MATARAM – Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sapi di Lombok makin menjadi jadi. Dua hari terakhir (27-29 Mei) sapi yang terjangkit PMK peningkatannya drastis dari semula 6.973 ekor menjadi 8.945 ekor.
“Kasus PMK di NTB (Lombok, red) semakin hari semakin bertambah,” ungkap Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) NTB, drh Khairul Akbar kepada media kemarin.
Dari data itu sebanyak 5.422 ekor masih sakit, sembuh 3.469, mati 1 ekor, potong paksa 54 ekor. Disnakeswan mengaku telah melaporkan ke gubernur NTB sehingga keluar Surat Edaran yang intinya meminta kabupaten kota bisa lebih melokalisir PMK, jika ada tanda tanda supaya bisa segera diobati. Adapun yang memang masih sehat karena terus disuntik vitamin.
“Data terakhir kita hampir 10 ribu ekor terjangkit. Setiap hari ada update data dari krisis Center PMK di kabupaten kota,” terangnya.
Adanya PMK ini menyebabkan peternak banyak merugi. Dari harga satu ekor sapi Rp 14 juta menjadi Rp 8 juta dijualnya ke pabrik potong sapi.
“Pasar hewan kita tutup sementara. Kalau Pabrik Potong Sapi kita buka,” ungkapnya.
Diakuinya jenis virus PMK ini potensi terjangkitnya tinggi tetapi potensi angka kematiannya kecil.
“Dari 9 ekor itu satu yang mati. Kayak Di Kelebuh Praya Tengah,” sebutnya.
Yang lebih beresiko ke kematian ketika ada penyakit lain, misalnya implikasi penyakit kembung Sapi. Jika tidak langsung diobati menyebabkan Sapi yang terjangkit PMK dengan mudah mati.
Disnakkeswan juga mengakui ketersediaan obat sangat terbatas. Disatu sisi vaksin khusus untuk PMK belum ada di Indonesia. Diperkirakan Juni mendatang Pemerintah pusat akan mengirimkan vaksin impor terlebih dahulu.
“Antisipasi awal kita berikan obat-obat yang ada dulu sambil menunggu vaksin,” katanya.
Keterbatasan obat dari pemerintah itu lantaran dana yang disiapkan untuk itu terbilang minim. Namun diakuinya ada pihak pihak lain yang juga membantu penanganannya.
“Kemarin-kemarin dari APBD 1, ada bantun pusat, juga, karantina swasta, Asosiasi obat hewan. Kebutuhn obat diberikan tidak siginifikan,” ungkapnya.
Pihaknya masih melakukan observasi berapa kebutuhan obat yang bisa mengobati seluruh Sapi yang terjangkit itu. Bahkan hasil koordinasi dengan kabupaten kota Pemprov meminta supaya desa juga bisa terlibat mengalokasikan Dana Desa (DD) untuk membeli obat.
“Total butuh obat sedang kita rekap,” katanya.
“Perkiraan kebutuhan 30 ribu dosis obat. Kalau cepat dilakukan vaksin, cepat selesai PMK,” sambungnya.
Dimana, PMK mengandung virus air born (penyebaran lewat udara). Bahan yang mudah tercemar air, padang rumput, tanah, kayu atau metal yang terkontaminasi serum, darah atau suntikan. Lalu udara dalam kandang.
“Udara, pakaian petugas, udara air di kandang, sepatu kulit, pakaian petugas bisa nempel virus ini. Tahan lama nempel bisa sampai 50 hari. Di kandang udaranya bisa bertahan 28 hari,” katanya.
Beruntung pulau Sumbawa masih di zona aman. Untuk mencegahnya telah diterbitkan SOP pemasukan ternak khusus sapi dari Pulau Sumbawa ke Pulau Lombok. Pertimbangannya Pulau Lombok sudah terkonfirmasi kasus PMK dan sudah menjadi daerah wabah tetapi belum mendapat penetapan atau persetujuan dari Menteri Pertanian. SOP nya memasukan ternak dari Pulau Sumbawa ke Pulau Lombok harus ada rekomendasi pemasukan dari Otovet dan mengetahui Kepala Dinas. Lalu lintas ternak dari Pulau Sumbawa ke Pulau Lombok harus ada SKKH yang di tandatangani oleh dokter hewan dan ternak harus benar-benar diperiksa. Dalam hal tidak ada ketersediaan layanan PCR PMK untuk ternak harus ada uji negatif.
“Semua kendaraan mengangkut Sapi akan disemprot disinfektan di pelabuhan Kayangan. Ternak di Pulau Lombok tidak boleh keluar,” jelasnya.
Khairul juga menjelaskan menghadapi Idul Adha ini pasokan Sapi Potong dari Sumbawa akan dikirim sebanyak 44 ribu ekor. Sementara ternak Sapi dari Bima ke Jakarta 17.500 ekor yang akan menempuh jalur darat.
“Sebelumnya kan lewat jalan tol laut tapi sekarang boleh jalur darat. Sebelum dikirim ada persyaratan. Surat rekomendasi daerah tujuan. Dilakukan pemeriksanaan laboratorium, dokumen dan lain lain,” terangnya.
Sementara itu untuk pedang musiman yang biasanya mangkal jelang lebaran masih dikaji apakah boleh atau tidak.
“Masih dikaji apa boleh atau tidak. Terutama di Lobar dan Mataram,” katanya.
Pada saat pemotongan Sapi, Disnakeswan akan menyebarkan dokter hewan untuk diperiksa baik sebelum dan setelah dipotong.
Berdasarakan sebaran yang terjangkit Lombok Timur 4.906 ekor, yang sakit 2.457, sembuh 2.398, potong paksa 51 ekor, Lombok Tengah 1.906 masih terjangkit. Yang masih sakit 948, sembuh 957, potong paksa satu ekor. Di Lombok Barat terjangkit sebanyak 2.065 ekor, masih sakit 1.968, sembuh 114, potong paksa 2 ekor dan mati 1. Di Mataram sebanyak 56 terjangkit dan belum ada yang sembuh. Lalu di KLU ada 12 ekor rerjangkit dan belum juga ada yang sembuh. (jho)