LOTENG – Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Lombok Tengah, H Amir turut prihatin mengenai angka putus sekolah yang masih terbilang tinggi.
Menanggapi masalah angka putus sekolah di Lombok Tengah yang merupakan masalah klasik, H Amir menilai perlu ada kebijakan konkret dari pemerintah daerah untuk menangani masalah ini.
“Pemerintah daerah perlu turun melakukan evaluasi bagaimana latar belakang ekonomi dan keluarga si anak agar ditemukan formula apa yang tepat untuk menangani masalah ini,” ungkapnya.
Diketahui jumlah angka sekolah di Lombok Tengah yang terdata oleh Dinas Dikbud Loteng sekitar 15 ribu baik dari tingkat SD, SMP dan SMA. Terutama didaerah pinggiran banyak anak ditemukan putus sekolah karena faktor ekonomi dan membantu keluarganya mencari sumber pendapatan.
“Ini perlu adanya duduk bersama oleh semua stakeholder terkait, bagaimana penyelesaiannya jika sudah diketahui apa penyebabnya layar belakangnya bisa dicarikan solusinya,” tuturnya.
Pihaknya berharap kepada pemda Lombok Tengah untuk segera mengambil sikap untuk menangani angka anak putus sekolah yang cukup tinggi. Karena ini merupakan masalah yang cukup serius dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.
“Ini masalah lama kalau dibiarkan tentu akan menjadi penghambat dalam pembangunan sumber daya manusia itu sendiri, dan berpengaruh terhadap kemiskinan yang berkesinambungan,” terangnya.
Selain itu, masalah banyak angka putus sekolah di suatu wilayah juga berdampak pada mental anak itu sendiri, berisiko terlibat dalam kriminalitas dan kenakalan remaja.
“Mengenai masalah ini kita harap PGRI juga turut dilibatkan langkah dan sikap apa yang harus diambil oleh pemerintah daerah bakal siap didukung,” pungkasnya.(hza)