PRAYA – Ruas jalan simpang empat di Wakul Bawak, Kelurahan Renteng, Praya, Lombok Tengah semakin rusak parah. Pengendara harus melaju kendaraannya dengan kecepatan rendah. Sebagai bentuk protes, semua kepala lingkungan (Kaling) kompak bersama warga menanam satu pohon pisang di ruas jalan rusak, Senin (3/10) kemarin.
Aksi itu dilakukan lantaran kerusakan jalan yang berlangsung selama bertahun-tahun. Yang dimana, kerusakan jalan berimbas pada aktivitas warga sehari-hari. Tidak jarang warga yang berkendara terpeleset hingga jatuh di kubangan air yang terjadi lantaran kondisi jalan yang berlubang dan rusak parah.
“Sering terjadi kecelakaan. Kondisi jalan rusak parah hingga membentuk kubangan air. Anak-anak sekolah, pegawai dan pedagang yang melintas terkadang jatuh,” ungkap Kaling Wakul Bawak, H Muhammad Nasib pada Radar Mandalika.
Pantauan di lapangan, para pengendara roda dua maupun roda empat harus melaju kendaraannya dengan kecepatan rendah. Jika tidak, pasti tergelincir dan jatuh. Mengingat di ruas jalan yang berlubang dan rusak parah itu terjadi kubangan air.
Kubangan air yang terjadi di ruas jalan akibat meluapnya air drainase. Terlebih lagi ketika turun hujan membuat kondisi makin parah. Meluapnya air ke ruas jalan tersebut dipicu oleh kondisi drainase tak normal. Terutama saluran ke arah selatan di jalan provinsi itu buntu. Sehingga aliran air tak lancar. Terlihat sampah menumpuk di saluran.
Padahal, ruas jalan tersebut menjadi akses para pelajar, pegawai dan warga yang termasuk bagi mereka yang hendak menuju Pasar Renteng. Jalan jalur pusat Kota Praya itu sendiri tidak pernah sepi. “Anak sekolah sering basah (saat melintas di kubangan air). Sehingga terpaksa pulang. Karena sepatu basah,” ujar Nasib.
Pihaknya berharap, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Loteng segera turun tangan. Kondisi jalan sudah sangat mengkhawatirkan. Pengendara harus melaju dengan pelan. Meskipun begitu, tidak jarang warga yang sudah tergelincir dan jatuh.
“Harapan kita segera ditangani. Itu yang diharapkan dari dulu oleh masyarakat terutama warga Renteng,” kata Nasib.
Pihaknya mengaku sudah mengajukan perbaikan jalan. Tak hanya itu, juga perbaikan saluran drainase secara total. Termasuk pembongkaran drainase yang di jalan provinsi. Pasalnya, setiap hujan turun baik dalam durasi singkat apalagi lama, air selalu meluap ke ruas jalan, karena drainase tak berfungsi maksimal. Sehingga kubangan air terjadi lantaran jalan rusak parah.
“Ini sangat mengganggu lalu lintas. Kita sudah ajukan. Sudah ada pertemuan. Tapi tidak ada respons sampai sekarang,” tandas Nasib.
“Kalau tidak terealisasi, kami akan siap melakukan protes lebih keras. Tapi masyarakat masih sabar,” ancamnya.
Terpisah, Lurah Renteng HM Saifuddin mengakui, jika dirinya seringkali menerima laporan adanya kecelakaan di kubangan air yang terjadi lantaran jalan rusak parah. “Itu banyak dikeluhkan oleh masyarakat. Tetap ada laporan kecelakaan,” katanya.
Saifuddin berharap, Pemkab Loteng dan Pemprov NTBĀ segera mengambil tindakan. Jangan sampai persoalannya melebar dan meluas ke mana-mana. Perbaikan jalan dan normalisasi drainase secara total harus segara dilakukan sebagai langkah jangka panjang. Terutama sekali terhadap saluran ke arah selatan yang di jalan provinsi.
“Harus dibuka gorong-gorong di selatan. Karena saluran itu sudah buntu. Sedangkan itu jalan provinsi,” ungkapnya.
Namun, hingga saat ini belum ada tindakan nyata dari pemangku kebijakan. Pemkab Loteng maupun Pemprov NTB seakan-akan menutup telinga, menutup mata. Melihat kondisi ruas jalan yang rusak parah dan meluapnya air drainase ke ruas jalan yang terjadi terus menerus. Karena buruknya sistem saluran drainase.
Sementara, Kepala Dinas PUPR Loteng, Lalu Rahadian belum bisa memberikan keterangan. Bersangkutan tidak merespons panggilan telepon WhatsApp (WA) dari penulis koran ini.(zak)