Dijalani 4 Tahun, Pilih Lombok Karena Sedikit Persaingan
Sejak masuknya bulan Juli penjual bendera musiman terus menjamur di Kota Praya. Bahkan jelang momen perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke-77, para penjual bendera dibanjiri pembeli. Berikut cerita Solihin penjual bendera musiman.
HAZA-LOMBOK TENGAH
SOLIHIN, 31 tahun membuka barang jualannya berupa bendera merah putih dan pernak pernik 17 Agustus di Jln. Ki Hajar Dewantara, Praya. Kepada Radar Mandalika, ia mengaku meninggalkan keluarga di Kabupaten Garut, Jawa Barat untuk mencari rizki dengan menjual bendera di Praya, Lombok Tengah.
“Saya usaha musiman begini 4 tahun, saya hanya di Lombok Tengah saja. Saya mulai jualan awal Juli dan alhamdulillah hasilnya lumayan,” ceritanya.
Adapun bendera yang dia jual termasuk harganya. Umbul-umbul dijual Rp 25-30 ribu, bunting flag Rp 20 ribu, bendera merah putih besar 80 ribu, kecil 25-50 dan umbul-umbul merah putih gelombang panjang 10 meter dijual Rp 250-350.
“Kita ke Lombok Tengah hanya pada saat momen jelang 17 Agustus saja ,selepas itu kita balik bersama rombongan menjalani profesi lain. Alhamdulillah hasilnya tidak mengecewakan dibandingkan pada saat covid-19,” ungkapnya.
Selama berjualan, paling banyak pesan pihak sekolah dan kantor. Katanya, jika dirata-ratakan keuntungan perhari bisa jutaan rupiah seekarang barang sudah mau habis barang jualan mereka.
Adapun alasan ke Lombok, untuk berjualan bendera, umbul-umbul dan pernak-pernik 17 Agustus karena di kampungnya banyak penjual di sana. sementara barang jualannya ini ia ambil dari salah satu bos di Garut, sehingga harga sudah dipatok.
“Saya bersama teman-teman yang lainnya transit ke Lombok karena dilihat persaingan sedikit. Yang namanya usaha kadang sepi kadang ramai tapi tetap harus disyukuri,” tuturnya.(*)