

PRAYA – Sarana prasarana yang memadai adalah faktor penunjang kualitas layanan pendidikan.

Namun realitanya masih banyak sekolah atau madrasah di Lombok Tengah yang gedungnya tidak layak pakai.

Seperti dialami oleh MI NW Jantuk Mantang Batukliang yang saat ini dalam kondisi memprihatinkan.

Pasalnya, empat lokal ruang kelas ambruk setalah dihantam gempa bumi 2018 silam, dan sampai saat ini belum ada bantuan perbaikan.

Pihak madrasah dan yayasan pun sudah melakukan berbagai upaya namun, tidak ada satupun proposal pengajuan bantuan ditanggapi.

“Empat lokal gedung sebenarnya bisa dikatakan tergolong masih baru, tapi karena gempa tahun lalu membuat kayu kusen patah. Semenjak itu tidak pernah dipakai karena dikhawatirkan ambruk tiba-tiba,” ujar Kepala MI NW Jantuk, Hj Ismawati, pada Radar Mandalika, kemarin.

Dari tahun ke tahun kondisi gedung yang dimaksud terus mengamami kerusakan, sehingga membuat pihaknya berinisiasi pada awal tahun 2022 melakukan pembongkaran. Karena anak-anak di area tersebut sering berlalu-lalang meskipun sudah diperingati oleh guru.

“Terpaksa saya bongkar dari pada nantinya ada korban, toh juga gedung tidak bisa dipakai karena atap sudah melengkung,” terangnya.

Kasus ini, pihaknya juga sudah membuat laporan tertulis kepada Camat, Kades, Kapolsek, dan Danramil. Sesudahnya dilanjutkan direkomendasikan buat proposal ke berbagai instansi terkait.

“Namun sampai saat ini belum ada lampu hijau,” sentilnya.

Ditanya terkait bagaimana proses belajar-mengajar berjalan, sementara kondisi gedung empat lokal sudah berlumut tak layak pakai. Ia mau tidak mau harus numpang di bekas gedung MTs itupun juga jauh dari kata layak.

“Merasa kekurangan gedung dan mengharapkan bantuan tak kunjung datang, kami berinisiasi merenovasi satu lokalnya dengan biaya seadanya dari swadaya guru itupun seadanya. Karena kami memikirkan masa depan anak-anak sehingga dalam kondisi apapun mereka harus tetap belajar,” terangnya.

Pihaknya berharap kondisi ini bisa dapat perhatian dari pemerintah atau pemerhati pendidikan dan stakeholder terkait lainnya. Karena pengurus yayasan yang bertanggungjawab dalam masalah ini sudah lama meninggal dunia. Sehingga pihaknya mulai membentuk struktur pengurusan yayasan baru Yayasan Nurul Islam tahun 2017.

“Kita juga sudah masukan proposal ke Bupati dan gubernur tahun lalu namun belum ada tanggapan,” pungkasnya.

Salah satu tenaga pendidik Ridwan berharap bangunan segera mungkin dapat diperbaiki. Sangat mengganggu proses belajar mengajar. Apalagi hujan, bangunan yang jadi kelas sementara juga bocor sana-sini. (hza)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 287

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *