PRAYA – Akibat dari pandemi Covid-19 yang berkepanjangan membuat 30 santri putra Ponpes DQH Al-Idrisy Paok Dandak kabur dari pondok.
Waka Kesiswaan, Saeful Fahmi menuturkan, di masa pandemi kegiatan pondok dibatasi sesuai dengan surat edaran (SE). Ia mengaku mengenai kaburnya santri bukan disebabkan karena program pondok yang tidak ada sama sekali. Namun faktor mereka kangen dan kepikiran dengan keluarganya di rumah. Sehingga merasa tidak betah berada di pondok. Karena mereka pulang sekali setahun terutama bagi santri yang baru apalagi sekarang masa pandemi para santri tidak diizinkan pulang.
“Santri di sini banyak dari luar daerah seperti Sumbawa, Dompu, Bima dan NTT. Alasan pondok tidak mengizinkan santri pulang karena setelah mereka pulang tidak bisa balik lagi ke pondok,” tuturnya.
Mengenai kegiatan formal pondok tetap berjalan seperti biasanya, namun harus dibatasi dengan model shift. Karena jumlah santri yang mondok sekarang sebanyak 500 santri sehingga demi kenyamanan harus sesuai dengan Surat Edaran (SE).
“Mengenai masalah santri yang kabur tampa keterangan sudah diselesaikan dengan pihak yayasan dan hanya beberapa yang sudah balik ke pondok,” ucapnya.
Alasan santri kabur atau pulang tanpa izin ini selain mereka tidak betah dan memikirkan keluarganya di masa pandemi saat ini karena faktor sakit. Ini pengakuan dari beberapa orangtua santri dari kejadian ini pihak pondok megambil tindakan tegas bagi santri yang tidak ada kabar selama satu minggu baik melalui orang tuanya dibuatkan surat pindah oleh pihak ponpes. Atas keteledoran ini pihak pondok juga minta maaf kepada orang tua santri dan berjanji ke depannya akan membenahi sistem keamanan pondok.
“Bagi santri yang mentalnya kuat dengan keadaan sekarang ini mereka tetap betah di pondok,”katanya.
Apalagi Covid-19 ini bersamaan dengan tahun ajaran baru, santri yang datang dari pedesaan yang berstatus santri baru, khususnya yang datang dari luar daerah, memiliki tantangan sendiri untuk hidup di lingkungan baru. Yang sudah biasanya sekian tahun hidup bersama keluarga, tiba-tiba harus jauh dari keluarganya.
“Tantangan awal di pesantren adalah bagaimana agar hidup betah ketika sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan pondok, sehingga mudah bagi dirinya untuk betah,”ungkapnya. (cr-hza)