Apa itu Glaukoma?
Glaukoma adalah suatu penyakit yang menyebabkan kerusakan pada saraf mata manusia. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya gangguan penglihatan berupa penyempitan lapang pandang hingga kebutaan permanen.
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan terbesar kedua di seluruh dunia setelah katarak. Jumlah penderita glaukoma mencapai 60,5 juta jiwa pada tahun 2010 dan diperkirakan meningkat menjadi 76,6 juta jiwa pada tahun 2020. Di Indonesia, menurut Riskesdas tahun 2007 prevalensi glaukoma sebesar 0,46%, artinya sebanyak 4 sampai 5 orang dari 1.000 penduduk Indonesia menderita glaukoma.
Bagaimana sampai terjadi Glaukoma?
Di dalam bola mata terdapat cairan yang disebut humor akuos yang berfungsi untuk mempertahankan struktur bola mata serta memberi nutrisi pada beberapa bagian mata seperti lensa dan kornea. Humor akuos diproduksi dan dikeluarkan secara seimbang sehingga tekanan pada bola mata tetap terjaga normal yaitu berkisar antara 10-21 mmHg.
Pada penderita glaukoma terdapat gangguan pada aliran humor akuos, dimana terjadi hambatan atau resistensi aliran keluar (outflow) dari humor akuos. Kondisi ini mengakibatkan tekanan pada bola mata meningkat yang dapat menyebabkan kerusakan pada saraf mata.
Siapa yang beresiko terkena Glaukoma?
Semua orang dapat terkena glaukoma namun terdapat beberapa orang yang mempunyai faktor resiko yang lebih tinggi dibandingkan yang lainnya. Faktor resiko tersebut diantaranya:
kelompok usia diatas 40 tahun, penderita dengan riwayat penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, hipertensi, hipotensi, dan kelainan kardiovaskuler, penderita rabun jauh atau rabun dekat dengan ukuran lensa yang tinggi, penderita cedera mata dan orang dengan penggunaan obat-obatan steroid.
Riwayat keluarga juga penting untuk diketahui, orang dengan riwayat keluarga glaukoma mempunyai resiko 6 kali lebih besar menderita glaukoma.
Apa saja gejala bila kita menderita Glaukoma?
Gangguan penglihatan pada penderita glaukoma berlangsung secara perlahan dan seringkali tidak disadari, inilah mengapa glaucoma disebut sebagai pencuri penglihatan. Gangguan penglihatan yang terjadi dimulai dari hilangnya penglihatan pinggir (perifer) yang kemudian semakin ketengah sampai akhirnya terjadi kebutaan total.
Pada kondisi yang semakin berat penderita glaukoma akan merasa seperti melihat melalui lubang kunci sehingga penderita glaukoma sering menabrak-nabrak saat berjalan serta kurang dapat melihat benda-benda disampingnya.
Gejala yang di alami oleh penderita glaukoma juga dapat bersifat akut dan kronis. Pada kondisi akut gejala yang dirasakan berupa nyeri kepala, nyeri pada mata, penglihatan kabur, melihat pelangi disekitar lampu dan dapat disertai mual bahkan muntah. Sementara pada kondisi kronis umumnya tidak ditemukan adanya keluhan.
Apa saja pemeriksaan untuk Glaukoma?
Ada beberapa pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk mendiagnosa glaucoma antara lain pemeriksaan tekanan bola mata, evaluasi struktur dan saraf mata, pemeriksaan luas lapangan pandang, pemeriksaan sudut bilik mata depan serta pemeriksaan ketebalan kornea mata.
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dapat dilakukan di Rumah Sakit dan umumnya dilakukan oleh Spesialis Mata.
Bagaimana pengobatan Glaukoma?
Kerusakan saraf mata pada glaukoma tidak dapat disembuhkan. Pengobatan pada penderita glaukoma bertujuan untuk mempertahankan fungsi penglihatan yang tersisa serta untuk memperlambat progresivitas perjalanan penyakit sehingga dapat mencegah terjadinya kebutaan permanen.
Pengobatan dilakukan untuk menurunkan tekanan bola mata yang merupakan faktor risiko utama yang dapat dimodifikasi. Hal ini dicapai dengan pemberian obat-obatan, tindakan laser ataupun dengan tindakan bedah.
Pemberian obat-obatan pada penderita glaukoma diberikan dalam jangka waktu yang lama dan terusmenerus sehingga perlu diperhatikan kepatuhan penderita dalam melaksanakan pengobatan.
Apabila pemberian obat-obatan tidak memberikan hasil maka dilakukan tindakan laser. Tindakan bedah dilakukan sebagai langkah terakhir jika pemberian obat-obatan dan tindakan laser masih belum mampu menurunkan tekanan bola mata.
Adakah cara untuk mencegah terjadinya Glaukoma?
Pemeriksaan teratur dan deteksi dini adalah cara terbaik mencegah glaukoma. Ketika terdeteksi dini, penderita glaukoma akan mendapat kesempatan menjalani penanganan yang dapat memperlambat progresivitas penyakitnya.
Skrining biasanya dilakukan setiap 2-4 tahun pada kelompok usia di bawah 40 tahun, setiap 2 tahun pada kelompok usia di atas 40 tahun, dan setiap 1 tahun pada kelompok dengan riwayat keluarga menderita glaukoma.
Selain itu gaya hidup sehat perlu diterapkan untuk mencegah terjadinya glaukoma. Diet gizi seimbang, istirahat yang cukup, dan pengelolaan stress yang baik adalah beberapa cara untuk menghindari glaukoma.
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan terbesar kedua di seluruh dunia. Kebutaan karena glaukoma tidak dapat disembuhkan, oleh karena itu edukasi perlu terus dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terutama yang mempunyai faktor resiko menderita glaukoma.
Deteksi dini dan kecepatan penanganan sangat penting di dalam penanganan glaukoma, hal ini agar fungsi penglihatan dapat terus dipertahankan sehingga tidak terjadi kebutaan permanen. Apabila anda mempunyai faktor resiko menderita glaukoma, anda sebaiknya melakukan pemeriksaan mata secara teratur.