RAZAK/RADAR MANDALIKA GROUP PASIEN DBD: Seorang pasien bernama Bina Astri sudah empat hari menjalani perawatan inap di Puskesmas Karang Taliwang, Kecamatan Cakranegara. Dia tampak ditemani oleh neneknya, Inaq Atik, kemarin.

MATARAM – Warga yang positif terjangkit penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditangani Puskesmas Karang Taliwang, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram semakin bertambah. Mulai Januri hingga awal Februari 2020, ada belasan warga yang sempat menjalani perawatan di puskesmas tersebut. Kondisi ini tentu menjadi perhatian Pemkot Mataram.

Kepala Puskesmas Karang Taliwang, dr. Dewi Nurlita, mengaku jumlah pasien penderita DBD yang disebabkan nyamuk Aedes Aegypti dari hari ke hari kian bertambah. Cuaca ekstrim dengan turunnya hujan yang terjadi akhir-akhir ini menjadi pemicu munculnya DBD. Sehingga, sarang nyamuk DBD ada dimana-mana terutama di lokasi genangan air. Diitambah lagi dengan pola hidup atau perilaku warga yang kurang baik dalam menjaga kesehatan dan lingkungan.

“Saya sempat ikut turun ke lapangan pas dapat laporan pertama kasus pertama di Saptamarga. Sekaligus kita bagikan langsung bubuk Abate,” ungkap dia, kemarin.

Berdasarkan data di Puskesmas Karang Taliwang, selama Januari 2020 ada 27 warga yang ditangani lewat laboratorium. Hasilnya, sebanyak 25 orang positif terjangkit DBD. Sisanya 12 orang dalam kategori Suspek. Artinya, pasien yang dirawat karena diperkirakan menjurus ke arah DBD dengan gejala-gejala yang ada seperti demam. “Semua pasien baik positif DBD maupun suspek kita rawat. Pasien paling lama dirawat antara 4 sampai 5 hari,” ujar perempuam berjilbab itu.

Sementara data Puskesmas Karang Taliwang mulai tanggal 1-4 Februari 2020, warga yang positif terjangkit penyakit DBD hanya enam orang. Hanya satu orang dinyatakan suspek. Mereka juga menjalani rawat inap. Beberapa pasien masih menjalani rawat inap karena belum sembuh total. Namun, beberapa diantaranya sudah diperbolehkan pulang. Pihak puskesmas sendiri terus memberikan pelayanan terbaik kepada semua pasien.

“Warga yang kena DBD pada umummya berumur 15 sampai 44 tahun. DBD inikan tidak mengenal usia, semua bisa terkena penyakit yang disebabkan nyamuk Aedes,” tutur Dewi, sapaan akrabnya.

Terkait DBD tersebut, mulai Januri hingga 4 Februari 2020, kurang lebih ada 34 orang yang sempat menjalani pemeriksaan di Puskesmas Karang Taliwang. Dengan rincian, 13 orang dinyatakan suspek atau mengarah ke DBD. Sedangkan dari hasil laboratorium, sebanyak 23 orang dinyatakan positif terjangkit penyakit DBD. Jika pasien dengan darah trombosit terlalu rendah, pihak puskesmas terpaksa melarikan pasien ke rumah sakit.

“Ada juga yang kita rujuk ke RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Kota Mataram. Karena kita khawatir tidak mampu tangani dengan baik,” ungkap Dewi.

Dia meminta agar warga tetap waspada terhadap penyakit DBD di tengah cuaca yang masih hujan. Karena mengundang sarang nyamuk Aedes Aegypti. Biasanya kata Dewi, nyamuk Aedes Aegypti ini kerap kali bertelur di tempat yang kotor dengan genangan air. Meskipun penyakit ini tidak menular, namun bisa saja menjangkit semua anggota keluarga. “Ada juga dalam satu keluarga itu dua orang sekaligus yang DBD,” sebut dia.

Pihaknya melalui Dinas Kesehatan (Dikes) Kota Mataram tetap berupaya mengantisipasi penyakit DBD. Dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Dengan membagikan bubuk Abate kepada warga. Bisa memberantas telur nyamuk yang bersarang di kamar mandi. Pihak puskesmas juga sudah memberikan penyuluhan kepda warga terkait penyakit DBD. “Kalau fogging (pengasapan) itu cara terakhir. Biasanya kita turun dari rumah ke rumah untuk melacak titik rawan. Kalau nanti ada kasus kita lakukan PSN karena langkah pertama. Bisanya kalau kita sudah turun ke lingkungan kita berkoordinasi dengan pihak lingkungan,” beber Dewi.

Pantauan di lapangan, masih ada pasien DBD yang menjalani rawat inap di Puskesmas Karang Taliwang. Salah satunya pasien bernama Bina Astri. Gadis cantik yang baru duduk di kelas dua Sekolah Dasar (SD) itu sudah empat hari menjalani perawatan. Untuk sementara, Bina terpaksa tidak masuk sekolah seperti biasanya. “Sudah mingguan sudah libur masuk sekolah. Sekarang mendingan kondisinya ini,” tutur Inaq Atik, nenek dari Bina.

Sebelumnya, Kepala Dikes Kota Mataram, H Usman Hadi mengungkapkan, selama Januari 2020, sudah ada 23 warga dinyatakan positif mengidap penyakit DBD, setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium. Sementara yang Suspek lebih dari 40 orang. Pasien DBD itu pada umumnya anak-anak dan orang dewasa.

“Yang positif 23 semuanya hasil uji lab di Januari ini,” sebutnya belum lama ini.

Sebanyak 23 orang yang terjangkit penyakit DBD itu tersebar hampir di seluruh wilayah Kota Mataram. Dari 23 warga terkena dampak nyamuk Aedes Aigypti itu, paling banyak di Kelurahan Monjok, dan Kelurahan Sapta Marga, Kecamatan Cakranegara. “Itu yang banyak. Semua kembali karena kebersihan lingkungan,” kata Usman. Untuk itu, masyarakat diminta untuk tetap waspada karena masih dalam kondisi terjadinya cuaca ekstrim.

Untuk sepanjang tahun 2019, warga yang terkena DBD sebanyak 870 orang. Dikes Kota Mataram telah mengalokasikan anggaran setiap tahun. Anggaran yang disiapkan sekitar Rp 400 juta tahun ini. Baik untuk alokasi dana fogging, penyuluhan dan obat-obatan lainnya. “Biasanya kalau kita kekurangan tetap kita minta,” sebut dia. (zak)

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *