MATARAM – Olat Maras Institute (OMI) bekerjasama dengan My Institute melakukan survei elektabilitas partai politik di NTB menjelang Pemilu 2024.
Hasil survei menempatkan Partai Nasional Demokrat (NasDem) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Perindo terancam tidak kebagian kursi DPR RI terutama Dapil NTB II (Pulau Lombok).
OMI membagi survei elektabilitas partai politik dalam dua daerah pemilihan (Dapil) yakni Dapil NTB I Pulau Sumbawa dan NTB II Pulau Lombok.
Sementara dari hasil survei, masyarakat Pulau Lombok cenderung memilih sesuai urutan yaitu Gerindra 12,5 persen, PKS 12,3 persen, PDI-P 12 persen, Golkar 9,3 persen, PAN 9,3 persen, PKB 5 persen, Demokrat 4,5 persen dan Hanura 3,8 persen. Pada urutan ke sembilan dan seterusnya yaitu kecenderungan memilih PPP 2,8 persen, Partai Buruh 2,5 persen, NasDem 2 persen, PBB 1,5 persen, Partai Kebangkitan Nusantara 1,3 persen, Partai Gelora 1 persen, Perindo 0,8 persen, Partai Garuda 0,8 persen, Partai Ummat 0,8 persen dan Partai Solidaritas Indonesia 0 persen.
Hasil survei OMI menunjukkan, pada 2024 nanti akan ada partai inkumben yang terdepak dari posisi delapan besar yakni NasDem dan PPP. Artinya PPP dan NasDem yang notabene meraih kursi pada Pileg 2019 silam, merujuk kepada survei OMI tampak akan kehilangan kursinya pada 2024 nanti.
Direktur Eksekutif Olat Maras Institute, Miftahul Arzak membeberkan sejumlah alasan terkait temuannya yang menempatkan partai NasDem tak kebagian kursi Pileg DPR RI dapil Pulau Lombok pada Pemilu 2024 mendatang. Pihaknya mengaku kaget terhadap hasil survei Partai NasDem yang saat ini diketuai oleh Willy Aditya di NTB itu akan terdepak dari posisi 8 besar.
Miftah mengatakan satu-satunya alasan kuat mengapa elektabilitas Partai NasDem di NTB merosot adalah lantaran keluarnya gerbong Ketua DPW sebelumnya yang juga Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah dari partai besutan Surya Paloh itu.
“Kenapa NasDem bisa turun? Hipotesa kita yang paling kuat dan masuk akal adalah cabutnya gerbong Ibu Rohmi (NWDI). Dengan keluarnya Rohmi yang merupakan simbol dari TGB, apalagi TGB telah terang-terangan menginstruksikan jemaah NWDI untuk membesarkan Partai Perindo bisa jadi penyebabnya,” terang Miftah kepada media di Mataram, Selasa (17/1/2023).
Diterangkan Miftah, efek keluarnya gerbong Rohmi dari NasDem saat ini masih jauh lebih kuat ketimbang efek positif yang diterima partai NasDem atas deklarasi pencalonan Anies Baswedan sebagai capres.
Apalagi, TGB sebagai patron di Pulau Lombok, kata Miftah, tampak menunjukkan gestur politik yang tidak pro terhadap Anies. “Ini juga ada kaitannya dengan konstelasi politik nasional,” jelasnya.
Miftah pun bersikukuh meskipun bakal calon anggota DPR RI Partai NasDem dapil NTB II Pulau Lombok disebut akan diisi oleh petahana Syamsul Luthfi, hingga Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid, fakta itu belum menunjukkan tren yang positif terhadap elektabilitas partai NasDem di Pulau Lombok.
Partai lain yang juga disebut tak akan kebagian kursi adalah Partai Perindo. Padahal, Partai Perindo NTB digadang-gadang akan muncul sebagai jawara baru dalam kancah perpolitikan NTB.
Bagaimana tidak, ditunjuknya Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi menjadi Ketua Harian Nasional DPP Partai Perindo membawa angin segar baru bagi partai besutan Hary Tanoesoedijbo itu. Khususnya di NTB dengan basis sentralnya Pulau Lombok.
Ormas besar NTB yakni Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) yang dinakhodai TGB juga telah diminta untuk bahu-membahu membesarkan dan berjuang untuk memenangkan partai Perindo.
Bahkan, TGB sebagai figur sentral juga telah secara blak-blakan menyatakan dirinya akan maju di pileg DPR RI dapil NTB II Pulau Lombok.
Selain Perindo, survei OMI yang hanya menempatkan partai NasDem berada di urutan 11 dengan elektabilitas hanya 2 persen juga cukup mengejutkan.
