IST/RADAR MANDALIKA PENOLAKAN: Spanduk penolakan warga Jereneng Desa Bagek Polak Barat atas rencana pembangunan SPBU.

LOBAR—Warga Dusun Jerneng Desa Bagek Polak Barat Kecamatan Labuapi menolak rencana pembangunan SPBU di Jalan Raya Labuapi Rumak. Pasalnya pembangunan itu akan berdekatan dengan perumahan warga. Kekhawatiran akan banyak dampak yang dirasakan warga terutama dari sisi lingkungan.
L Yogi, warga RT 09 Dusun Jerneng Perumahan Griya Labuapi Asri, menerangkan jika rencana pembangunan SPBU itu begitu dekat dengan perumahan. Bahkan lokasinya tepat di sebelah pekuburan Dusun setempat. Padahal di belakangnya terdapat perumahan dan didepannya begitu dekat dengan jalur padat kendaraan.
“Lokasi tanah (pembangunan SPBU) itu dengan tembok perumahan hanya jarak beberapa meter, hanya jarak kali (sungai kecil) saja. Jadi kami menolak karena ingin mempertahankan kenyamanan kami, dari polusi atau dampak dibangunnya SPBU,” tegas Yogi saat dikonfirmasi, kemarin (24/5).
Selain itu alasan warga menolak lantaran dikhawatirkan akan menimbulkan dampak pencemaran lingkungan, polusi dan gangguan kesehatan. Terlebih rentan terjadi kebakaran yang bisa berdampak langsung bagi warga di lingkaran lokasi SPBU itu.
“Karena itu bahan bakar sangat mudah meledak (terbakar),” ujarnya.
Kalaupun dibangun SPBU itu akan menimbulkan kemacetan pada jalur Jereng yang begitu padat dilalui kendaraan. Maklum saja selama ibu jalur itu sudah ramai dan kerap terjadi kemacetan dengan adanya truk puso parkir atau ketika ada dilangsungkan pemakaman.
“Ini kan jalur anternatif menuju bypass 1, kan sebelum ada jalur bypass 2, itu jalur utamanya ke BIL dan Lembar. Kalau ini dibangun SPBU, macet, orang menguburkan orang meninggal saja itu sudah macet, apalagi lalu lintas kami yang keluar masuk,” bebernya.
Pihaknya juga memikirkan dampak ekonomi para pedagang kecil penjual bahan bakar eceran. Sebab jumlahnya tidak sedikit hingga jalur menuju Rumak Kecamatan Kediri. Dikhawatirkan akan mematikan mata pencarian. Iamencontohkan seperti ketika salah satu ritel modern masuk dikawasan itu, para pedagang kecil di sana pun merugi karena sedikitnya pembeli datang dan lebih memilih ke ritail modern.
“Kita punya pengalaman yang pahit ketika (ritel modern dibangun) usaha pedagang-pedagang di kampung itu pada mati. Jangan sampai hal itu terulang pada bisnin lain,” imbuhnya.
Terdapat pro dan kontra ditengah masyarakat desa atas rencana pembangunan SPBU itu. Diakuinya hampir sebagian besar warga yang berada dilingkaran rencana pembangunan SPBU itu menolak. Sedangkan yang mendukung berasal dari dusun berbeda yang jauh jaraknya dari lokasi pembangunan. Ia pun cukup menyayangkan tindakan oknum pemerintah desa yang seakan dinilainya berpihak sepihak. Bahkan diduga mencoba mempengaruhi warga yang menolak untuk mendukung. Padahal sebagai aparat desa, seharusnya memposisikan diri netral, tidak berpihak.
“Sudah dilakukan mediasi sekali oleh pihak kecamatan, dipertemukan dengan pihak SPBU tetapi tidak ada jalan keluar, kami tetap menolak. Silahkan bagun SPBU itu tapi cari tempat kosong dan jauh dari pemukiman,” tegasnya.
Tak kalah pentingnya jika SPBU itu dibangun akan melanggar awik-awik desa yang sudah lama ada. Demi memperjuangkan penolakan itu, Yogi mengaku warga perumahan dan warga depan dan dekat lokasi rencana pembangunan SPBU sudah memasang spanduk penolakan. Selain itu penolakan itu mendapat dukungan dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang ditindaklanjuti dengan bersurat kepada Pemkab Lobar, Dinas Perizinan, Bupati dan DPRD Lobar.
“Kami juga sedang menyusun kajian teknis dan ilmiah terkait dampak yang mungkin timbul akibat SPBU,” pungkasnya.
Sementara itu Kepala Desa Bagek Polak Barat, Jauhari Ma’mun yang coba dikonfirmasi baik telepon maupun chat WhatsApp, belum memberikan respon. Beberapa kali koran ini menelepon tak kunjung diangkat. (win)

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *