Dipulangkan, TKW Maniah Lanjut Perawatan di Lotim

MATARAM – Maniah tenaga kerja wanita (TKW) asal Desa Mendana, Keruak Kabupaten Lombok Timur yang diduga menjadi korban kekerasan fisik majikan akhirnya sampai kampung halamannya, Selasa kemarin. Maniah dipulangkan Direktorat Pelindungan dan Pemberdayaan BP2MI dan UPT BP2MI Provinsi Jawa Timur dari Surabaya.
Dimana, Maniah akan melanjutkan perawatan medis di RSUD Selong, Lombok Timur. Mengingat kondisi PMI yang berangkat secara illegal tahun 2017 lalu itu cukup memprihatinkan. Tubuhnya penuh luka seperti korban kekerasan fisik.
“Kami sudah terima informasinya. Diperkirakan kedatangan di Bandara Lombok pukul 09.20 wita (kemarin, red),” terang Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi NTB, I Gde Putu Aryadi yang dihubungi Radar Mandalika, kemarin.
Maniah informasinya diberangkatkan seorang sponsor inisial SM untuk bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) tujuan Malaysia tercatat No. Paspor: B6101484. Apesnya, dia malah disiksa diduga oleh majikannya. TKW ini diduga disiksa majikan setiap hari bahkan dia dipaksa bekerja 22 jam tanpa istirahat. Kejadian itu membuat dirinya tidak tahan akhirnya ia ditemukan oleh temannya dan dibawa pulang ke Indonesia. Maniah mengalami sakit pada saat menjalani masa karantina setibanya Bandara, Jatim Senin 9 Agustus lalu. Maniah akhirnya menjalani perawatan di RS Surabaya.
Berdasarkan keterangan dari yang bersangkutan, kadis mengatakan bahwa dirinya pernah mengalami kekerasan dari pengguna jasa dan terdapat bekas luka di beberapa bagian tubuh. Hasil pemeriksaan Dokter di Asrama Haji Sukolilo juga menjelaskan bahwa PMI mengalami trauma serius dengan diagnosa sementara gangguan mental organic, hiponatremia refrakter, dan suspec ensefalistis ec. TB, sehingga merujuknya ke RSUD dr Soetomo.

“Pada Senin (06/09) UPT BP2MI Provinsi Jawa Timur menginformasikan PMI Maniah telah diizinkan oleh Tim Dokter RS dr. Soetomo untuk melanjutkan perawatan di daerah asal,” katanya.

Aryadi mengatakan, biaya perawatan Maniah sampai proses pemulangannya sebesar Rp 36.787.488,- namun menjadi tanggungan BP2MI.
Kepulangannya diantar langsung BP2MI bersama keluarga Maniah yang saat itu berangkat ke Surabaya mendampingi perawatan Maniah.

“Setibanya di Bandara langsung dijemput Disnaker Lombok Timur. Dia langsung dipulangkan ke Selong,” ceritanya.

Anggota DPRD NTB, Buhori Muslim melihat ini dampak pemerintah tidak mampu membuat masyarakat sejahtera di daerah. Lapangan pekerjaan terbatas dan hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu. Akhirnya menjadi TKI pilihan paling mudah bagi masyarakat meski mereka tidak tahu dibohongi lewat jalur illegl.

Selama ini anggaran di Disnaker memprihatinkan. Ini tidak sejalan dengan program zero TKI Unprosuderal yang digagas gubernur maupun wakil gubernur. Dampaknya Disnaker belum bisa menangani secara maksimal TKI yang berangkat tidak sesuai prosudur itu.
“Kami dorong Pemprov tambah anggaran Dinas Tenaga Kerja agar bisa mengentaskan masalah-masalah PMI ini untuk jangka pendek,” tegasnya.
Jangka panjangnya, Pemprov harus meningkatkan SDM PMI yang akan dikirim ke Luar Negeri. Sehingga ke negara orang telah siap dengan Hight Skill.(jho)

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *