DOK PRIBADI FOR/RADAR MANDALIKA Mariadi

Pernah jadi Honorer dan Sales Motor Terbaik

Setiap kepala desa tentu memiliki perjalanan berbeda sebelum bisa duduk di kursi empuk. Demikian juga Kades Jelantik, Kecamatan Jonggat, Mariadi.

FENDI-LOMBOK TENGAH

Lahir dari keluarga ekonomi lemah, tidak membuat Mariadi mundur untuk mendapatkan pendidikan. Tahun 1992 silam, ia menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 2 Praya, sedang sekolah menengah pertama ia tempuh di SMPN 2 Jonggat, kemudian sekolah dasar di SDN 1 Jelantik.

Selain itu, pria kelahiran Jelantik (31/12/1974) tersebut bertekat untuk memperbaiki ekonomi keluarga. Ia pun memutuskan untuk merantau ke Bali. Di sana dia bekerja sebagai marketing di sebuah perusahaan PT. Cahaya Surya Bali Makmur namanya. Setahun di sana, gara-gara rindu keluarga ia pun memutuskan untuk pulang ke Lombok Tengah.

Di tanah kelahirannya, kades yang baru saja dilantik tersebut memutuskan untuk bekerja sebagai honorer di SMPN 5 Mataram sebagai petugas jaga malam, karena kemampuan dibidang pengetikan sepuluh jari, setahun kemudian ia diangkat sebagai bagian administrasi.

“Tahun 1999 saya melamar sebagai pegawai negri, namun empat kali saya melamar tuhan belum memberikan nasib kepada saya,” ceritanya pada Radar Mandalika.

Waktu berjalan, bapak berkepala dua tersebut bekerja kembali di salah satu perusahaan sebagai sales di Suzuki Lombok. Berkat kemampuan dan loyalitas terhadap perusahaan ia mendapat berbagai perestasi seperti sebagai maketing terbaik tahun 2002- 2003, penerima bonus terbesar dan lainnya.

“Apa yang orang lain bisa, kenapa saya tidak bisa, itu perinsif saya,” terangnya.

Lama malang melintang di dunia marketing, tak membuatnya luput dari permasalahan, saat itu terjadi masalah internal di Suzuki sehingga ia memutuskan untuk keluar. Ia mengaku pahit manis telah dia rasakan. Selanjutnya, dia bekerja ke Kalimantan sebagai pekerja serabutan, kemudian pulang masuk lagi bekerja di terawangan sebagai seorang enjenering. Berkat kerja kerasnya ia pun penah dipercaya sebagai SPV yang membawahi 15 orang ahli engenering.

Perjalanan panjang ini membuatnya banya berfikir tentang apa yang mestinya di cari dalam hidup yang sementara ini.

“Saya duduk di pinggir pantai, saya mulai bertanya pada diri saya, Mariadi untuk apa kamu hidup, apa yang ingin kamu cari,” ceritanya.

Setelah lama merenung, dia pun memutuskan untuk pulang, menjaga orang tuanya yang sudah tua dan butuh sosok sang anak untuk menjaganya. Miskipun dalam kondisi keterbatasan ekonomi karena tidak lagi bekerja, namun dirinya tetap bersyukur dan optimis melihat hari esok.

Kondisi sosial masyarakat di desa seolah memanggilnya, bahwa tugas itu belum selesai untuk dikerjakan. Anak yang tidak terurus oleh orang tuanya, orang tua tidak peduli dengan pendidikan anaknya, juga pemuda tidak memiliki kreatifitas membuat dirinya tidak bisa diam.

“Melihat anak-anak ini masih kecil pegang HP, saya konsultasi dengan ustadz untuk membuat TPQ, alhamdullilah di setujui dan saya bentuk TPQ Nurul Huda,” ceritanya.

Karena dirinya tak memiliki kemampuan untuk mengajar ngaji di TPQ, dia pun meminta kesediaan para ustadz untuk membantunya. Ini menjadi awal perjuangan dan hadirnya sebagai solusi di tengah keterbatasan yang ia miliki.

Dari TPQ ini, pemuda dan remaja desa banyak terlibat kegiatan keagamaan, seperti lomba STQ dan lomba islami lainnya. Tak pernah terbersit untuk memimpin desa, namun jika tuhan berkehendak maka semuanya pasti akan terjadi.

“Saya selalu pergi ke tuan guru untuk meminta doa, karena saya yakin jika ada 40 orang yang mendoakan saya maka pasti ada salah satunya akan diterima,” yakin dia.

Berkat perjuangannya, dia mendapat dukungan dari para ustadz, juga masyarakat miskipun dengan kondisi materi yang kurang saat ini ia bisa menjabat sebagai kepala desa. Miskipun kemenangan tersebut tidak disaksikan orang tuanya, karena tuhan telah mengambilnya beberapa saat sebelum pemilihan.

“Sebelas hari sebelum pencoblosan tiang ditinggal oleh ibunda tercinta,” tuturnya.

Melalui amanah yang dia pegang saat ini, rasa optimis dan semangatnya untuk membangun desa akan terus dilakukan dengan berbagai terobosan dan program yang relevan.

“Bantu saya dengan doa agar tetap sehat dan tetap amanah dalam menjalankan tanggung jawab,” ucapnya.(*)

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

One thought on “Perjalanan Mariadi Sampai Bisa jadi Kades Jelantik”
  1. Biasa di luar tidak membuat anda luar biasa.. Ini luar biasa.. Semoga amanah mengemban kepercayaan masyarakat desa JELANTIK

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *