Zainuddin menjadi satu dari ratusan Jamaah Calon Haji (JCH) Lobar yang akan berangkat menunaikan ibadah haji tahun ini. Untuk bisa naik haji, butuh perjuangan disertai doa dan kesabaran.
WINDY DHARMA-LOMBOK BARAT
KEDIAMAN Zainudin bin Kurdi ramai didatangi tamu yang mendoakannya. Sebab tak lama lagi, warga Dusun Jerneng Desa Terong Tawah ini akan berangkat menunaikan ibadah haji pada musim haji tahun ini. Inilah buah manis dari kerja kerasnya selama kurang lebih 47 tahun berjualan telur lilit atau sejak berusia 18 tahun. Seiring waktu, hasil berjualan di Mataram bisa menjadi modalnya menyewa lapak di salah sekolah. Dari sana ia bisa menabung dan membeli lahan yang dihajatkan sebagai dana untuk mendaftar haji pada saatnya nanti. “Dari jualan di sekolah itu saya bisa nabung dan membeli lahan sekitar awal tahun 2000 an,” kata pria kelahiran 1960 itu.
Namun seiring berjalannya waktu, ia tak bisa lagi berjualan di sekolah. Sehingga terpaksa keluar dan harus putar otak agar tetap bisa berdagang demi untuk melanjutkan hidup. Akhirnya ia memilih berjualan bakso goreng telur lilit. Dimulai sekitar tahun 2008, ia berjualan ke wilayah selatan Lombok Barat yakni di Kecamatan Lembar dan Sekotong. Berangkat pukul 07.00 WITA dan pulang sekitar pukul 18.00 wita, dengan modal jualan saat itu Rp 50 ribu. Pendapatannya bisa sampai Rp 100 ribu per hari. “Hasil dari jualan itulah yang saya kumpulkan untuk jadi tambahan menyetor ongkos haji pada tahun 2012,” ungkapnya.
Apalagi tabungan yang terkumpul banyak digunakan untuk biaya hidup semenjak berhenti jualan di sekolah. Sehingga ia kembali mengumpulkan tabungan untuk mewujudkan niat berangkat haji yang sudah ditanamkan sejak lama. “Akhirnya memantapkan diri pada tahun 2012 sudah mendaftar haji, dengan besaran dana awal Rp 25 juta,” ujarnya.
Setelah resmi mendaftar dan mendapatkan nomor porsi haji, ia semakin gigih berusaha dan menabung demi bisa melunasi biaya haji. “Sejak saat itu sudah saya nabung Rp 10 ribu kadang Rp 15 ribu sehari,” ujarnya.
Pada saat daftar haji 2012, estimasi keberangkatan diperkirakan tahun 2017. Namun pada tahun 2017 namanya belum juga turun, hingga wabah covid melanda sehingga keberangkatan diundur. Sebelum dinyatakan sebagai calon jamaah haji reguler, pada tahun 2024 namanya keluar sebagai calon jamaah haji cadangan. Namun karena tidak ada biaya untuk pelunasan, ia memilih menunggu tahun depan untuk berangkat. “Alhamdulillah tahun ini dapat panggilan Allah,” ujarnya.
Setelah semua tahapan diselesaikan, Kemenag memastikan ia akan berangkat ke tanah suci tanggal 1 Mei. Selama hampir 8 hari, ia melakukan persiapan sebelum keberangkatan. Mulai dari tasyakuran walimatul safar, dan kegiatan serakalan setiap malam. “Alhamdulillah persiapan sudah selesai, dan saat ini sedang kegiatan ziarah oleh warga,” ujarnya.
Kegiatan serakalan digelar untuk memohon doa dari jamaah agar diberikan kesehatan dan kemudahan serta kelancaran dalam menjalankan ibadah haji, dari sejak berangkat hingga pulang kembali ke Indonesia. “Kita berharap doa dari masyarakat dari kegiatan selakaran,” ujarnya.
Meski di sisi lain, usaha bakso telur lilit yang dijalaninya juga mengalami pasang surut. Modal usaha semakin naik, pendapatan juga naik. Namun kebutuhan anak-anak dan keluarga juga bertambah. Ia menyebut saat itu modal berdagang bakso telur lilit sekitar Rp 125 ribu hingga Rp 150 ribu. Sedangkan dalam satu hari ia mendapatkan penghasilan antara Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu tergantung sepi dan ramainya orang yang beli. “Kalau sekarang modalnya sampai Rp 125 ribu, dapat jualan sampai Rp 250 ribu sehari. Tergantung sepi dan ramai,” kata ayah lima anak ini.(*)