MATARAM – Lima kabupaten di NTB sudah dilanda kekeringan. Kabupaten ini juga telah ditetapkan status siaga darurat. Yakni, Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur, Sumbawa Dompu dan Bima.
Berdasarkan update data kekeringan oleh BPBD Provinsi NTB didapatkan 651.753 jiwa terdampak atau 182.546 KK yang tersebar di sembilan kabupaten, 74 kecamatan dan di 318 desa.
Plt Kalak BPBD NTB, Ahmadi mengatakan dari segi kebutuhan air minum tidak begitu kurang. Justru yang menjadi masalah air irigasi untuk lahan pertanian. Dampaknya tidak semua lahan pertanian bisa ditanami sepanjang tahun. Malah di sejumlah daerah mereka hanya bisa bercocok tanam satu hingga dua kali dalam satu tahun. Irigasi yang mengering dikarenakan air permukaan yang tidak ada.
“Itulah yang dinamakan pase puso karena belum ada air irigasi. Lahan pertanian tidak bisa tercover air Irigasi,” ungkap Ahmadi, kemarin.
Kekeringan pun dipastikan akan berlangsung lama yaitu sampai November dimana bulan turun hujan. Ahmadi juga mengatakan daerah yang rawan kekeringan saat ini yaitu kawasan selatan pulau Lombok dan kawasan Utara pulau Sumbawa.
Kondisi bendungan? Dia mengatakan debit airnya belum mulai menyusut alias masih tersisa malah dibulaj Juli dan Agustus saat saat bendungan banyak mengeluarkan air dan diperkirakan akan mengering sampai November nanti.
“Ndak semua menyusut. Ini baru awal tapi memang bulan bulan Juli sampai Agustus saat saat mengeluarkan air. Habis airnya sekritar November,” jelasnya.
Ahmadi menjelaskan sebagai solusi dari kekeringan jika nanti sangat parah yaitu distribusi air bersih. Malah BPBD NTB sendiri pun mengajukan penanganan bencana kekeringan ke BNPB (pusat) melalui Dana Siap Pakai (DSP) di daerah dikenal dengan Biaya Tidak Terduga (BTT). Tetapi sebagai acuan pengajuan itu adanya penetapan SK Siaga Bencana.
“Yang kita ajukan kalau pengalaman tahun tahun lalu sekitar Rp 17 M. Itupun kalau kondisi keuangan normal (diluar Covid-19). Dari usulan itu paling berkisar Rp 7 sampai 8 M yang direalisasikan,” terangnya.
Secara garis besar rincian kebutuhan itu yaitu membeli air putih, menyewa Water Tank dan termasuk ongkos dan lainnya. Untuk satu kali jalan Water Tank dengan isi 5 kubik itu ongkosnya hingga Rp 300 ribu.
“Solusi terakhir mengangkut (distribusi) air,” urainya.
Berdasarkan update BPBD NTB tertanggal 25 Juli untuk Loteng sendiri jumlah masyarakat terdampak 273.622 orang atau 69.264 KK yang tersebar di 8 Kecamatan dan 83 desa. Lobar sebanyak 32.255 jiwa (8.064 KK) terdampak di 28 desa dan enam kecamatan. KLU sendiri ada 26.036 jiwa (8.661 KK) di 19 desa dan lima kecamatan dan di Lotim ada 129.454 jiwa (44.669 KK) tersebar di 51 desa dan 13 kecamatan.
Berikutnya di Sumbawa Barat 10.302 jiwa (2.716 KK) di 13 desa dan tiga kecamatan. Kabupaten Sumbawa ada 80.765 jiwa (20.189 KK) di 42 desa dan 17 Kecamatan. Selanjutnya di Dompu ada 51.577 jiwa (16.936 KK) di 34 desa dan delapan kecamatan dan kota Bima 19.800 jiwa (6.392 KK) di 12 desa dan empat kecamatan dan di kabupaten Bima 27.843 jiwa (5.625 KK) 36 desa dan 10 kecamatan.
“Saat ini beberapa kabupaten kota sedang berupaya melakukan distribusi bantuan air ke wilayah wilayah yang sudah mulai merasakan dampak dari bencana kekeringan,” pungkasnya. (jho)