PRAYA- Cuaca ekstrem dengan hujan intensitas tinggi telah menyebabkan banjir di sejumlah wilayah di Kabupaten Lombok Tengah (Loteng). Seperti yang terjadi di Kecamatan Pujut dan Kecamatan Praya Timur. Selain merendam rumah warga, banjir juga berdampak terhadap lahan pertanian masyarakat.
Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Loteng, Taufikurrahman mengungkapkan, 280 hektare lahan pertanian masyarakat terutama tanaman padi rusak akibat banjir di Kecamatan Pujut. Dan, 11 hektar lahan pertanian jagung di Kecamatan Praya Timur juga terdampak.
“Kita sementara ini mencari dan mengajukan bantuan pengganti benih ke tingkat nasional bagi yang terendam, mengingat dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) kita tidak ada stok, ungkapnya.
Awalnya, pihaknya mengusulkan bantuan pompa air di wilayah-wilayah tersebut untuk mengatasi kekeringan dan kekurangan air pertanian. Namun kondisi sekarang malah terbalik, dan mengalami kelebihan air. Sampai dengan hari ini, pihaknya belum menyalurkan bantuan. Mengingat dinas masih mengajukan bantuan ke pusat.
Solusi sementara ini hanya dapat dilakukan penanaman ulang. Dan ia berharap, banjir yang menimpa lahan pertanian tersebut tidak berpasir. Mengingat cuaca yang dibarengi badai biasanya sebentar, meskipun cuaca seperti sekarang ini tidak dapat diprediksi.
Faktor sementara, rusaknya lahan pertanian ini diakibatkan curah hujan yang terus menerus, padahal intensitas hujan ini dikatannya sekitar 35 milimeter. Ini sangat kecil. Kalau dalam keadaan ekstrem itu intensitas hujannya di atas 110 milimeter.
“Kondisi ini dikarenakan drainase yang kurang dan lahan tersebut berada pada arwal cekungan, sehingga air tidak dapat mengalir. Seperti halnya di Desa Prabu, Kuta, dan Peras. Sehingga meskipun 35 milimeter intensitas hujan ini tidak dapat diserap maupun mengalir. Mengingat drainase dan jenis tanah liat di kawasan tersebut tidak dapat menyimpan air, sehingga serapan tanah tidak maksimal, jelasnya.
“Areal-areal terdampak ini tidak ada drainase sehingga jalan keluar air di areal itu tidak ada. Ditambah lagi banyak bangunan dan jalan yang lebih tinggi. Yang penting kita memiliki areal resapan, karena daerah itu juga sebagai daerah tadah hujan, katanya lagi.
Dari luas total 50.283 hektar lahan pertanian di Loteng, sudah dilakukan pemetaan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) yaitu seluas 35.000 hektar. Namun dalam kriteria ini ada persyaratan yang harus terpenuhi. Dimana harus ada jaringan drainase dan indeks pertanamannya lebih dari 250. Dalam artian, dalam sekali menanam padi indeksnya 100, kalau dua kali maka 200, dan 50-nya yakni menanam palawija. Itulah yang harus dipertahankan sebagai lahan LP2B.
Dan lahan di wilayah selatan Loteng tidak masuk dalam LP2B, dikarenakan indeksnya hanya 100-150, yakni sekali nanam padi dan pada tanam kedua yakni sebagian menanam padi. Artinya tidak semua. “Kawasan selatan ini merupakan kawasan Idola (Irigasi Dongak Langit). Jadi sulit menjadi kawasan LP2B, kami tidak lepas tangan. Namun kami fokus membangun kawasan itu juga, karena tetap kita siapkan pupuk dan lainnya, bebernya.
Dari kejadian ini pun ia melakukan evaluasi bersama. Mulai dari perlindungan petani, dimana selama ini pihaknya menggalakkan asuransi petani namun ternyata tidak banyak kelompok dan petani yang berminat. Padahal dinas sudah menekan biayanya serendah-rendahnya. Asuransi ini penting, karena apa yang terjadi tidak bisa diprediksi.
“Ke depan kita perbanyak tanaman pangan, dan kita dorong asuransi. Selama ini hanya ada asuransi ternak saja, katanya.
Kemudian perbaikan sarana dan prasarana pengairan. Termasuk memperbanyak embung di kawasan rawan kekeringan supaya dapat menabung air dan dapat digunakan saat kemarau. Dan yang terpenting, perlunya edukasi kepada petani soal cuaca, supaya kewaspadaan petani ini tumbuh, dengan terus didampingi tim dari dinas.(tim)