Hal itu lantaran, suara Anies Baswedan yang diketahui merupakan bakal calon presiden partai NasDem disebut-sebut akan meraih hegemoninya di NTB, khususnya Pulau Lombok.
OMI pun membeberkan sejumlah alasan terkait temuannya. Survei yang pihaknya lakukan adalah survei partai politik bukan survei personal (tokoh) politik. Miftah juga memberikan disclaimer bahwa pemilihan legislatif akan berlangsung pada Februari 2024, masih ada jangan waktu lebih dari satu tahun. Sehingga banyak dari masyarakat yang belum mengetahui dinamika dan perkembangan peta konfigurasi politik teranyar di NTB, khususnya Pulau Lombok.
Diterangkannya, mayoritas orang-orang yang memahami (membicarakan) politik saat ini adalah kalangan elite.
Sedangkan jika ditelisik lebih dalam, merujuk kepada data persebaran responden dan data BPS, hampir 43 persen masyarakat NTB bekerja sebagai petani. Kemudian 15 persen sebagai wiraswasta, ibu rumah tangga 8 persen. Angka itu, kata Miftah, berada di atas 60 persen.
“Sehingga kalau kita bicara politik saat ini, persentase kelompok non elite yang masih tidak terlalu tertarik dengan politik cukup tinggi,” beber Miftah.
Sejalan dengan itu, dalam konteks partai Perindo di dapil NTB II Pulau Lombok, survei yang dilakukan OMI, kata Miftah, mengarah kepada belum terdistribusikan-nya informasi hingga ke grassroot perihal figur TGB yang kini sudah bergabung ke Partai Perindo. Termasuk juga tentang kepastian TGB akan turun gunung bertarung di Pileg DPR RI dapil NTB II Pulau Lombok.
“Walaupun TGB sudah di Perindo dan akan nyaleg, tetapi pertanyaannya seberapa besar masyarakat yang tadi itu paham dan tahu terkait TGB akan maju? Atau bahkan ada yang belum tahu TGB sudah di Perindo? Jangan-jangan yang tahu hanya elite yang sekian persen itu?” terang Miftah.
Dengan amanah yang diemban sebagai Ketua Harian Nasional, TGB kata Miftah tentu tidak hanya terfokus kegiatannya di NTB atau Pulau Lombok saja. Melainkan ada 37 provinsi yang juga harus TGB pikirkan. Energinya akan terpecah.
OMI menggarisbawahi, survei yang pihaknya lakukan mesti dilihat sebagai kabar baik oleh Perindo maupun NWDI.
“Karena kami memberikan survei yang gratis kepada parpol. Perindo harus mafhum bahwa keadaannya saat ini tidak seperti yang dibayangkan. Sering juga orang mengkritik tetapi saat pemilihan hasilnya tidak terlalu jauh berbeda. Sehingga inilah realitasnya,” terangnya.
“Ini sinyal yang bagus sebetulnya bagi TGB jika dilihat dari sisi positifnya,” imbuhnya.
Namun, Miftah menerangkan lebih jauh, bahwa tahapan pendaftaran bakal caleg baik Daftar Calon Sementara (DCS) maupun Daftar Calon Tetap (DCT) masih belum dimulai.
Artinya, ruang bagi Perindo khususnya TGB untuk lebih massif mensosialisasikan keberadaan dan niatan politiknya masih terbuka lebar agar diketahui masyarakat.
“Tahapan memang belum mulai, nanti jika sudah DCS dan DCT, sangat mungkin naik elektabilitasnya. Sebab kekuatan TGB enggak pernah turun. Doktor Zul kan sahabatnya TGB, Ibu Rohmi kan kakaknya. Pemilik kekuasaan di NTB dekat dengan beliau. Beberapa tokoh yang dekat dengan TGB juga menang di Pilkada,” ungkapnya.
Diketahui, OMI bekerjasama dengan MY Insitute menggelar Rilis Hasil Survei melakukan pada 29 Desember 2022 hingga 10 Januari 2023 dengan Margin of Error 3%, tingkat kepercayaan 95% dan tingkat heterogen sejumlah 0,3, sehingga mendapatkan responden sejumlah 800 orang. Responden tersebar di seluruh kabupaten hingga tingkat kecamatan di Provinsi NTB.
Pihak OMI menjelaskan bahwa tentunya perubahan-perubahan keterpilihan di tahun 2024 nanti bisa jadi berubah, tetapi paling tidak saat ini partai politik telah mengetahui rute mula untuk berjalan. (jho)