DOK/RADAR MANDALIKA MASIH LESU: Situasi wisata di Lombok Utara kian lesu. Terlihat di arus penyeberangan menuju tiga Gili masih sepi penumpang.

Hotel dan Restoran Banyak Mati Suri


KLU—Dampak pandemi Covid-19 di Lombok Utara dirasakan sangat dahsyat. Bahkan lebih berdampak besar dibandingkan bencana gempa bumi pada Agustus 2018 lalu. Kabarnya sejumlah hotel dan restoran saat ini banyak yang mati suri karena minimnya kunjungan wisatawan menuju Lombok Utara.

Angka kunjungan wisatawan di tahun 2020 sangat merosot dari target yang diharapkan. Sehingga memicu usaha hotel dan restoran pun kehilangan banyak tamu yang berkunjung. Akibatnya banyak yang menutup usaha.

Kabid Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Lombok Utara, Setiadi menyampaikan, angka kunjungan wisatawan di tahun 2020 hanya tercapai 15 persen atau 137.500 orang dari target 900 ribu. Wisatawan yang datang didominasi domestic, sementara wisatawan asing hanya beberapa saja.

“Penurunan kunjungan wisatawan ini kita rasakan sangat tinggi hampir turun lebih dari 80 persen,” cetus Setiadi.

Menurutnya, kunjungan wisatawan ini dipengaruhi oleh kebijakan masing-masing daerah dan antar negara yang masih belum memberikan kelonggaran dalam berkunjung ke luar. Misalnya dibeberapa negara saat ini masih banyak yang mengetatkan pintu keluar dan masuk negara. Dan banyaknya prosedur yang harus dilalui jika ingin melintas keluar daerah atau keluar negeri. Salah satunya menyangkut pemeriksaan kesehatan dengan keterangan bebas Covid-19.

“Bahkan dibeberapa daerah di Indonesia juga menerapkan pembatasan sosial, itu mempengaruhi,” jelasnya.

Saat ini, sambungnya, hanya beberapa hotel dan restoran yang masih membuka aktifitas usaha. Sementara lainnya mengambil kebijakan menutup usaha karena pertimbangan cost lebih tinggi dibandingkan pemasukan yang didapatkan di tengah situasi pandemi

Sebetulnya kata Setiadi, pariwisata Lombok Utara sudah siap menerima tamu. Pihaknya sudah mencanangkan dibeberapa hotel dan restoran dalam menerapkan CHSE sebagai langkah taat protokol Covid-19. Melihat situasi saat ini, Setiadi telah mendiskusikan dengan Bappeda untuk menghidupkan beberapa usaha andalan wisata, seperti diving shop dengan harga promosi.

Disbudpar akan menggandeng pihak ketiga dalam memberikan pelayanan menyelam dengan tarif bersahabat, jauh lebih murah dari harga normal. “Sasaran kita wisatawan local. Makanya sebelum promosi kita tetapkan dulu kesepakatan tarifnya, agar bisa dijadikan pertimbangan wisatawan,” ungkapnya.

Di samping itu, pihaknya mendorong pemerintah provinsi untuk membantu dalam promosi. Ke depan, akan dikuatkan juga acara pertemuan dan kegiatan lainnya di dalam daerah demi menghidupkan usaha hotel dan restoran yang ada agar tidak mengalami keterpurukan yang sangat fatal.(dhe)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 311

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *