LOBAR – Kritik pedas dilontarkan DPRD Lombok Barat (Lobar) terkait rencana pembangunan Jalan Sopoq Angen. Jalan yang dianggap akan menghidupkan Gerung sebagai ibukota kabupaten itu bahkan dinilai dewan tak ada urgensinya. Bahkan tak akan terlalu dinikmati masyarakat Lobar pada umumnya.
“Saya rasa jalan Sopoq Angen ini tidak penting, berapa masyarakat yang terakomodir sama jalan ini,” Kritik Ketua DPRD Lobar, Hj Nurhidayah belum lama ini.
Anggaran perencanaan jalan sekitar Rp 80 miliar, mulai dari pembebasan lahan hingga pembentukan dan peningkatan. Angka itu dikatakan politisi Gerindra ini, xukup besar. Padahal ada hal penting lainya yang harus dipikirkan. Terutama sekali permasalahan kebutuhan air bersih masyarakat yang belum seluruhnya terpenuhi. “Tiga kecamatan, Gerung, Lembar, Sekotong belum terpenuhi air bersihnya, padahal itu ada hajat hidup orang banyak. Dan negara punya kewajiban memenuhi kebutuhan masyarakat akan air,” terangnya.
Jika mengharapkan selesai dan beroperasinya Bendungan Meninting pada 2026, butuh waktu lama. Kondisi itu harusnya dipikirkan pemerintah daerah untuk membangunkan infrastruktur demi kebutuhan air bersih melalui APBD. Karena sudah menjadi langganan dari tahun ke tahun ketika kemarau tiba, wilayah itu kerap kesulitan air.
“Kalau hari ini pemerintah daerah mampu memenuhi (infrastruktur air bersih) yang selama ini tidak bisa dipenuhi pemimpin-pemimpin sebelumnya, mungkin kita akan angkat jempol untuk pemimpin yang sekarang,” imbuh wanita berjilbab itu.
Menurutnya, daripada membangun jalan Sopoq Angen, lebih baik fokus untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Karena perusahaan air minum daerah tidak akan mampu juga tanpa dukungan anggaran. Sehingga hal itu harus tetap dipikirkan pemerintah daerah agar menemukan solusinya. “Mungkin melaksanakan dengan pihak ketiga, nanti setelah selesai pembangunanya daerah bayar terus diserahkan kepada PDAM, kan tidak masalah. Yang penting kebutuhan masyarakat kita ini terpenuhui,” saran wanita asal Gunungsari itu seraya menyinggung niatan pemerintah yang ingin menjadikan Sekotong sebagai destinasi wisata namun tak didukung dengan ketersediaan air bersih.
Ia kembali mempertanyakan berapa persen nantinya masyarakat Lobar yang akan menikmati jalan itu. Sebab sudah ada jalan utama di Gerung yang tetap dilalui masyarakat. Daripada membangun jalan baru, kata Nurhidayah, pikirkan saja bagaimana kelanjutan dua jalur Baitul Atik yang hingga kini belum selesai dibangun agar lebih kelihatan wajah ibu kota kabupaten ini. Kecuali ada kemacetan yang terjadi di kawasan itu sehingga wajar dibuat jalan baru sebagai alternatif pengurainya.
“Mau buat bangun jalan yang tembusnya di depan pemda, siapa yang lewat. Padahal ada jalan hanya 500 meter yang bisa dilalui. Tidak akan ramai jalan itu,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Bappeda Lobar, H Ahmad Saikhu mengaku rencana pembangunan jalan Sopoq Angen dan Islamic Center ditunda tahun depan. Sebab terkendala situasi pandemi membuat anggaran direfocusing sehingga angggaran pembebasan lahan berkena imbas. “Sebenarnya pembebasan lahannya cukup besar, itu dibutuhkan untuk jalan dan Islamic Center sekitar 14 hektare,” jelasnya.
Melihat situasi saat ini, pihaknya pun tak berani memperkirakan di tahun depan bisa berjalan. Hanya saja program itu tetap akan berjalan. Saat ditanya urgensi jalan itu, Saikhu mengatakan Gerung sebagai ibu kota kabupaten bisa lebih ramai. Termasuk diharapkan para PKL yang berjualan di bypass bisa beralih ke jalan itu. Karena diperkirakan jalan itu seperti Jalan Udayana yang memiliki spot untuk pedagang. (win)
