PRAYA – Beberapa wilayah di Indonesia sedang mengalami musim kemarau yang dipengaruhi atau terdampak El Nino. Tak terkecuali di NTB. Dimana, El Nino dapat menyebabkan penurunan ketersediaan air tanah.

Terkait hal tersebut, Kepala Bidang (Kabid) Perkebunan pada Dinas Pertanian (Dispertan) Lombok Tengah, Zaenal Arifin mengungkapkan, El Nino merupakan kondisi saat musim kering atau kekurangan air karena penurunan ketersediaan air tanah dipicu keadaan alam ekstrim.

Kemudian pemerintah daerah maupun nasional dalam menghadapi hal tersebut khususnya di Loteng menjadi salah satu target menyiapkan produksi padi dimusim tanam III periode Agustus-September 2023 ni. Dengan harapan panen mengacu kondisi wilayah menanam tiga kali memiliki irigasi teknis seperti di Kecamatan Jonggat, Pringgarata, Batukliang, Batukliang Utara dan Kopang .

Disebutkan, lahan seluas 1.300 hektare sudah padi bio remidiasi di Batukliang. Kemudian adanya penambahan 3.000 hektare menjadi 4.3000 hektaresudah CPCP (Calon Petani Calon Pekasih). 3.000 hektare ini sudah di CPCP dan pihaknya sudah usulkan. Harapannya harus memenuhi kebutuhan pangan semaksimal mungkin.

“Kita sudah rapat dengan UPT supaya direkom oleh pihak Kecamatan supaya kemudian dilanjutkan ke daerah, provinsi dan hingga tingkat nasional. Soal mampu tidak kami tidak ada urusan, kami hanya berusaha sesuai kemampuan,” ungkapnya.

Implementasi dari Loteng mendapatkan piagam penghargaan sebagai daerah penyangga pangan ini tentu di saat fenomena dunia dengan El Nino ini akan didukung oleh pemerintah melalui program diberikannya benih, pupuk dan kebutuhan petani lainnya.

“Skala nasional Indonesia ditargetkan 500.000 hektare tanam padi. Kemudian NTB 50.000 hektare untuk bulan Agustus – September 2023 ini. Tren kita tidak pernah sanggup dengan target itu. Dan sanggup 1.500 hektare. Kemudian kenapa tidak kemudian dengan kondisi El Nino ini mencapai 3.000 hektare. Kita akan maksimalkan itu,”bebernya.

“Tadi saya sudah ketemu dengan UPT, mengingat potensi Agustus-September, dan diusahakan dengan calon petani dan lokasi 3.000 hektare untuk Pemda Loteng dapat terpenuhi maksimal,” tambahnya.

Hasil panen Loteng, dikatakan sudah cukup untuk kebutuhan masyarakat. Dimana dengan produksi setiap tahun kemudian menjadi kabupaten penyangga nasional. Dengan analisa Loteng densan luas tanam 90.000 hektare sampai 31 Juli 2023, dengan rata-rata hasil per hektare hingga 5 ton, berarti hasil pertahun yakni 450.000 ton gabah kering giling.

Artinya dari angka ini, Loteng sudah dalam posisi surplus. Logisnya kemudian apabila dikalkulasikan dengan jumlah penduduk Loteng sebanyak 1,2 juta jiwa, dengan 450.000 ton gabah sama dengan 292.000 ton beras. Kemudian kebutuhan masyarakat Loteng sebesar 148.500 ton per kapita per tahun. Maka kebutuhan Loteng hampir setengah hasil panen, artinya surplus beras hingga di angka 143.000 ton.

“Analogi setiap ada kematian di masyarakat hanya banyak membawa beras ke rumah duka, artinya beras itu ada di masyarakat dan menandakan beras banyak dimilik masyarakat di bawah,” yakinnya.

Kepala Dinas Pertanian Loteng, M Kamrin menambahkan, penghargaan bagi Loteng sebagai kabupaten penyangga pangan nasional dikarenakan NTB sebagai provinsi berkontribusi dalam pangan nasional sebesar 14 persen. Dan 9 persennya target NTB itu merupakan dari Loteng.

“Sekarang dalam tahap Ranperda, soal lahan pertanian abadi. Luas baku pertanian kita saat ini di angka seluas 52.000 hektar. Dan kita canangkan pertanian abadi seluas 39.000 hektar. Dan sisanya cadangan. Maksudnya ketika ada kebutuhan lain soal permukiman itulah diambil alih lahan cadangan. Dan tidak akan mempengaruhi lahan abadi kalaupun ada lahan abadi terpakai harus di ganti. Mengingat kita punya sudah ada pemetaan areal pertanian dengan BPN. Dan dapat disesuaikan dengan Perda yang telah terintegrasi,” paparnya. (tim)

 

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 739

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *