Menulis di Bawah Tenda Pengungsian Gempa, Ingin jadi Dokter
Nama Yuhana Rizki Alfianisa alias Nisa, 23 tahun akhir-akhir ini mulai ramai dibicarakan di media social. Gadis difabel ini, berhasil membuka setidaknya 22 juta ‘mata’ manusia untuk membaca novel yang ditulis dia sejak 2018. Sekarang Anisa mulai banyak ditawarkan kerjasama pihak luar, bahkan cerita dalam novel dibuat bakal menjadi sebuah film yang diperankan sejumlah artis.
DIKI WAHYUDI-LOMBOK TENGAH
YUHANA Rizki Alfianisa alias Nisa, 23 tahun merupakan gadis dari Dusun Teko Desa Teko, Kecamatan Pringgabaya Lombok Timur. Sejak kecil mengalami cacat fisik, kedua kakinya tidak normal. Begitu juga tangan kirinya.
“Saya begini menurut cerita ibu bukan cacat saat lahir, tapi saat masih bayi sempat dapat suntik campak. Dari situ sudah,” cerita Anisa dalam podcast bersama Radar Mandalika Official, Rabu pagi kemarin.
Tapi dia yakin, di balik pemberiaan Allah ini pasti ada tujuan lain. Namun di tengah kemampuannya membuka 22 juta mata pembaca karena tulisan novel karyanya itu. Tidak membuat dirinya besar kepala.
“Ya itu mungkin menurut orang ka, saya biasa saja,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Anisa pun membagikan cerita hidup bahkan hingga bisa menunjukkan kemampuan melebihi orang normal. Dia pun merasa heran kepada dirinya sendiri, baik kemampuan membaca bahkan menulis sejak usia 4 tahun. Katanya, itu semua bisa dilakukan karena dasar cacat fisik yang dialaminya.
“Saya sering dibuli sama teman-teman, masak sudah besar tetap digendong. Bahkan saya sering marah-marah di depan cermin,” ungkapnya.
Berangkat dari sering diejek rekan-rekannya, ia pun lebih banyak bermain di dalam rumah. Membaca, menulis bahkan sering melukis. Bahkan orangtua sering membelikan dia buku untuk dibaca, termasuk dibekali buku harian (diary).
“Jadi apa yang terjadi hari itu pasti saya tulis, banyak tumpukan buku diary di rumah sekarang. Di situ lengkap saya tulis perjalanan dan kehidupan saya,” ceritanya.
Ia mengatakan, sejak itu hari-harinya banyak dihabiskan untuk belajar di dalam rumah. Dari kemampuannya membaca dan menulis, duduk di bangku sekolah dasar atau di MI NW Teko hanya 3 tahun. Kelas 1 hanya 1 bulan dan kelas 2 hanya 1 minggu loncat ke kelas 3 normal sampai kelas 6.
“Saya tidak tahu waktu itu tiba-tiba dipindah ke kelas lain, kata paman saya sih karena Anisa pintar,” tuturnya.
Selama sekolah berjalan 3 tahun, setiap hari Anisa digendong pamannya ke sekolah. Kemana pun dia selalu digendong sang paman.
“Ibu saat saya masih kecil sudah menjadi TKI,” katanya.
Anisa pun mengaku, saat pengumuman lulus MI dia berhasil menjadi juara umum di sekolah itu. Namun sayang, Anisa memutuskan tidak melanjutkan sekolah ke jenjang MTs atau SMP karena tidak siap dibuli rekannya di sekolah.
“Alhamdulillah saya sekarang sudah bisa berbahasa inggris, semua otodidak. Cinta-cinta saya kalau normal saya mau jadi dokter, tapi dengan kondisi begini saya juga mau kuliah di luar negeri,” katanya menceritakan mimpi besarnya.
Selain itu, Anisa juga menceritakan awal memulai menulis novel dan dibaca 22 juta pembaca. Dimana, novel ditulisnya dengan judul Light By You mulai ditulis sejak tahun 2018 saat gempa bumi melanda Lombok bahkan NTB. Dia membutuhkan waktu 6 bulan menulis. Mirisnya, novel mulai ditulis saat di bawah tenda pengungsian gempa bumi.
Dia menceritakan, isi dalam novel ditulis yang banyak dibaca ini cerita para remaja. Sekalipun dia tidak menikmati itu, namun mampu diungkapkan dalam novel yang dipot melalui aplikasi itu.
“Saya selalu bersyukur, saya tidak menyangka banyak yang baca,” ujarnya.
Dari kelebihan dimilik ini, Anisa tentu bersyukur atas ap yang diberikan Allah kepada dirinya. Ia juga mengucapkan terimakasih kepada ibu dan pamannya yang sudah lelah mengurus dirinya.
“Kepada pemerintah semoga tetap memperhatikan keberadaan kami pada difabel, atau anak-anak yang memiliki keterbatasan seperti kami ini,” kata Anisa.(*)