FOTO FENDI/ RADAR MANDALIKA MANGROVE: Dandim 1620 Loteng saat memaparkan pembibitan mangrove kepada Pangdam IX/ Udayana di Dusun Belongsong, Desa Kidang, Kecamatan Pratim, Senin kemarin.

PRAYA – Pangdam IX/ Udayana, Mayjen TNI Marully Simanjuntak menekankan pentingnya pelopor penjaga alam di setiap daerah. Hal ini disampaikan untuk memastikan keberlanjutan dari ekosistem laut, khususnya keberadaan mangrove di pesisir pantai.
Pangdam menyebutkan, saat ini kondisi pantai di Bali, NTB dan juga NTT sangat memperihatikan. Pasalnya keberadaan mangrove dan pepohonan lainnya sudah sangat kurang baik. Ini disebabkan oleh kerusakan alam maupun aktivitas manusia yang semakin tidak terkendali.
“Kita butuh pelopor-pelopor dan dukungan dari pemerhati lingkungan,” jelasnya pada penanaman simbolis 2 ribu pohon mangrove di Dusun Belonsong, Desa Kidang, Kecamatan Praya Timur, Senin kemarin.
Dia menegaskan, alam merupakan bagian dari TNI itu sendiri. Sebab sejak awal anggota TNI sudah dikenalkan dengan alam sebagai tempat bertahan hidup dan berkewajiban untuk menjaganya.
Pangdam menyinggung persoalan kekeringan yang saat ini semakin sulit untuk diatasi, kondisi saat ini turunnya hujan cukup sulit diperdiksikan. Untuk menyikapi hal tersebut membutuhkan keterlibatan semua unsur untuk bisa menjaga dan memilihara alam itu sendiri.
“Sekarang musim kering bisa hujan, musim hujan bisa kering, cuaca tidak bisa diperdiksi seperti dulu,” jelasnya.
Sebelumnya, pangdam menilai masyarakat yang paling membutuhkan air yakni NTT. Namun melihat kondisi saat ini ternyata NTB juga sangat membutuhkan air. Dari TNI telah membuat 151 titik pompa hidran yang tersebar di NTB sebanyak 18 titik, ratusan titik di NTT dan sianya di Bali.
Pangdam menjelaskan, keberadaan pompa hidran yang dibangun ini akan memberikan dampak besar bagi masyarakat, mulai dari utuk kebutuhan air bersih, sanitasi, persawahan, dan nantinya akan bisa bermanfaat bagi penanganan stunting.
“Nanti juga mengarah ke stunting, karena kebutuhan masyarakat terpenuhi,” tuturnya.
Lebih lanjut, Pangdam berharap kegiatan ini dapat juga disuport oleh pemerintah daerah dan juga pemdes, sebab menjaga alam ini harus menjadi fokus besama, agar persoalan air ini bisa teratasi.

Bupati Loteng, HL Pathul Bahri di lokasi acara menjelaskan, setidaknya terdapat 50 ribu hektare lahan pertanian yang ada di Kabupaten Lombok Tengah. Lahan ini sebutnya, setiap tahun dapat menghasilkan 450 ribu ton gabah yang diperkirakan cukup untuk kebutuhan masyarakat Lombok Tengah. Kendati demikian, soal lahan tadah hujan masih menjadi persoalan yang menyebabkan lahan khususnya di wilayah selatan dinilai kurang produktif.
“Semoga bisa kita aktualisaikan program dari TNI. Sehingga lahan tadah hujan ini bisa cukup air,” harapnya.
Bupati menerangkan, rusaknya ekosistem Mangrove di sekitar pantai yang ada di Desa Kidang berawal sejak masa reformasi. Dimana saat itu banyak warga memanfaatkan pohon tersebut untuk membakar bata dan juga bahan bakar tembakau, sehingga kondisinya menjadi rusak seperti saat ini.
“Kondusifitas kurang stabil saat itu, baru sekarang meraka merasa rugi. Semoga kegiatan ini berdampak positif nantinya,” harap bupati. (ndi)

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *