LOBAR – Perayaan Pujawali & Perang Topat 2025 akan digelar kembali. Acara tahunan ini yang menujukan nyatanya kerukunan abadi dan toleransi antar-umat beragama di Pulau Lombok, warisan nenek moyang hingga kini.

Puncak perayaan sakral dijadwalkan berlangsung pada 4 Desember 2025. Mengusung tema “The Power Of Culture!”. Momen ini menjadi magnet bagi wisatawan domestik maupun mancanegara untuk menyaksikan langsung betapa indahnya harmoni yang terjalin antara Suku Sasak Muslim dan Suku Bali Hindu di Lobar.

Tradisi Perang Topat merupakan sebuah ritual pelemparan topat (ketupat) yang sudah dimasak dan didoakan, antara umat Hindu-Muslim Sasak di kawasan Pura Lingsar. Aksi lempar ketupat ini melambangkan penaburan benih kasih, persaudaraan, dan toleransi yang tak pernah lekang oleh waktu. Ketupat yang dilemparkan, yang kemudian diperebutkan oleh warga, dipercaya membawa berkah kesuburan bagi tanah pertanian di Lombok. Tradisi ini telah berabad-abad menjadi cerminan harmonisnya kehidupan berdampingan.

“Pujawali dan Perang Topat pengingat bahwa perbedaan adalah kekuatan, bukan perpecahan. Ini adalah cerminan otentik dari bagaimana adat, tradisi, budaya, dan agama dapat bersatu dalam kemeriahan yang damai,” ujarnya Kepala Dinas Pariwisata Lobar, Agus Gunawan, Jumat (28/11).

Menurut Agus, kerukunan tersebut tidak hanya terlihat dalam event, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

“Event ini menggambarkan kerukunan warga yang memeluk agama Islam dan Hindu menyatu tanpa ada gesekan dan konfrontasi. Kerukunan ini masih tercermin dalam ritual keagamaan maupun pada Perang Topat di satu kawasan,” tambahnya.

Nilai luhur dari tradisi ini telah mendapatkan pengakuan resmi dari pemerintah pusat. Perang Topat ditetapkan secara nasional sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia. Pengakuan ini termaktub melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 19255/mpk.F/kb/2020, yang semakin memperkuat posisi tradisi ini sebagai kekayaan kultural Lombok yang wajib dilestarikan.

Pengakuan ini juga menempatkan Perang Topat sebagai salah satu event unggulan dalam program Kharisma Event Nusantara (KEN), menjadikannya agenda wajib bagi para pencinta budaya dan wisatawan.

Perayaan Pujawali & Perang Topat 2025 berlangsung dalam rangkaian kegiatan panjang yang menyatukan ritual sakral dan hiburan rakyat. Rangkaian ini telah dimulai sejak 28 November dan akan berakhir pada 7 Desember 2025.

Berbagai acara pendukung memeriahkan suasana sebelum puncak. Salah satunya adalah atraksi seni bela diri tradisional khas Lombok, Presean, yang dijadwalkan berlangsung pada 28 November hingga 1 Desember 2025. Selain itu, pameran UMKM turut dihadirkan, memberikan ruang bagi pelaku ekonomi kreatif lokal.

Rangkaian ritual keagamaan diantaranya Pembuatan Kebon Odeq, Sebuah persiapan ritual. Kemudian Roah Gubug/Haul Islami, Mendak Betara atau Prosesi menjemput Betara sesuhunan.

Selanjutnya pemasangan abah-abah, dan berbagai prosesi Pujawali lainnya oleh umat Hindu.

Puncak yang paling dinanti adalah Prosesi Perang Topat itu sendiri, yang ditandai dengan fenomena alam Raraq Kembang Waru, yaitu gugurnya bunga dari pohon Waru di area Pura Lingsar. “Perang” secara resmi akan dimulai setelah diawali dengan pelemparan ketupat simbolis oleh tokoh-tokoh yang hadir, sebagai bentuk penghormatan dan pembuka ritual.

Pujawali & Perang Topat 2025 menawarkan pengalaman budaya mendalam yang menunjukkan kepada dunia bahwa keberagaman adalah jantung dari persatuan Indonesia. Semua pihak diundang untuk menikmati kemeriahan ini, menjadikannya destinasi yang wajib dikunjungi bagi mereka yang mencari kisah otentik tentang toleransi dan kekuatan budaya di Lombok.(win)

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *