LOTIM—Sejak wisata Sembalun Lombok Timur (Lotim) mulai dipadati wisatawan lokal, Pemerintah Daerah (Pemda) Lotim melalui kebijakan Tim Gugus Tugas Covid-19, tiba-tiba mengambil kebijakan pembatasan wisatawan masuk Sembalun. Ratusan wisatawan terpaksa harus kembali, karena jalur masuk Sembalun dijaga ketat aparat gabungan dari Satpol PP, Polri, dan TNI. Yang diperkenankan masuk khususnya hari Sabtu dan Ahad, hanya warga Sembalun atau memiliki tujuan tertentu melalui pembuktian.
Saat memberikan keterangan pers pada awak media Jumat (16/6) lalu, Sekretaris tim gugus tugas Covid-19, HM Juaini Taofik, di Bale Wartawan Lotim, mengatakan, alasan penutupan akses masuk wisata Sembalun bagi warga non Sembalun, karena tingginya jumlah wisatawan naik dari berbagai daerah di Pulau Lombok. Bahkan sampai di Pusuk Sembalun sangat padat. Karena padatnya jumlah kunjungan itu, sehingga tim gugus Covid-19 mengambil kebijakan, menerjunkan tim gabungan di empat titik, yakni simpang tiga Suela, Lemor, dan Pusuk Sembalun. Sedangkan jalur masuk Sambelia, dijaga di Kokok Putik.
“Untuk membatasi kerumunan, kita akan lakukan sistem delay di Pusuk dan Sambelia. Boleh ke Sembalun, tapi tak boleh ramai-ramai di Pusuk. Kalau di Pusuk terlalu ramai, kita stop naik Pusuk,” katanya.
Pengetatan masuk Sembalun, menurutnya sebagai respon gugus tugas clCovid-19 Lotim, untuk membatasi pengunjung ke Sembalun, guna memastikan pengurangan atau pembatasan sosial. setelah pekan lalu terjadi kerumunan di Pusuk, yang viral dan menjadi masalah bagi pemerintah. “Justru langkah ini tim gugus ambil, untuk menyelamatkan masyarakat Sembalun. Setiap kebijakan pasti ada plus minusnya. Gugus tugas menyadari, bahwa yang paling utama saat ini adalah pengendalian Covid-19,” jawabnya.
Namun kebijakan pembatasan keramaian yang mulai diterapkan Sabtu (27/6) lalu, dinilai kontradiktif masyarakat dan mendapat respon beragam dari warga Sembalun. Termasuk para wisatawan yang terpaksa gagal, setelah dihentikan petugas. Bahkan warga Sembalun melalui Media Sosial (Medsos) mempertanyakan kebijakan pemerintah tersebut.
Seperti halnya status akun Facebook DE, yang mempertanyakan kebijakan penutupan semua pintu masuk Sembalun. Dalam statusnya, penutupan jalan ke arah Sembalun, merugikan banyak pelaku usaha. Mulai dari penjual strawberry, warung makan, oleh-oleh dan lainnya. Bahkan dalam statusnya yang mempertanyakan alasan tim gugus tugas itu, ia berharap stroberi yang sudah disiapkan para pedagang, diborong mereka yang menutup. Nasi yang telah dimasak di warung-warung, dibeli mereka yang menutup. “Penutupan akses masuk slSembalun, sama halnya menutup pintu penghasilan orang,” tulisnya di status akun Facebooknya.
Pantauan Radar Mandalika, dalam video yang beredar di jagad medsos, ada ratusan wisatawan yang terpaksa gigit jari, sebab tertahan di simpang tiga Suela, lantaran tak bisa melanjutkan perjalanan wisata ke Sembalun. Kondisi serupa juga dialami wisatawan yang memilih jalur simpang tiga Lemor, sama-sama tertahan di pos penjagaan. Para wisatawan diperiksa identitasnya, apakah ber KTP Sembalun atau tidak. (fai/r3)