MATARAM – Sejumlah rumah sakit (RS) kabupaten/kota di Provinsi NTB menyampaikan jika pasien covid-19 sudah mulai tidak ada akhir-akhir ini. Bahkan ruang isolasi yang awalnya disiapkan pihak RS kini tak ada penghuninya.
“Iya sudah melandai. Kondisi di RS berkurang. Itu di RSUD Praya nol pasien,” ungkap Asisten III Setda NTB, dr Nurhandini Eka Dewi saat dikonfirmasi Radar Mandalika.
Mantan Kadis Kesehatan NTB itu menjelaskan, menunurunkan angka covid tidak lepas dari upaya disiplin masyarakat dalam menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes) meski kesadaran mereka masih diangka 50 persen, tetapi penyebab lain masifnya vaksinasi yang digenjot Pemprov NTB. Masyakat yang sudah divaksin menyebabkan kekebalan tubuh mereka makin naik. Katanya, Pulau Lombok sendiri ditargetkan serapan vaksin diangka 70 persen. Hitungan di masing-masing daerah pun sama minimal capaian di angka 70 persen. Kabupaten Lombok Tengah terutama sebagai tuan rumah perhelatan World Superbike (WSB) Mandalika 2021 syarat pelaksaannya serapan vaksin minimal diangka 70 persen.
“Faktor vaksin sehingga kasus melandai. Yang divaksin bertambah kekebalan tubuhnya,” tegas Eka.
Sementara itu, kondisi di RSUD Provinsi sendiri dari jumlah ruang isolasi 100 kamar, saat ini pasien covid yang masih dirawat di rumah sakit plat merah itu sisa 15 pasien.
Eka mengatakan saat ini pasien covid turun naik, sehingga tidak bisa dipastikan berapa yang masih positif terakhir. Dijelaskannya, bisa saja bertambah dan juga berkurang. Pasien dirawat rata-rata 10 sampai 14 hari sehingga kalau sekarang masih ada yang dirawat bisa jadi pasien yang positif minggu lalu.
“Untuk RS provinsi karena merupakan RS rujukan di level provinsi, jadi tidak mesti pasien itu berasal dari seputaran Mataram bisa juga berasal dari pulau Sumbawa,” jelasnya.
Katanya, kasus menurun itu juga disebabkan transmisi komunitas masyarakat bisa terkendali. Eka mengatakan, meski di RS menurun tetapi bukan berarti tidak ada pasien covid. Pasien tetap ada tetapi mereka bisa selesai dengan isolasi mandiri.
“Artinya mereka tidak perlu dirawat di RS,” katanya.
Eka mengimbau masyarakat tidak bersenang dahulu. Sebab tidak ada yang tahu kapan dan darimana muncul pasein covid. Masih ada lubang-lubang yang bisa memunculakan kasus positif, sehingga hal tersebut harus bisa dikendalikan.
“Saat ini sekolah sudah dibuka. Pemerintah perlu mengetahui satu bulan kedepan seperti apa. Kita tunggu bulan depan,” katanya.
Berdasarkan data Dikes NTB per 9 Oktober 2021 data pasien positif se-NTB sebanyak 27.514 kasus. Yang sudah sembuh 26.317 dan yang meninggal 900 orang.
Sementara, di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Praya tidak ada pasien covid dirawat.
Humas Satgas Covid-19 RSUD Praya, Yuda Permana mengungkapkan, penurunan angka pasien covid-19 sejak minggu kedua bulan September sampai dengan Minggu (kemarin, red) mencapai angka nol pasien. Meskipun pada tahun 2021 mengalami puncak pandemi bulan Juli dan Agustus.
“Alhamdulillah sejak 16 Maret 2020 sampai saat ini terus membaik kondisi di daerah terutama pasien di RSUD Praya, Hari Jumat sampai dengan Hari Minggu kemarin tercatat tidak ada pasien di ruangan isolasi, ” bebernya saat dihubungi Radarmandalika.id Group.
Ydha menerangkan, zero case bukan merupakan pertanda Covid-19 sudah selesai dan pergi meninggalkan daerah. Dimana, pihaknya terus mengimbau kepada seluruh masyarakat harus terus berbenah baik secara SDM maupun fasilitas saat adanya kunjungan atau kedatangan pasien, dimana kedepan saat kedatangan pasien pihaknya telah sigap, meskipun tidak mengharapkan adanya kedatangan pasien lagu.
Namun harus menjadi kewaspadaan bersama, bahwa adanya isu gelombang ketiga yang akan datang dan semua pihak harus tetap siap sedia untuk menghadapi pasien berikutnya.
“Kami sangat senang dan bahagia, terutama dari para Nakes di ruang isolasi RSUD Praya paling tidak kami bisa relaksasi, dan kembali bersiap saat sewaktu-waktu kembali ada lonjakan, ” tegasnya.
Yudha mengimbau warga agar tetap menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes), namun kondisi saat ini juga penting semua pihak harus bersiap dan terus menjaga proses, maka kemudian kita harus tetap prokes di manapun dan kapanpun.
“Prokes perlu tetap diterapkan,” katanya.
Sedangkan, juru bicara Satgas percepatan penanganan covid-19 Lombok Timur, Budiman Satriadi juga bicara. Katanya, dari peta data perkembangan kasus covid-19 Lotim, baik pasien sembuh, masih perawatan medis dan meninggal dunia sebanyak 3.056 orang. Dari jumlah tersebut, pasien sembuh sebanyak 3.002 orang, masih terkonfirmasi positif sebanyak enam orang.
Enam orang pasien masih terkonfirmasi positif, satu pasien dirawat di RSUD dr Soedjono Selong, dua pasien di RSU Lombok Timur di Labuhan Haji. Sisanya, tiga pasien menjalani perawatan medis di RSUP NTB. Sedangkan pasien yang dinyatakan meninggal dunia (Cormobid), masih diposisi 48 orang.
“Trend jumlah kasus positif terus menurun. Mudahan kasus positif tidak lagi ada tambahan sampai kasus positif berada diangka nol. Kami terus gencarkan upaya penanganan dan pencegahan penyebaran covid-19 di Lombok Timur,” katanya kepada Radar Mandalika.
Terpisah, Kabag Protokol dan Pimpinan Setda Lombok Utara, Lalu Gita Bayu menyampaikan terkait dengan perkembangan kasus hingga pertanggal 10 Oktober kemarin tercatat satu orang terkonfirmasi positif, saat ini sedang menjali perawatan isolasi di RSUD Lombok Utara. Gita menyebutkan, pasien berasal dari Teluk Dalem Desa Medana, Kecamatan Tanjung ini pasien tidak memiliki riwayat perjalanan keluar daerah, sehingga potensi tertular dari dalam daerah.
“Kalau data covid-19 di Lombok Utara hingga saat ini tercatat ada 17 orang yang terkonfirmasi positif dan meninggal dunia, sementara 568 jiwa dinyatakan sembuh. Sedangkan jumlah total penduduk KLU yang pernah terpapar covid-19 586 jiwa,” jelasnya.
Disamping itu untuk Lombok Barat juga sama, sekarang Lobar level I status Pembelakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Hal ini disampaikan Kabid P3KL Dinas Kesehatan (Dikes) Lobar sekaligus Anggota Tim Satgas Covid Lobar, H dr Ahmad Taufik Fathoni. Dia menerangkan, berdasarkan data Satga Pemkab Lobar total kasus covid Lobar hingga awal Oktober mencapai 3.305 dengan angka kesembuhan mencapai 3.143. Itu tersebar di dua Rumah Sakit Pemkab Lobar.
“Yang masih Isolasi sebanyak 12 orang,” bebernya saat dikonfirmasi Radar Mandalika melalui sambungan telepon, kemarin (10/10).
Menurutnya, kasus covid di Lobar jauh menurun jika dibandingkan beberapa bulan lalu. Bahkan angka kematian Lobar hanya mencapai 150 orang dengan tresing hanya 15 orang.
“Jauh Menurunnya,” bebernya.
Meskipun kini status PPKM Lobar level 1, namun pihak Tim Satgas Covid Pemkab Lobar tetap gencar melakukan pengawasan penerapan Protokol Kesehatan (Prokes). Terlebih percepatan Vaksinasi terus digenjot Pemkab Lobar. Sayangnya, meski begitu gencar memobilasi masyarakat datang vaksin, Stok vaksin kembali menjadi kendala.
“Yang ada dikita hanya AstraZenecca, sekitar 2 ribuan,” sebutnya.
Beruntungnya, stok vaksin itu tetap diminati oleh masyarakat Lobar terutama yang akan umrah atau haji menyusul sudah dibukanya pintu masuk umrah oleh pemerintah Arab Saudi. Mengingat vaksin jenis sinovac belum bisa masuk ke Arab.
Terkait data progres vaksinasi sudah mencapai 42 persen dari target 70 persen atau sekitar 530 ribu dari pusat. Pihaknya pun cukup pesimis target itu bisa tercapai dengan kondisi stok vaksin yang minim.
“Kalau stoknya gini pesimis. Beda halnya dengan perlakuanya dengan Lombok Tengah,” sentilnya.(jho/tim/win/dhe/fa’i)