MATARAM – Tidak dipungkiri, Jemaah Calon Haji (JCH) NTB terutama yang Lansia berisiko mengidap Hipertesni dan Diabetes. Hal tersebut membuat Dinas Kesehatan Provinsi NTB melalui tim yang sudah dibentuk sudah mulai melakukan pemetaan risiko. Pemetaan risiko kesehatan mulai dari tingkat Puskesmas. Masing-masing JCH sudah memiliki catatan kesehatan yang menjadi pedoman bagi petugas kesehatan dalam memantau kesehatan.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, dr Lalu Hamzi Fikri mengatakan sesuai dengan tagline Kementerian Agama (Kemenag) RI di musim haji tahun ini yaitu ‘ramah terhadap jemaah lansia’, maka aspek pemantauan dan pelayanan kesehatan untuk JCH lansia menjadi salah satu prioritas.
“Petugas haji juga sudah mulai aware dan waspada terjadap lansia ini. Mereka perlu perhatian lebih khusus, karena risiko penyakit yang tak menular, terutama hipertensi dan diabetes mellitus. Intinya kita sudah petakan,” kata Fikri di Mataram, kemarin.
Ia mengatakan, bagi JCH yang memiliki penyakit bawaan diminta agar membawa obatnya sendiri, di samping petugas kesehatan juga menyiapkan keperluan medis bagi JCH yang berisiko. Terkait hal ini, petugas kesehatan haji sudah diberikan pelatihan dan pembekalan secara intensif. Semua risiko kesehatan yang berpotensi diderita oleh JCH, baik saat di Tanah Air maupun di Tanah Suci akan menjadi atensi petugas kesehatan.
“Dokter dan perawat kita telah siapkan. Minimal dalam satu kloter itu satu orang dokter dan dua orang nakes. Yang rentan itu memang diabetes mellitus dan hipertensi, ada risiko peningkatan tekanan darah karena cuaca, stres itu yang paling tinggi kasusnya di NTB,” katanya.
Agar JCH tetap bugar di dalam menjalankan ibadah haji, ia memberi saran kepada semua jemaah agar tetap istirahat yang cukup dan mengonumsi makanan yang bergizi selama melaksanakan ibadah haji.
Ia menerangkan, seluruh jemaah haji yang akan berangkat ke Tanah Suci, syaratnya yaitu minimal mereka sudah harus mendapatkan vaksin kedua. Ada sejumlah JCH asal NTB yang belum mendapatkan vaksin kedua, sehingga hal ini menjadi salah satu prioritas untuk dilakukan vaksinasi.
“Kita sudah koordinasi dengan KKP, yang belum vaksin nanti kita vaksin di embarkasi,” pungkasnya.
Sebelumnya Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) NTB menyampaikan kuota haji di NTB tahun 2023 ini bertambah dari tahun sebelumnya. Kuota haji untuk Embarkasi Lombok tahun 2023 ini sebanyak 4.499. Dari jumlah tersebut ada penambahan lagi untuk NTB sebesar 163 termasuk lima orang petugas di dalamnya. Penambahan itu merupakan jatah NTB dari jumlah penambahan kuota dari Menteri Agama sebesar 8 ribu untuk seluruh Provinsi di Indonesia.
“Untuk NTB kuota kita 4.499. Nah kemarin dapat informasi dari penambahan 8 ribu, NTB mendapat tambahan 163 ditambah 5 petugas,” terang Kakanwil Kemenag NTB, H Zamroni Aziz, belum lama ini.
Dari data tersebut total kuota NTB sebanyak 4.662. Adapun yang masuk cadangan sejumlah 422.
H Zamroni menyampaikan jumlah kloter haji tahun ini sebanyak 12 Kloter. Dengan adanya penambahan kuota itu awalnya kloter ke 12 itu merupakan kloter campuran NTB dan Aceh, kini masuk menjadi kloter penuh NTB. Satu kloter diisi sekitar 300 orang, termasuk petugas.
Pemberangkatan Kloter pertama dijadwalkan pada 7 Juni. Namun Jamaah harus sudah masuk asrama pada tanggal 6 Juni.
“Satu hari sebelumnya jamaah sudah masuk asrama. Penerbangan pertama tanggal 7 Juni,” terangnya.
Pemberangkatan haji tahun ini tertua dengan usia 101 Tahun, jamaah berasal dari Bima. Sementara termuda kelahiran 2004 alias 19 Tahun berasal dari Ampenan Mataram.
“Yang termuda ini bukan kemarin mendaftar. Tapi biasanya dia masuk pengganti dari keluarganya,” katanya.
Diketahui daftar tunggu haji NTB saat ini mencapai 35 tahun.(jho)