ilustrasi

 

MATARAM – Statement Menteri Agama (Menag) RI, Yaqut Cholil Qoumas (YCQ) yang membandingkan suara adzan dengan suara ‘gonggongan anjing’ menuai kecaman dari berbagai kalangan Ummat Islam. Video pernyataan YCQ tersebut viral dan beredar luas dikalangan masyarakat.

 

Tokoh ulama senior Nahdahtul Ulama (NU) Provinsi NTB yang juga merupakan Ketua Yayasan Maraqittaqlimat Mamben Lombok Timur, TGH. Hazmi Hamzar bicara keras. Dia mengecam pernyataan yang dikeluarkan Menteri Agamar.

 

“Ungkapan Menteri Agama yang membandingkan suara adzan dengan ‘gonggongan anjing’ itu sangat fatal,” sesal Hazmi Hamzar, kemarin.

 

 

Membandingkan antara suara adzan dengan gonggongan anjing itu merupakan analog yang sangat salah dan merupakan sebuah kesalahan besar. Logika yang digunakan oleh Menag itu sama sekali tidak logic. Qiyas yang digunakan oleh Menag itu adalah Qiyas Fasid atau Kesalahan dalam mengambil analogi.

 

“Karena itu sangat diharapkan agar Menag RI segera meminta maaf kepada masyarakat,” ungkapnya.

 

Pria yang juga anggota Komisi V DPRD NTB itu mengatakan, ketika Menag RI, tidak segera meminta maaf kepada masyarakat Islam, maka tentu masalah ini akan menjadi masalah besar dan akan menimbulkan gejolak yang sangat besar.

 

“Pasti ini akan menimbulkan gejolak yang sangat besar,” yakinnya.

 

Pihaknya mengungkapkan semestinya Menag RI dapat memilih pernyataan-pernyataan yang bijaksana untuk menjelaskan maksud atau tujuannya dalam membuat sebuah kebijakan. Sebab, kalau dibandingkan dengan suara anjing, maka ini akan berpotensi menimbulkan gejolak di dalam masyarakat. Karena itu Menag RI harus segera meminta maaf.

 

Kedepannya, Menag RI diharapkan untuk tidak sembarang menyampaikan ungkapan-ungkapan yang menimbulkan keresahan atau gejolak ditengah masyarakat. Apalagi menurutnya, ketika maksud dan tujuannya adalah untuk membangun sebuah toleransi, maka tidak boleh juga toleransi yang dimaksudkan itu juga menjadi kebablasan. Padahal ummat Islam ini sudah sangat toleran dan sama sekali tidak ada masalah sedikit pun.

Mestinya, Menag RI itu harus memikirkan tugas-tugas lain yang masih sangat banyak, koq ini malah yang diurus soal adzan yang sebenarnya sudah tidak ada masalah. Kalau soal lahirnya edaran pelarangan adzan yang dikeluarkan oleh Menag RI, hanya bersifat imbauan saja dan hanya diterapkan dikalangan masyarakat tertentu saja.

 

“Kalau di NTB, dimana mau diterapkan Edaran tersebut? Kan tidak ada tempat untuk menggunakan edaran tersebut,” terangnya.

 

Akibat dari mencuatnya masalah ini serta beberapa kontroversi lainnya dari Menag RI selama ini, pihaknya juga berharap agar Presiden dan Wakil Presiden RI harus segera memberikan teguran keras kepada Menag RI dan segera menggantinya.

 

Menurutnya, perlu dipikirkan oleh Presiden dan Wapres RI untuk menunjuk Menag itu dari kalangan senior yang bijaksana dalam berpikir dan bertindak serta yang memiliki ilmu agama yang mendalam dan tidak memiliki karakter atau temperamen yang tinggi atau emosional serta bisa mengayomi seluruh ummat beragama.

 

“Karena kalau ditunjuk Menag RI yang memiliki tingkat emosional yang tinggi maka itu akan sangat kurang tepat untuk memimpin Kementerian Agama,” sentilnya.(jho)

 

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *