LOMBOK TENGAH–Hidrosefalus. Balita. Rumah Bocor. Tiga kata yang menggambarkan kisah getir Aiyla Shidqia Suci, balita perempuan berusia satu tahun asal Dusun Gulung, Desa Lekor, Kecamatan Janapria, Lombok Tengah.

Sejak lahir, Aiyla mengidap penyakit hidrosefalus, dan setiap harinya ia berjuang untuk sekadar bertahan hidup—di rumah bocor yang bukan milik sendiri, dengan orang tua buruh tani tak tetap yang hidup serba kekurangan.

Aiyla, balita penderita hidrosefalus di Janapria, kini menjadi simbol diam dari ribuan suara yang tenggelam di tengah ketimpangan. Susu dan popok menjadi barang mewah bagi keluarganya. Orang tua Aiyla, Musti (43 tahun) dan Nur’aini (38 tahun), bukan hanya hidup dalam kemiskinan, tetapi juga dalam kecemasan yang terus-menerus. Pendapatan mereka tidak menentu, bergantung pada belas kasihan musim dan orang lain.

Bapaknya, Musti, hanya bisa bekerja jika ada yang membutuhkan jasanya sebagai buruh tani. Ibunya, Nur’aini, bahkan tidak bekerja. Hidup mereka praktis hanya bertumpu pada utang harian dari tetangga sekadar untuk membeli susu dan makan. Di malam hari, atap rumah bocor meneteskan air tepat di ruang tidur mereka. Sebagian genteng sudah roboh, kayunya rapuh dimakan waktu.

Asesmen terbaru dari pendamping sosial PKH Lombok Tengah menemukan bahwa Musti sudah masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dengan status Penerima Bantuan Iuran (PBI) aktif. Istrinya tercatat sebagai penerima bantuan sembako, namun belum masuk dalam program PKH. Ini menjadi perhatian penting agar ada tindak lanjut nyata dari Dinas Sosial maupun Pemerintah Desa.

Mahyudin, pendamping PKH Kecamatan Janapria menceritakan dalam kunjungan rumah (home visit) yang dilakukan tim pendamping sosial bersama aparat desa, kondisi rumah tidak layak huni Aiyla menjadi sorotan utama. Rumah berdinding anyaman bambu, atap bocor, dan lantai tanah membuat perawatan Aiyla yang mengidap hidrosefalus kronis semakin tidak layak.

Langkah intervensi awal telah dilakukan:

Data Aiyla dan keluarganya sudah diverifikasi dan dilaporkan ke sistem SIKS-NG dan SIKSMA Kemensos.

Pemerintah Desa sudah dihubungi untuk mengusulkan program bantuan rumah layak huni dan bantuan permakanan gratis.

Koordinasi sedang dilakukan dengan Koordinator Kabupaten PKH dan Dinas Sosial Lombok Tengah.

Harapannya jelas: agar balita penderita hidrosefalus di Lombok Tengah seperti Aiyla tak terus-menerus menjadi angka statistik dalam kemiskinan ekstrem. Pemerintah desa, Dinas Sosial, dan semua elemen masyarakat diminta segera menyikapi dan menggerakkan roda kebijakan agar bantuan sosial untuk keluarga miskin di Janapria bisa dirasakan dengan cepat dan tepat sasaran.

Nama-Nama yang Terlibat dalam Asesmen:

Awaludin (Pendamping Sosial PKH – 087722720196)

Agus Suriadi (Perangkat Desa Lekor – 087796161442)

Imbang (Kepala Dusun Gulung – 087864013066).

Balita hidrosefalus seperti Aiyla tidak butuh simpati, tapi aksi nyata. Semoga laporan ini bukan hanya jadi catatan administratif, tapi gerbang menuju kehidupan yang lebih layak untuk mereka yang selama ini hanya bisa berharap di tengah bocoran atap dan kelaparan yang diam-diam menyesakkan. (red)

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *