MATARAM – Pasca BBM naik Dinas Perdagangan Provinsi NTB mengklaim harga bahan pokok (Bapok) tidak terlalu berpengaruh. Kenaikan harga Bapok mengakibatkan 3 sampai 5 persen pengaruh inflasinya.
Kepala Dinas Perdagangan NTB, Fathurrahman mengatakan, hasil pantauan lapangan untuk NTB dilihat dari ketersediaan stok dan harga memang tidak terlalu berpengaruh signifikan tetapi memang tetap ada kenaikan.
“Ada yang naik ada yang turun dan itu mengikuti siklus. Minggu kedua kadang turun nanti bisa naik lagi tergantung dari ketersediaannya,” terangnya, kemarin.
Fathur mengatakan, bapok yang rawan seperti Minyak Gorang (Migor) namun saat ini hasil pantauanya migor sudah tersebar semua. Itu menandakan ketersediaannya tidak dapat dikatakan langka.
Berikutnya untuk jenis pangan bergerak diakuinya pun tidak mengalami kenaikan yang terlalu tinggi. Hal ini dikarenakan NTB menjadi daerah penghasil dari sekian Bapok tersebut. Dikatakannya kenaikan harga Bapok yang tinggi itu disebabkan kelangkaan atau keterbatasan stok.
“NTB justru tidak karena kita sebagai darah penghasil beberapa komunitas dar bapok, Bawang, Tomat termasuk telur sudah mulai diangka Rp 43 sampai Rp 45 rb/Krai. Dan itu harga standar. Termasuk juga yang lain, ayam Boiler harganya Rp 36 ribu/kg,” katanya.
Disinggung harga daging, Fathur mengatakan harga daging saat ini belum dikatakan mahal namun ketersediaannya tetap normal. Daging juga dipengaruhi kodisi PMK sehingga untuk daging NTB ketersediaannya masih terkendali.
“Harga aman terkendali. Mudahan seperi itu,” harapnya.
Beda halnya dengan komoditi cabai yang kadang kadang cukup memberikan pengaruh ektsrim. Jika ada keterbatasan stok sementara peminat yang tinggi tentunya akan mengalami peningkatan harga.
“Tapi Alhamdulillah terpantau beberpa bulan kondisi pangan bergerak rata rata ketersediannya cukup bahkan ada yang mengalami penurun karna ketersedianan atau pasokannya yang banyak,” paparnya.
Mantan Kepala BKD NTB itu mengaku pihaknya bersama Disdag kabupaten kota terus bergerak menjaga kestabilan harga dengan menyelenggarkan giat pasar murah.
“Kabupaten kota sudah selesai dan akan melanjutkan beberapa kali lagi. Provinsi juga sudah kita lakukan hampir di beberapa titik,” bebernya.
Sementara itu ada juga perintah dari pusat semua daerah harus mengalokasikan 2 persen dari Dana Alokasi Umum (DAU) triwulan yang akan digunakan mengintervensi inflasi yang ada di daerah.
Berdasarkan data Disdag NTB perkembangan rata-rata harga Bapok sampai hari kemarin yaitu, cabai merah Rp 33.333/kg, cabai rawit Rp 35.000/kg. Cabe Rawit jenis merah Rp 48.333/kg, cabai rawit jenis hijau Rp 23.333/kg. Bawang Merah Rp 24.667/kg, bawang putih Rp 20.000/kg dan bawang Bombay Rp 25.000/kg.
Berikutnya, gula pasir Rp 14.167/kg. Minyak goreng tanpa merk Rp 12.600/kg lalu Minyak goreng dengan merek (pabrikan) Rp 19.833/kg. Daging Sapi harga tertinggi yaitu Has Dalem (Tenderloin) Rp 128.333/kg, Paha belakang Rp 118.000/kg, Paha depan Rp 110.000/kg lalu daging impor beku Rp 90.000/kg. Ayam boiler ras Rp 39.333/kg, Ayam kampung Rp 66.667/kg, kemudian telur ayam boiler Rp 28.800/kg, telur ayam kampung Rp 52.500/kg.
Selanjutnya, Kacang Tanah Rp 25.000/kg, Kacang Hijau Rp 15.000/kg. Ikan Asin Teri Rp 118.333/kg, Ikan Segar jenis Tongkol Rp 30.000/kg, jenis tuna Rp 55.000/kg, jenis Bandeng Rp 44.000/kg dan jenis Cakalang Rp 45.000/kg. Untuk Ikan Laut Kembung Rp 45.000/kg.
“Ini berdasarkan pantauan tiga pasar, pasar Kebon Roek dan pasar Mandalika,” pungkasnya.(jho)