AMIN/RADAR MANDALIKA Kiyai Muammar Z.A

 

PRAYA – Qori legendaris Kiyai Muammar Zainal Asyikin melakukan kunjungan ke Kabupaten Lombok Tengah. Dalam kunjungannya, qori senior ini pertama menyempatkan diri menjadi imam salat Jumat di Masjid Agung, pecan kemarin. Selanjutnya, sore hari dilanjutkan kunjungan ke Ponpes Assyarhiyyah Lopan, Kecamatan Kopang.

“Saya tidak hafal nama wilayah, saya diajak ke sana sudah penuh orang. Masjid besar-besar dan banyak jamaahnya,” ungkap Kiyai Muammar Zainal Asyikin dalam wawancara eksklusif dengan Radar Mandalika Official, Sabtu pagi di D’max Hotel.

Kiyai Muammar mengatakan, masyarakat Lombok Islami. Namun dia mengaku banyak masyarakat yang Islam namun belum tentu Islami.

“Lombok untuk qori bahkan ustadz memenuhi syarat, Lombok menyejukan dan menyenangkan,” katanya.

Qori internasional tahun 1980-an ini membeberkan, dirinya berkunjung ke Lombok dalam rangka bersilaturrahmi. Termasuk banyak muslim yang merindukan yang genggamannya alquran. Apalagi seorang idola, namun dirinya merasa biasa saja.

“Ada yang bilang qori legendaris, tapi mungkin itu sebutan karena lama saja,” tuturnya tersenyum.

Pria 67 tahun ini membeberkan, dirinya menjadi seorang qori saat masih duduk bangku kelas II SD tahun 1961. Saat itu ia sudah menjadi juara MTQ tingkat kabupaten.

Dia menegaskan, menjadi qori seperti saat ini bukan mudah membutuhkan proses yang panjang termasuk perjuangan. Tidak main-main, untuk sampai tujuan ngaji harus berjalan kaki. Bahkan sampai rumah kadang subuh jam 6.

“Ngaji sampai sekarang tetap saya lakukan,” tutur pria asal Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah itu.

Dikatakannya, almarhum orangtuanya dikenal memiliki suara bagus. Bahkan setiap Magrib sampai Isak selalu di masjid membaca Yasin dengan menggunakan alat pengeras suara.

“Jadi semua orang dengar suara almarhum ayah Kiyai Zainal Asyikin,” ceritanya.

Pada usia saat ini, Kiyai Muammar mengaku hanya disibukan dengan keliling bersilaturrahmi seperti saat ini. Dimulai dari Bandung, Jatim, Jateng dan sekarang di Lombok.

“Alhamdulillah saya ada Ponpes Umul Qur’ro di Tenggerang,” bebernya.

Namun di balik kunjungannya ke Lombok, kiyai terkenal ini mengaku bangga dengan Lombok yang mana masyarakat masih patuh dengan ucapan kiyai atau tuan guru.

“Tapi tuan guru yang berpegang teguh kepada Alquran dan hadist,” katanya.(red)

 

 

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 711

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *