KLU—Musim kemarau yang mulai terjadi di beberapa daerah, termasuk di Kabupaten Lombok Utara (KLU), patut diantisipasi. Pasalnya kemarau panjang memicu potensi sejumlah bencana salah satunya kekeringan.
BPBD tahun ini pun telah melakukan identifikasi terhadap titik lokasi kekeringan di KLU yang mana tahun ini bertambah, yakni sebanyak 55 titik di empat kecamatan yang ada di Lombok Utara.
Kondisi ini menjadi atensi pemerintah daerah (Pemda) setempat, untuk mengupayakan penanganan daerah kekeringan dengan menyuplai air bersih.
Kepala Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) KLU, M. Zaldi Rahardian menerangkan sesuai dengan surat keputusan Bupati KLU tentang penetapan status siaga darurat bencana, BPBD menetapkan titik-titik lokasi kekeringan sesuai dengan SK kepala pelaksana BPBD dari kecamatan Bayan, Kayangan, Gangga, dan Pemenang.
“Jadi dari penyebaran empat kecamatan ini ada 55 dusun. Kalau dilihat memang ada penambahan dari tahun sebelumnya. Pemenang ini nggak terlalu banyak tapi sekarang nambah,” katanya, Selasa (30/07).
Diakui Zaldi bahwa untuk wilayah Menggala Pemenang Timur pada tahun sebelumnya tidak masuk sebagai titik lokasi kekeringan. Namun tahun ini justru masuk, sehingga jumlahnya bertambah.
“Karenanya, sesuai dengan SK sudah dilakukan intervensi terhadap titik-titik kekeringan,” terangnya.
Sebelumnya sudah ada juga titik-titik kekeringan yang diintervensi sejak April, bahkan sudah menyalurkan bantuan air bersih kepada daerah kekeringan. Namun jumlahnya tidak banyak, bahkan dalam waktu satu minggu hanya satu daerah saja yang minta.
“Kalau pengalaman kita di tahun 2023 memang puncak kekeringan itu di bulan Agustus dan September. Di situlah intervensi masif yang kita lakukan dengan menyalurkan air bersih,” terangnya.
Selain itu, penyaluran air bersih untuk wilayah kekeringan ini dibantu juga dari pihak PMI, NGO dan Baznas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air.
Sedangkan untuk armada saat ini BPBD memiliki dua unit. Kemudian PMI, Dinas Sosial, Polres, dengan masing-masing memiliki satu unit armada.
“Kemarin ada yang melakukan koordinasi dengan kami agar bisa dibantu, yang tahun sebelumnya BPBD bekerjasama dengan PDAM. Namun PDAM itu hanya fokus ke pelayanan saja, tidak secara keseluruhan,” ujarnya.
Dijelaskannya, dimana terjadi gangguan baru PDAM disitulah digunakan armadanya. Seperti yang terjadi di Pemenang, dimana armada PDAM hanya digunakan untuk layanan di wilayah saja.
Untuk kebutuhan permintaan akan air bersih sudah dijadwalkan, sehingga tidak hanya menumpuk di satu dusun atau desa saja.
“Dimana satu desa diberikan bantuan 1 sampai 2 tangki air bersih. Artinya tidak setiap hari diberikan,” tutupnya. (dhe)