Mataram,- Agka pasien positif semakin meningkat, sampai hari ini angka yang dirilis oleh tim gugus tugas penanganan penyebaran virus corona pada (29/09) ada 3.285 yang terkonfirmasi positif covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, dr. Nurhandayni Eka Dewi saat di wawancarai pada (Senin 29/09/2020), mengungkapkan bahwa ada perubahan indikator yang digunakan saat ini, “ada perubahan terkait indikatornya dari BNPB, jadi memang kita sedang melihat lagi dan kita biasanya menunggu juga BNPB mengeluarkan hal ini. indikatornya baru dipake minggu ini, dan 14 indikatornya sama cuman isinya berbeda, jadi lebih jadi lebih tajam lagi sekarang itu kalau kemarin kan cenderung positif saja sekarang probable dihitung juga,” ungkap dr. Eka.
Eka Dwei menjelaskan bahwa probable itu adalah orang-orang yang secara klinis arahnya ke covid-19, tapi hasil lab-nya tidak ada dan itu banyak dan sekarang itu masuk hitungan merah, kuning, dan hijau kemarin tidak, makanya pihaknya saat ini sangat hati-hati minggu ini. karena baru minggu ini indikator dipakai dengan hitung-hitungan.
Terkait perhitungannya perubahan Eka Dewi mengungkapkan contoh yang akan berubah banyak itu ada dikalangan anak, dimana ada sebanyak Rp800 probable Suspect 800san dan yang meninggal karena probable ada 10%.
“Probable itu adalah yang secara klinis mengarah ke Covid, tapi hasil labnya belum ada dan mereka di rumah sakit dan pasti di rumah sakit, sekarang masuk dalam hitung-hitungan karena memang WHO meminta agar dimasukan tetapi Indonesia tidak dan itu yang membuat angkmelompat tuh nah sekarang saya lihat sesuai WHO betul bahwa probable itu dihitung,” jelasnya.
Saat ini probable lebih tinggi daripada yang positif, contohnya pada data yang di miliki yang lengkap itu data anak 800-an, meninggalnya 70 probable, yang berusia dibawah 1 tahun dari 800 itu 230 positif meninggal Cuman 5 yang positif itu meninggal 5. Saat ini Masih menunggu BNPB merubah merubah ini karena barang baru sambil kita menunggu BNPB sambil dipelajari dan indikator yang baru probable dihitung.
Eka Dewi menuturkan bahwa sebenarnya Indonesia sudah diminta oleh WHO mengikuti sejak tiga bulan yang lalu dan tahu probable itu, tetapi kalau nasional ngongong tidak dimasukan kita nggak berani juga dan sekarang diminta masukkan kita masukan. (rif)