PRAYA – Balai Latihan Kerja (BLK) Lombok Tengah (Loteng) bukan hanya mendidik keterampilan, namun melainkan juga mengasah jiwa sosial dan mental sumber daya manusia (SDM) dalam menghadapi dunia kerja.
Di BLK umumnya para peserta hanya diberikan ilmu pengetahuan dan praktek dalam rangka menyiapkan diri sebagai bekal dalam menghadapi dunia kerja. Namun hal itu tidak bagi UPT BLK di Lombok Tengah. Pasalnya bukan hanya mengasah dan memberi pengetahuan dan kemampuan dalam dunia kerja. Namun BLK di Loteng juga menanamkan kedisiplinan, kesiapan mental dan jiwa sosial kepada para peserta terhadap yang kurang beruntung.
Contohnya salah satu peserta yang menginjak paruh baya dalam kelas menjahit, Nurul Badri. Pria asal Desa Bonder ini membeberkan, jika ia mengikuti pelatihan kelas menjahit ini atas dasar tekat yang kuat dalam menimba ilmu di usia senja untuk memberi manfaat yang lebih luas di kampung halamannya.
“Saya ikuti kelas menjahit ini untuk saya ajarkan kembali ke anak didik saya di rumah di Taman Baca Alquran, supaya mereka ada keahlian selain bisa membaca Alquran. Supaya ke depan dalam mencari kerja mereka tidak repot, malah dapat membuka peluang kerja bagi orang lain,” terangnya.
Ia yang saat ini sedang menyelesaikan tugas praktiknya mengutarakan, dengan melihat kondisi sekitar baik anak kurang mampu maupun anak yatim, kemudian dia ditugaskan membuat baju pramuka dan baju merah putih untuk sekolah anak-anak tersebut. Dimana, sama juga halnya dengan peserta menjahit lainnya.
“Satu peserta membuat dua stel baju. Yakni Baju Pramuka dan baju merah putih, dan sekitar 5 hari lagi selesai kami pelatihan dan bajunya bisa kita bagikan ke sekitar kami di kampung,” ucapnya.
Instruktur menjahit Baiq Sainik menambahkan, semua peserta menjahit saat ini ditugaskan membuat seragam sekolah. Dimana, semua pesertanya itu dengan beragam faktor latar belakang pendidikan. Ada yang telah memiliki dasar maupun mulai belajar menjahit dari nol. Namun semua peserta dikatakannya antusias dalam belajar.
“Selama ini yang saya alami, tidak ada yang terlalu susah diajarkan ke peserta, mulai dari target per minggu menjahit apa dan materi apa, itu semua melakukan dengan antusias dan semangat dalam belajar,” jelasnya.
“Dari 260 jam belajar (30 hari, red) dan dilaksanakan 6-8 jam sehari kalau peserta sudah memegang mesin malah sampai lupa waktu,” tambahnya.
Dengan kemampuan ini pun, ujarnya, para alumni yang pernah diajari, banyak juga yang melanjutkan kuliah, dan langsung bekerja. “Tergantung pada para peserta. Sekitar 30-40 persen bekerja. Rata-rata pasti masih muda,” ungkapnya.
Sementara, Kepala UPT BLK Lombok Tengah, Dedet Zelthauzalam menerangkan, hasil menjahit peserta ini sekarang diarahkan untuk mengukur anak yatim di lingkungan sekitarnya. Ini atas dasar ada jiwa empati yang ia tanamkan ke peserta dan supaya hasilnya tidak sia-sia alias bermanfaat.
“Kelas menjahit ini satu kelas 16 orang, dan masih sekitar 9 kelas yang saat ini sedang berjalan,” katanya.
Begitu juga dengan tata boga. Ia mengarahkan agar hasilnya dapat dibagi ke anak yatim dan masyarakat kurang mampu.
“Yang jelas kita kuatkan juga mental peserta didik, ke depan bisa siap kerja dalam hal sesuai kebutuhan kerja. Namun jiwa sosial dan peka sekitar juga penting, kebermanfaatan ilmunya dirasakan sekitar, bahkan dunia dan akhirat,” cetusnya.
Adapun jurusan lain seperti pendingin, katanya, apabila ada musalla atau masjid yang AC-nya rusak, dapat dibawa ke BLK Praya untuk diperbaiki. “Sekalian menjadi tes praktik para peserta,” cetusnya lagi.
Kemudian untuk jurusan mekanik mesin. Ia juga mengarahkan bagi kalangan masyarakat guru ngaji, marbot atau tokoh masyarakat yang kurang mampu agar dibantu dibawakan motornya dan diperbaiki oleh peserta. Supaya ilmu yang mereka peroleh bermanfaat dan dapat membantu masyarakat.(tim)