LOBAR – Bencana banjir kembali melanda wilayah Sekotong, Lombok Barat (Lobar), Selasa (2/12) dini hari. Menerjang sejumlah desa seperti Desa Sekotong Tengah dan Desa Persiapan Belongas. Luapan air sungai diperparah minimnya bronjong atau tanggul pengaman menjadi pemicu banjir yang terjadi setiap tahun itu.
Kepala Desa Sekotong Tengah, M. Burham mengungkapkan hampir seluruh dusun yang berada di dataran rendah di desanya menjadi langganan banjir setiap tahun. Dari 13 dusun total 2.214 Kepala Keluarga (KK) dengan 5.557 jiwa terdampak banjir langganan itu. “Dusun yang terdampak itu Sekotong I, Sekotong II, Gunung Anyar, Mekar Sari, Telaga Lebur Desa, Telaga Lebur Loang baloq, Telaga Lebur Kebon, Tanjung Batu, Karang Lebah, Gunung Kosong, Suredadi, Aik Tangi, dan Lendang Re,” terang Burham.
Pemicunya, sungai yang minim memiliki talud bersamaan dengan naiknya air laut. Ia sangat berharap adanya penanganan jangka panjang atas persoalan ini, agar banjir itu tidak terjadi lagi setiap tahun. “Kami membutuhkan solusi jangka panjang untuk penanganan banjir ini. Seperti perlu pentaludan kiri dan kanan bibir sungai, baik sungai Telaga Lebur dan Canok. Bronjong atau talud sungai ini sangat minim sehingga air dengan mudah naik ke permukiman warga,” ujar Burham.
Pihaknya menilai perlu langkah cepat dalam mengatasi permasalahan ini. Sebab kondisi saat ini sungai mengalami pendangkalan parah, bahkan ketinggiannya hampir rata dengan bibir sungai. Meskipun sempat ada penanganan melalui program TMMD, hal itu hanya dilakukan setengah-setengah. Sementara penanganan dari hulu sungai dan pembangunan bronjong belum tuntas. “Panjang sungai yang mendesak untuk ditangani, mulai dari hulu hingga hilir, diperkirakan mencapai sekitar 2,5 kilometer. Kami berharap dibangun tanggul (bronjong) dan normalisasi,” imbuhnya.
Diakuinya usulan penanganan permasalahan sungai itu sudah disampaikan Pemdes kepada Pemkab Lobar dan Balai Wilayah Sungai (BWS). Tapi belum ada tanggapan. Sama halnya Sekotong Tengah, kondisi sungai di Belongas Alami alami kondisi serupa. Sepanjang 6 kilometer sungai di kawasan desa itu butuh tanggul.
Kepala Dusun (Kadus) Belongas, Nursin tidak membantah jika setiap musim penghujan tiba wilayahnya dilanda banjir akibat luapan air sungai. “Kami sudah masukkan usulan ke BWS, sepanjang enam kilometer, tapi belum direspon,” kata Nursin.
Menurutnya, sungai di Belongas yang membutuhkan penanganan mendesak karena kondisinya sangat parah memiliki panjang sekitar 6 kilometer. Dampak dari tidak adanya bronjong sungai menyebabkan air dengan cepat naik dan meluap ke permukiman warga, terutama saat air laut sedang pasang. Luapan ini juga mengganggu akses di jalan raya.
Nursin mendesak agar pembangunan bronjong sungai segera ditangani untuk menghindari bencana berulang. “Kami berharap secepatnya ditangani, agar kita tidak lagi langganan banjir tiap musim hujan,” harapnya.
Sementara itu Camat Sekotong, Andi Purnawan, melaporkan bahwa tim bencana Puskesmas Sekotong turun ke lokasi untuk melakukan pendataan dan memantau kesehatan korban pasca-kejadian. Banjir yang disebabkan oleh curah hujan tinggi ini mulai terjadi pada pukul 24.00 WITA dan baru surut menjelang subuh. “Banjir mulai terjadi pada pukul 24.00 WITA dan berangsur surut pada pukul 04.00 WITA,” kata Camat Sekotong.
Dampak banjir meluas hingga ke 11 dusun yang tersebar di empat desa berbeda. Desa-desa yang paling parah terdampak, berdasarkan data yang dihimpun tim Puskesmas Sekotong, terdiri dari Desa Sekotong Tengah, tercatat total 450 KK terdampak, Dusun Sekotong 2 menjadi wilayah terparah dengan 200 KK terdampak. Dusun lainnya meliputi Sekotong 1 sebanyak 100 KK, Suredadi 50 KK, dan Telage Lebur Desa 100 KK.
Kemudian Desa Buwunmas dengan total 300 KK terdampak, mencakup Dusun Bengkang sebanyak 200 KK dan Dusun Belongas 100 KK. Selanjutnya Desa Cendimanik, tercatat sebanyak 200 KK terdampak di tiga dusun, yaitu Madak 1 sebanyak 30 KK, Madak 2 sebanyak 90 KK, dan Empol 80 KK. Terakhir Desa Taman Baru dengan total 200 KK terdampak, tersebar di Dusun Repok Gapuk 100 KK dan Dusun Kelep Tengah 100 KK.
Meski dampak materil tergolong besar, dilaporkan tidak ada korban jiwa maupun korban hilang dalam peristiwa banjir ini. “Jumlah korban meninggal, luka berat, dan hilang nihil,” jelasnya.
Hanya tercatat satu korban mengalami luka ringan. Namun, dua fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di Desa Buwunmas dilaporkan ikut terdampak banjir, yaitu Poskesdes Bengkang dan Pustu Belonga. Menanggapi bencana ini, Tim Klaster Kesehatan dari Puskesmas Sekotong segera mengambil tindakan cepat. Upaya yang telah dilakukan berfokus pada pendataan lengkap dan pemantauan kesehatan korban yang terdampak. Langkah ini menjadi prioritas untuk mencegah munculnya penyakit pasca-banjir serta memastikan penanganan kesehatan bagi kelompok rentan. (win)
