PRAYA – Cuca panas pada musim kemarau memang menjadi keuntungan tersendiri bagi para petani garam. Pasalnya, dengan kondisi cuaca seperti saat ini para petani garam dapat dengan leluasa melakukan produksi untuk memenuhi kebutuhan garam di tengah masyarakat.
Salah seorang petani garam, Satria menerangkan jika produksi garam semestinya dilakukan sejak awal musim kemarau. Namun karena kondisi cuaca pada awal musim kemarau lalu sehingga membuat banyak petani garam yang mulai mengelola lahan garam mereka sejak dua bulan terakhir. “Biasanya sejak awal kemarau, tetapi tahun ini kita bisa mulai sejak dua bulan kemarin,” terangnya.
Adanya perlambatan pengelolaan lahan garam tersebut ungkapnya membuat harga garam beberapa waktu lalu sempat melambung tinggi dan ketersediaannya sedikit di petani, juga para pedagang. Namun sejak mulainya para petani garam melakukan produksi ketersediaan garam kembali banyak di masyarakat dan hargapun kembali turun.
Dimana sebutnya harga jual garam saat ini sudah turun di angka Rp 40 ribu untuk karung isian 5 kilogram di tangan pengecer. Harga tersebut ungkapnya cukup redah dari harga sebelumnya yang tembut di angka Rp 85 ribu dengan ukuran yang sama.
“Harganya sudah turun sekarang, sekarang sisa produksi yang tidak terjual kita simpan dulu,” terangnya.
Hal senada juga disampaikan Sahnim. Dimana penurunan harga garam saat musim panen memang sudah sangat lumrah bagi para petani garam. Pihaknya juga menilai jika penurunan tersebut tidak merugikan para petani garam, namun pihaknya mengaku keuntungan yang didapatkan tentunya menurun dibandingkan dengan sebelumnya. “Walaupun rendah tapi tetap ada untung sedikit, kendati kemarin mahal tetapi barangnya tidak ada yang kita jual,” sebutnya.
Pihaknya berharap harga garam tersebut bisa tetap bertahan di kisaran harga saat ini. Dia menilai jika harga tersebut cukup stabil dan bisa menguntungkan petani garam dan pembeli, sebab barang akan tetap tersedia di pasaran. “Semoga harganya tidak ada penurunan lagi,” harapnya.
Sementara itu salah seorang pengecer garam, Seruni menerangkan, jika dengan mulainya produksi garam lokal beberapa bulan terakhir membuat ketersediaan garam di penjual sudah banyak sehingga penjual tidak bisa mematok harga seperti sebelumnya. Perubahan harga ini sebutnya berdampak pada meruginya beberapa penjual garam yang sebelumnya menyediaan barang dengan harga yang mahal. Sebab sebelum harga garam turun, penjual membeli garam luar daerah dengan harga Rp 950 ribu per kuintalnya.
“Kalau yang sudah habis stoknya, dan beli di petani tidak rugi, tetapi yang beli stok banyak kemarin dari luar daerah itu yang merugi,” singkatnya. (ndi)