ilustrasi

PRAYA- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) memilih Kabupaten Lombok Tengah menjadi tuan rumah Hari Aksara Internasional (HAI) ke-57.

Cecep Suriyana dari Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus Kemendikbudristek mengatakan, terpilihnya Kabupaten Lombok Tengah sebagai tuan rumah Hari Aksara Internasional karena angka buta aksara di Lombok Tengah masih tinggi.

“Kementerian mencatat jumlah buta aksara di Kabupaten Lombok Tengah masih 13,8 persen dari jumlah penduduk yang ada. Dikatakan jauh lebih tinggi dari angka nasional hanya 1,56 persen. Sehingga Lombok Tengah menjadi daerah prioritas pemberantasan buta aksara,” ucap Cecep.

Jika jumlah penduduk Lombok Tengah sebanyak 1 juta jiwa lanjutnya, maka bisa taksirkan jumlah yang masih buta aksara sebanyak 130 ribu orang dan itu rata-rata usia tua.

Sehingga untuk pemberantasan semua pihak harus bergerak, dimulai dari unsur guru, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan pemerhati pendidikan lainnya.

“Kalau dilihat progres pemerintah lombok tengah dalam pemberantasan buta aksara persentasenya 3 sampai 5 persen per tahun. Dan diperkirakan 5 tahun ke depan jumlah buta aksara bisa terselesaikan,” terangnya.

Untuk perayaan hari puncak Hari Aksara Internasional pada 8 September mendatang akan dipusatkan di Kuta Mandalika.

Pihaknya berharap kepada pemerintah Lombok Tengah untuk segera untuk membuatkan Perbup tentang penuntasan buta aksara. Sehingga dengan adanya Perbup Perda akan lebih diperhatikan oleh pemerhati pendidikan untuk percepatan.

Sementara Bupati Lombok Tengah, HL Pathul Bahri menyampaikan rasa syukur karena pemerintah pusat menunjuk Kabupaten Lombok Tengah sebagai tuan rumah peringatan Hari Aksara Internasional 2022. Dalam hal ini pemda mengapresiasi dan siap melaksanakan Hari Aksara Internasional yang akan dipusatkan di Kuta Mandalika.

“Mari kita menjadi tuan rumah yang baik dan mudah-mudahan terlaksana sesuai dengan harapan. Yang mana nanti kita juga libatkan seluruh UMKM yang ada di Lombok Tengah,” ucapnya.

Event ini lanjutnya, dimulai pada 1956 oleh UNESCO sebagai wujud komitmen dunia internasional memberantas buta aksara di dunia dan tidak ada lagi penjajahan.(cr-hza)

 

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 840

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *