LOTIM – Puluhan ekor ternak sapi di Lombok Timur (Lotim) kembali terindikasi terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK). Dugaan ini muncul setelah ditemukan sekitar 20 ekor sapi, dengan gejala mirip PMK di beberapa lokasi. Seperti Kecamatan Selong dan Suela.

“Kami menemukan sekitar 20 ekor sapi dengan gejala mirip PMK, seperti demam, sakit pada kuku, dan leleran. Namun, kami belum bisa memastikan apakah ini PMK atau penyakit lain, seperti Bovine Ephemeral Fever (BEF),” kata Hultatang, Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Lotim, kemarin.

Untuk memastikan apakah sapi tersebut benar terjangkit PMK, pihaknya masih menunggu hasil laboratorium. Penyakit BEF yang juga menunjukkan gejala serupa, menjadi salah satu kemungkinan. Terutama karena cuaca ekstrem saat musim hujan, turut mempengaruhi kesehatan hewan ternak. Selain itu, tingginya mobilitas hewan ternak dari luar daerah, khususnya dari Jawa Timur, juga diduga menjadi salah satu faktor penyebab munculnya kasus ini. Kabupaten Lotim sendiri terpengaruh lonjakan kasus PMK di Jawa Timur sejak Desember lalu.

“Guna mencegah penyebaran lebih lanjut, kita telah mengambil berbagai langkah, seperti melakukan penyemprotan disinfektan di pasar hewan, meningkatkan pengawasan di tingkat kecamatan dan desa, membagikan cairan disinfektan, dan melaksanakan vaksinasi untuk hewan ternak ” ujarnya.

Sebagian sapi yang semula sakit, kini telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Namun Disnakeswan menekankan pentingnya vaksinasi rutin sebagai langkah pencegahan jangka panjang. Ia juga mengingatkan para peternak untuk memberikan vaksin saat ternak dalam kondisi sehat, bukan ketika ternak sudah sakit.

“Cuaca yang tidak menentu dan pakan basah, diduga turut mempengaruhi kesehatan ternak. Selain itu, peternak kini lebih berhati-hati saat membeli sapi di pasar hewan, memastikan hewan yang dibeli dalam kondisi sehat sebelum dibawa pulang,” imbuh dia.

Hultatang berharap agar para peternak meningkatkan kesadaran akan pentingnya vaksinasi secara rutin setiap enam bulan untuk mencegah penyebaran penyakit.

“Jangan tunggu sakit baru divaksin. Ketika sehat, vaksinasi adalah langkah terbaik untuk mencegah kerugian besar bagi peternak,” tutupnya.

Sementara itu Ketua Kelompok Peternak Assofwa di Kecamatan Selong, Zikrillah, mengaku dua ekor sapi di kelompoknya mengalami gejala mirip PMK. Meski demikian, situasinya tidak separah wabah sebelumnya, yang sempat menyebabkan kematian lebih dari 30 ekor sapi.

“Dua ekor sapi kami sudah ditangani, dan kondisinya mulai membaik. Kami juga telah melakukan berbagai langkah pencegahan, seperti penyemprotan disinfektan, pembersihan kandang, dan memastikan pakan ternak dalam kondisi baik,” jelasnya. (fa’i/r3)

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *