MATARAM — Asisten Deputi Perumusan Kebijakan Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Muhammad Ihsan mengatakan, kesetaraan gender antara pria dan wanita telah menunjukkan celah (gap) yang makin mengecil. Namun selama pandemi isu kesetaraan gender kembali dianggap terdistraksi.
Banyak hal yang menjadi tantangan yang dihadapi perempuan di masa pandemi, antara lain meningkatnya beban perempuan dalam melaksanakan tugas domestik, naiknya KDRT (kekerasan dalam rumah tangga), pemutusan hubungan kerja, angka perceraian meningkat, penurunan
pendapatan keluarga khususnya bagi perempuan pelaku usaha.
“Ini sedikit mengubah arah pembangunan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di Indonesia,” tutur Ihsan dalam Dialog Virtual Kabar Kamis Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9), Komite Penangan Covid -19 dan Pemilihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) secara daring, Kamis kemarin.
Meski demikian, Ihsan menekankan, KPPPA tetap melakukan peningkatan program kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di masa pandemi dengan pendekatan yang disesuaikan.
“Pertemuan fisik dibatasi, sehingga sosialisasi kesetaraan gender di masyarakat, instansi pemerintah dan pelosok daerah lebih banyak dilakukan secara virtual,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI), Nita Yudi menyoroti isu krusial yang dihadapi perempuan yaitu masih banyak yang belum melek digital. “Kami di IWAPI memiliki tanggung jawab untuk bisa memberikan edukasi dan pelatihan kepada mereka sehingga no one left behind (tidak ada yang tertinggal, red),” ujarnya.
Nita menuturkan, sejak 2014 IWAPI sudah menjalin kolaborasi dengan Microsoft, disusul Google, Facebook dan Kominfo untuk pelatihan digitalisasi. Dari 30 ribu perempuan pengusaha anggota IWAPI yang tersebar di 34 provinsi memang belum semuanya mendapat pelatihan digitalisasi.
“Namun akan kita kejar. Mudah-mudahan dengan melakukan kegiatan pelatihan semacam ini perempuan bisa bangkit dan tampil di masa pandemi,” ujar Nita.
Tujuan utama IWAPI adalah agar perempuan bisa mandiri secara ekonomi. “Pada krisis 1998 UMKM terbukti jadi tulang punggung perekonomian. Namun di masa pandemi, 98% anggota IWAPI adalah UMKM paling terdampak.
Di kesempatan sama, Desainer Fashion Indonesia, Anne Avantie mengatakan, pandemi bukan hal yang bisa dilawan, sehingga penting bagi setiap orang untuk beradaptasi.
“Selama pandemi berdamai dengan diri sendiri itu perlu, juga dengan waktu dan keadaan, dan ada kehidupan baru yang mesti disyukuri,” ujarnya.
Anne mengatakan, cerdik dan dan cerdas melihat peluang di masa pandemi bisa membuat pelaku industri kreatif selamat melewati masa sulit.
“Berikan prioritas. Mata rantai subsidi sangat diperlukan di Indonesia. Itulah pentingnya melakukan kolaborasi,” tutur Anne yang juga mengembangkan mata rantai kebaikan dengan menjadi ibu asuh dan payung bagi UMKM.
Membeli produk UMKM menjadi hal yang perlu dilakukan, karena hal itu yang dibutuhkan agar pelaku usaha bisa bertahan.
“Berikan ordernya, juga membeli produknya. Di saat pandemi hal itu dibutuhkan. Perempuan dan pandemi harus bersahabat. Pandemi bukan kiamat kecil. Ini adalah kesempatan bagaimana kita mengubah sudut pandang yang berbeda dan bermanfaat bagi orang banyak,” terang Anne.
Dokter dan juga influencer, dr. Alexandra Clarin Hayes, mengatakan di sisi kesehatan, perempuan harus mampu menjadi teladan (role model) bagi teman dan lingkungan terdekatnya.
Bila di keluarga ada yang terkonfirmasi positif COVID-19 berdasarkan pemeriksaan PCR, Clarin menyarankan sejumlah tips berikut. Pertama jangan panik. Pisahkan anggota keluarga yang sehat dan sakit. Kedua jika rumah memiliki lebih dari satu lantai, pisahkan yang positif di lantai berbeda. Namun jika tidak, berikan kamar isolasi khusus. Lalu isahkan alat mandi dan alat makan. Tes anggota keluarga lain terutama mengingat varian Delta lebih gampang menular. Anggota keluarga yang sakit usahakan memakai masker ganda.
Selanjutnya hubungi petugas kesehatan di wilayah terkait. Isoman harus tetap dipantau petugas, sehingga jika ada perburukan bisa diketahui dengan segera. Siapkan alat pengukur suhu, tekanan darah dan pulse oximetry untuk mengukur saturasi oksigen.
Untuk obat-obatan yang dikonsumsi harus dikonsultasikan ke petugas kesehatan, karena kondisi setiap orang berbeda, apalagi jika memiliki komorbid dan harus konsumsi obat khusus.(jho)