IST/RADAR MANDALIKA MATI: Seekor anak sapi mati diduga karena mengalami kembung di wilayah Utara Lombok Tengah, pekan kemarin.

PRAYA – Pemkab Loteng akhirnya mendapatkan bantuan vaksin untuk mengatasi penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak. “Untuk tahap pertama kita mendapat 600 dosis,” kata Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Lombok Tengah, Taufikurrahman Pua Note pada Radar Mandalika, Minggu (26/6).

 

Dia menyebut, vaksin PMK yang dialokasikan untuk NTB sebenarnya berjumlah 4.000 dosis. Namun, untuk tahap pertama baru diberikan 2.400 dosis. Dari jumlah itu, Pemda Loteng rencananya mendapat jatah 1.400 dosis. Namun, untuk tahap pertama diberikan 600 dosis. Yang nantinya disuntikkan pada hewan ternak di beberapa desa.

 

Penyuntikan vaksin PMK di Loteng akan dimulai hari ini, Senin (27/6). Vaksinasi diberikan kepada hewan ternak yang sehat. “Kalau vaksin untuk hewan sehat, kalau obat untuk hewan sakit,” terang Arman.

 

Sehingga, penyuntikan vaksin PMK untuk tahap pertama akan diprioritaskan dilakukan di 29 desa yang saat ini belum ada ditemukan kasus PMK. “139 desa di Loteng, 29 desa yang belum ada laporan (kasus PMK),” ujar Arman.

 

Rencananya, penyuntikan vaksin hari ini diawali di Dusun Kelanjuh, Desa Bilelando Kecamatan Praya Timur. Namun sebelum penyuntikan, pihaknya terlebih dahulu melakukan sosialiasi dengan segenap stakeholder di desa.

 

“Untuk vaksin kita akan berikan kepada wilayah-wilayah yang belum terpapar PMK. Tapi (hewan ternak) yang sudah sakit tidak perlu diberikan vaksin,” jelas Arman.

 

Mengenai distribusi vaksin, dia menegaskan Dispertan menggunakan vaksin tersebut di wilayah dengan bebas kasus PMK. Seperti di Mertak, Bangket Parak, dan Bilelando. “Itu belum ada terdeteksi PMK di sana,” katanya.

 

“Setelah desa itu selesai, baru kita masuk ke dusun-dusun yang kita lihat belum terkena PMK juga,” tambah Arman.

 

Dia mengakui, vaksin PMK yang  diberikan untuk Loteng, jumlahnya masih sangat sedikit. Jika dibandingkan dengan jumlah populasi hewan ternak yang rentan terkena PMK di Gumi Tatas Tuhu Trasna. “Masih sangat kurang,” katanya singkat.

 

Dari data Dispertan Loteng, jumlah hewan ternak yang rentan terkena PMK mencapai 324 ribu ekor terdiri dari sapi, kerbau, kambing, domba, dan babi. Sementara, ternak sapi yang terpapar positif virus PMK sudah mencapai 16 ribu ekor atau sekitar 8 persen dari jumlah populasi sekitar 184 ribu ekor sapi se Loteng.

 

“Tapi yang sudah sembuh 9 ribu sekarang. Sisanya yang belum sembuh sekitar 7 ribu. Sudah meningkat terus tren penyembuhannya,” klaim Arman.

 

Dia menambahkan, dari 16 ribu ternak sapi terpapar virus PMK, yang dipotong paksa atau potong terkendali ada 11 ekor.

 

Mengingat penyebaran virus ini sangat cepat dan di tengah kasus PMK sangat tinggi. Pihaknya berharap kepada pemerintah pusat agar kembali mendatangkan vaksin PMK dalam jumlah banyak. “NTB juga sekarang kejadian kasusnya nomor dua di Indonesia,” cetus Arman.

 

Dia menjelaskan, vaksinasi satu-satunya cara menyembuhkan atau membasmi virus. Termasuk virus PMK yang menyerang hewan ternak. “Tapi kalau ternak kita sudah kena virus, hari ketujuh sudah timbul antibodi yang lebih bagus dari vaksin itu sendiri sebenarnya,” terang Arman.

 

Sebelum penyuntikan vaksin PMK, kata dia, pihaknya sudah mengambil langkah sosialiasi terlebih dahulu. Untuk mengantisipasi kejadian pasca vaksin. Setelah ternak disuntik vaksin, petugas turun memantau efek dari vaksin yang disuntikkan.

 

“Kami sudah siapkan Antiradang dan Antipiretik. Soalnya setelah kejadian vaksin itukan biasanya tubuhnya meningkat suhunya,” ujarnya.

 

Dia mengatakan, penyuntikan vaksin PMK ini harus ada persetujuan dari pemilik ternak. Untuk itu, pendampingan dari petugas medis dan stakeholder di desa juga diperlukan untuk sosialisasi vaksin PMK. Guna mengantisipasi ada peternak yang enggan jika hewan ternaknya disuntik vaksin.

 

“Kita bekerja sama dengan unsur Kades, Kadus, kemudian Babinsa dan Babhinkamtibmas memberikan penyadaran juga,” katanya.

 

Nalamun begitu, pihaknya tetap mencoba mengambil pendekatan persuasif pada peternak. Partisipasi dan kesadaran peternak sangat diperlukan untuk menerima vaksin di tengah kasus PMK yang terbilang tinggi di Loteng. “Tapi hampir-hampir ndak ada lah di wilayah Lombok Tengah yang menolak,” tandas Arman. (zak)

 

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 286

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *