FENDI/RADARMANDALIKA.ID PORTER: Berikut kondisi pasca banjir bandang di Lotim dari beberapa sisi.

Semua Terkejut, Korban Banjir Tidur di Rumah Warga

Warga Desa Seruni Mumbul dan Labuhan Lombok, Kecamatan Peringgabaya Senin (14/12) secara tiba- tiba dikejutkan dengan genangan air yang masuk rumah warga. Air yang merendam setinggi satu meter.

FENDI-LOTIM

IBU Nadira merupakan pembantu rumah tangga saat itu sedang istirah bersama keluarganya, sontak dia berlarian karena sekejap rumahnya dipenuhi air. Dia bersama suaminya berusaha untuk menyelamatkan kedua anaknya yang baru kelas 4 SD dan yang satunya baru masuk Taman Kanak- kanak (TK).

“Hanya sebentar saya tiba- tiba airnya sudah masuk ke dalam rumah,” ungkapnya, Rabu (16/12) saat ditemui wartawan Radarmandalika.id.

Katanya, sekejap rumahnya tergenang, ia pun pergi mengungsi ke rumah saudaranya bersama keluarga sembari menunggu surut air. Selang beberapa waktu air pun surut. Tak cukup sampai di situ, perkajaan baru pun datang. Dia bersama warga lain korban banjir bandang tinggal membersihkan lumpur yang masuk ke dalam rumah mereka.

Diceritakan dia, televisi, kulkas, kompor gas, pakaian, semuanya terendam air, bahkan ada juga yang terbawa oleh arus. Malamnya ia menginap lagi di rumah tetangga, paginya bangun dan mulai membersihkan bekas lumpur yang menumpuk bahkan sampai 50 cm. Dia pun memanggil kerabat dan keluarganya mulai dari pagi sampai siang hari ia membersihkan lumpur tersebut namun masih saja belum bisa selesai.

Rumah yang sederhana, temboknya pecah- pecah bekas gempa, juga dinding yang berlabel keluarga miskin penerima manfaat tersebut harus bahu membahu membersihkan rumah yang berukuran sekitar 8 X 6 M tersebut.

Sekilas mungkin akan terlihat bersih di depannya, namun di dalamnya masih banyak sampah, lumpur dan tembok yang terkikis air. Perempuan yang juga keluarga peneriman manfaat tersebut mengaku belum pernah mendapat bantuan dari tim tanggap bencana, untuk meringankan beban mereka membantu membersihkan lumpur yang tertimbun di masing- masing kamar rumahnya.

“Kami tidak mendapat bantuan dari tim tanggap bencana,” ungkap dia.

Ia juga mengaku bantuan yang diberikan sering tidak merata, bahkan dirinya selama kejadian ini hanya mendapat bantuan berupa mi 16 air dan air mineral 2 dus. “Sering ada bantuan yang datang, namun dia masuk aja ke dalam. Pernah ada dari salah satu partai, kemudian saya minta mie karena saat itu saya punya air tapi tidak ada mie, tapi petugasnya  jawab, kamu jangan banyak omong nanti tidak saya berikan jatahnya, namamu sudah diliput,” ceritanya.

Dia  mengaku mengalami kerugia sekitar 2 sampai 3 juta rupiah akibat banjir bandang ini. Ia berharap pemerintah daerah dapat lebih memberi perhatian terhadap kondisi korban gempa yang ada, termasuk penyaluran bantuan yang harus lebih merata.

Sementara, Aljihadi 37 tahun warga Dusun Pancoran RT 1 Seruni Mumbul juga menceritakan hal yang sama, saat itu dirinya sedang beristirahat secara tiba- tiba air langsung merendam semua isi rumhanya. Ia tidak bisa berbuat apa- apa, hanya bisa menyelamatkan anggota keluarganya.

“Setiap tahun ada banjir, namun yang kemarin secara tiba- tiba meluap dan air sudah sampai pusar,” jelasnya.

Bapak yang berprofesi sebagai nelayan ini sontak langsung membawa anaknya yang baru kelas 6 SD dan yang baru berumur 4 tahun keluar dari dalam rumahnya.

Dia pun tak sempat memikirkan perabotannya, beras, kompor gas, salon, televisi, dan semua isi rumahnya terendam banjir tersebut. “Kerugian sekita 4 jutaan, semua barang di rumah terendam air, cumin Hp yang sempat kita bawa, karena sangat penting,” terangnya.

Menurutnya, banjir bandang tersebut terjadi karena kiriman air hujan yang deras dari hulu kemudian ditambah naiknya air laut sehingga air tersebut meluap ke rumah warga.

Perbaikan kali dengan membeton lebih tinggi sehingga air tidak masuk rumah warga, sering dijanjikan pemerintah darerah namun diakuinya sampai saat ini masih belum ada realisasinya.

“Dari dulu katanya akan dibangun tembok di pinggir kali itu,” beber dia.

Ia berharap kedepannya pemerintah lebih memperhatikan hal tersebut, juga bantuan kepada masyarakat, diakuinya profesi sebagai nelayan saat ini tidak menjanjikan, karena cuaca yang tidk menentu membuat dirinya sering tidak memiliki hasil tangkapan.

“Di bulan 12 ini, sampai bulan 3 kita minim penghasilan, bahkan tidak ada sama sekali, kita juga tidak bisa sering- sering ke laut karena cuaca tidak menentu,” tutupnya. (*)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 148

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *